Menyulap Sampah Plastik menjadi Bahan Bakar Minyak
Penggunaan plastik dikehidupan sehari-hari semakin meningkat. Fleksibilitas, ringan dan kuat, tahan terhadap korosi, transparan dan mudah diwarnai, serta sifat insolasinya yang cukup baik menjadikan plastik sebagai salah satu primadona dalam kehidupan sehari-hari. Tak khayal, sekarang ini limbah atau sampah plastic semakin banyak ditemukan disekitas kita. Sebagai gambaran konsumsi plastik di Indonesia mencapai 10 kg perkapita pertahun, sehingga dapat diprediksikan sebesar itulah sampah plastik yang dihasilkan.
Seperti telah kita ketahui bahwa plastik sangat sulit terurai di dalam tanah, waktu yang dibutuhkan bisa bertahun-tahun dan ini akan menimbulkan permasalahan tersendiri dalam penanganannya. Dari keprihatinan tentang permasalahan inilah yang menjadikan Dr. Zahrul Mufrodi, MT. dosen Teknik Kimia UAD ini memulai penelitian untuk merubah sampah plastic menjadi bahan bakar minyak. Bahan plastic memiliki kandungan energi yang tinggi, maka potensi pemanfaatannya sebagai salah satu sumber energi memiliki prospek yang cukup bagus di masa mendatang. Dalam hal ini akan didapatkan dua keuntungan sekaligus yaitu mengurangi problem sampah plastic dan juga menghasilkan energi yang bisa digunakan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil.
Dr. Zahrul Mufrodi, MT. yang menyelesaikan program doktornya di Teknik Kimia UGM dan sandwich ke Tokyo Institute of Technologi Japan ini merubah plastic menjadi bahan bakar dengan menggunakan prinsip pirolisis, dimana sampah plastik dipanaskan sekitar suhu 500oC sehingga fasenya akan berubah menjadi gas dan kemudian akan terjadi proses perengkahan (cracking). Gas yang dihasilkan kemudian dikondensasikan untuk mendapatka minyak plastic. Alat pirolisis yang dibuat dilengkapi dengan pengontrol suhu, pengukur tekanan dan kondensasi bertingkat sehingga didapatkan degradasi hasil yang berbeda. Hasil bahan bakar minyak dengan titik kondensasi yang lebih rendah memiliki spesifikasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan titik kondensasi yang lebih tinggi. Penelitian ini masih berlanjut dengan pembuatan katalis berbahan dasar local untuk dicampurkan dalam reactor pirolisis sehingga didapatkan hasil minyak plastic yang lebih baik dengan suhu proses yang lebih rendah.
Jenis plastik yang memungkinkan untuk diubah menjadi bahan bakar minyak adalah polypropylene (PP) yang banyak didapatkan pada komponen otomotif, tempat makanan dan minuman. Polystyrene (PS) biasa digunakan untuk kemasan, mainan dan peralatan medis. High density polyethylene (HDPE) biasa digunakan sebagai wadah makanan, wadah sampo dan sabun, serta kantong sampah. Low density polyethylene (LDPE) biasa digunakan untuk tempat makanan dan minuman dengan kontur plastic yang lebih lembek. Hasil bahan bakar minyak plastic ini memiliki spesifikasi sifat fisis telah diuji dan setara dengan solar dan premium. Sedangkan uji kalorinya minyak plastic ini mencapai lebih dari 10 ribu kalori/gr. 20kg plastic jika dipirolisis bias menghasilkan sekitar listrik sebesar 2,5 kW.
Dr. Zahrul Mufrodi sejak tahun 2009 telah meneliti mengenai energy yang tiap tahunnya pernah didanai oleh Ristekdikti dengan skim Hibah Bersaing dan hibah Pasca doktor, Departemen pertanian dengan skim KKP3T dan KKP3N, dan dari tahun 2015 sampai 2018 bekerja sama dengan Tokyo Institute of Technology (TiTech) Japan dengan Assoc. Prof. Fumitake Takahashi, D.Eng. memperoleh pendanaan penelitian dari Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) senilai hampir 1,8 M dengan judul peningkatan pemahaman pada teknologi energy terbaharukan sebagai penerimaan masyarakat (public acceptance). Kedepan melalui Pusat Studi Energi dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna yang dipimpinnya berusaha menciptakan pengelolaan sampah yang baik dari sisi manajemen, teknologi maupun merubah prilaku masyarakatnya dengan mengedepankan reduce, reuse dan recycle (3R)