Tetap Gencar Menulis meskipun Dalam Penjara
Selasa (5-3-2019), Program Studi Sastra Inggris (Prodi Sasing) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mempersembahkan Enlitra Book Fair Open Public Discussion dengan tema “Anak Sastra Bisa Apa?”. Acara ini dalam rangka Milad Sasing dan mengundang Soesilo Toer sebagai salah satu pembicara. Acara berlangsung di kampus II UAD Unit B dan terbuka untuk umum.
Kiki Amalia selaku sekretaris Milad Sasing menyampaikan, milad dan pameran buku bertujuan untuk menjawab pertanyaan saat mahasiswa pulang ke kampung halaman. “Ketika ditanya, memang anak sastra bisa? Kami bisa menunjukkan bahwa anak sastra bisa menulis, membuat event, menjalin hubungan antara alumni, anak Sasing, dan mahasiswa UAD, serta masih banyak lagi.”
Sosok Soesilo Toer yang diundang sebagai pembicara dalam acara kali ini tentu bukan tanpa alasan. Ia adalah adik dari penulis Pramoedya Ananta Toer yang sangat terkenal dengan karya-karya fenomenalnya.
“Menulis itu tidak perlu ijazah dan surat lamaran kerja, jika punya inspirasi tulislah,” ujar Soesilo Toer saat diskusi.
“Soesilo Toer sempat dipenjara karena menulis. Namun, itu tidak membuatnya jera. Buktinya, ia menulis tentang keadaan di penjara. Bahkan sampai sekarang, ia tetap menulis. Menurutnya, sastra dapat berguna bagi kehidupan. Di dalam sastra, kita bisa mengenal lika-liku kehidupan orang seperti apa sehingga bisa dijadikan pelajaran. Kita bisa berkaca dari pengalaman orang dari sebuah tulisan,” ujar Annisa Maulida Ramadhani atau biasa disapa Icha, mahasiswa PBSI angkatan 2018.
Sementara itu, Hanita Ayu mengungkapkan, “Saya tertarik datang ke diskusi karena Soesilo Toer adalah seorang penulis. Kata-kata yang paling saya ingat yaitu ketika ia mengetahui ada seseorang membajak bukunya, tapi dibiarkan saja. Maknanya yaitu, kalau di zaman sekarang ada pembajakan buku, biarkan saja karena intinya untuk dibaca. Asalkan seorang pembajak bisa baca buku, menurutnya tidak masalah . Ia adalah sosok yang kuat dan tangguh pada eranya sehingga pantas dijadikan inspirator.”
Mahasiswa PBSI lainnya bernama Menila Ayu Soniya juga mengatakan bahwa yang disampaikan Soesilo Toer sangatlah benar. Kepenulisan itu penting. Tujuan dari menulis bukan untuk dibaca banyak orang. Tetaplah menulis walau hanya dibaca satu atau beberapa orang. (Dew)