Darurat Antraks
Suara Merdeka (20 Juli 2023)
Asep Rustiawan
YOGYAKARTA, kedu.suaramerdeka.com – Penyakit antraks kembali menjadi perhatian publik. Per tanggal 6 Juli 2023 terjadi tiga kematian suspek antraks di Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul. Uji serologis pada kegiatan tracing terhadap 125 warga menunjukkan sebanyak 87 orang (70 persen) terindikasi positif. Penyebab antraks yakni bakteri Bacillus anthracis yang dapat menular dari satu hewan ke hewan lainnya atau ke manusia.
Ada dua bentuk bakteri antraks yaitu sel aktif dan spora aktif. Ketika berada di lingkungan yang sesuai, misalnya berada dalam tubuh inang, bakteri antraks berbentuk sel aktif yang hidup, dapat berkembang biak dan mengeluarkan racun yang merusak dan berbahaya bagi tubuh inang.
Akan tetapi jika berada di lingkungan yang tidak sesuai, seperti tubuh inang yang sudah mati atau berada di alam bebas, bakteri antraks berbentuk spora. Dinding spora sangat kuat, tahan terhadap pengaruh lingkungan seperti panas, kekeringan, bahkan tahan terhadap sterilisasi bahan kimia. Dalam bentuk spora ini bakteri tidak aktif, seolah-olah ”tertidur”, tidak berkembang biak tetapi dapat tetap bertahan hidup sampai puluhan tahun (50-250 tahun).
Jika suatu saat kondisi lingkungan sudah sesuai, misalnya masuk ke dalam tubuh inang yang baru, spora akan berubah kembali menjadi sel aktif yang dapat berkembangbiak dan mengeluarkan racun. Itulah sebabnya hewan yang mati karena antraks harus dimusnahkan (eradikasi) karena dalam bentuk spora, bakteri dapat bertahan hidup lama di alam.
Antraks menyerang hewan ternak seperti sapi, kerbau, kambing atau domba. Hewan-hewan ini tanpa sengaja memakan atau menghirup spora yang berada di tanah ketika merumput. Segera setelah berada di dalam tubuh hewan, spora akan berubah menjadi sel aktif, tumbuh dan berkembang biak. Dalam waktu beberapa hari sel aktif bakteri akan beredar ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang akhirnya mengakibatkan kematian. Dalam 1 ml darah dapat terkandung 10-100 juta bakteri.
Antraks pada Manusia
Manusia dapat tertular bakteri antraks melalui tiga cara yaitu pertama, melalui lubang luka pada kulit, akibat kontak langsung antara manusia dengan hewan sakit seperti menyembelih, menguliti, memotong-motong daging atau terciprat darah. Kejadian ini akan mengakibatkan penyakit antraks kulit, yaitu munculnya benjolan di kulit yang dapat disertai gatal.
Paling sering muncul di area wajah, leher dan lengan. Benjolan kemudian berubah menjadi borok berbentuk bulat tanpa rasa nyeri dengan kawah berwarna kehitaman. Sebagian besar antraks pada manusia adalah antraks kulit, dan dianggap sebagai penyakit antraks yang paling tidak berbahaya apabila segera ditangani dengan tepat.
Kedua, melalui saluran pencernaan, akibat mengkonsumsi daging atau air yang terkontaminasi sel aktif atau spora antraks. Kejadian ini mengakibatkan penyakit antraks pencernaan dengan gejala-gejala demam, mual, muntah, sakit tenggorokan, sulit menelan, sakit perut, diare, BAB berdarah, sakit kepala, dan munculnya benjolan di leher. Tanpa ditangani dengan baik, lebih dari separuh pasien antraks pencernaan meninggal dunia.
Ketiga, melalui saluran pernafasan, akibat menghirup spora antraks, dan mengakibatkan penyakit antraks pernafasan. Gejala-gejalanya dapat berupa demam, nyeri otot, mudah lelah, dada terasa tidak nyaman, sesak nafas, dan dapat menyebabkan radang otak (meningitis). Penyakit Antrak pernafasan dianggap paling berbahaya, tanpa pengobatan yang tepat hampir selalu berakhir dengan kematian.
Selain ketiga jenis penyakit Antrak di atas, ada satu jenis baru yang ditemukan di Eropa akibat pemakaian obat-obatan terlarang dengan suntikan, disebut penyakit antraks injeksi. Mirip dengan antraks kulit tetapi menyebar cepat ke seluruh tubuh sehingga lebih sulit diobati. Gejalanya berupa kemerahan di sekitar lokasi suntikan, pembengkakan, kegagalan multi organ, syok, dapat menyebabkan meningitis yang berakhir dengan kematian. Penyakit antrak pada hewan dan manusia dapat disembuhkan apabila segera ditangani dan diobati dengan benar. Semakin lama ditunda, semakin besar risiko penyakitnya.
Sumber : https://kedu.suaramerdeka.com/pendidikan/2112860241/darurat-antraks