Karya Sastra Adalah Panggilan Hati
Forum Apresiasi Sastra (FAS) menghadirkan dua pembicara yaitu Iman Budhi Santosa dan Ilham Rabbaniuntuk membedah buku Jarak. Acara yang rutin diselenggarakan ini tampak sangat meriah dengan dipandu oleh Liani Yunita Sari, mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD)angkatan 2016.
“Sastra adalah manifestasi dari salah satu bentuk kebudayaan manusia yang sudah dirumuskan dengan matang. Ada ide dan perilaku dalam sebuah karya sastra berupa hasil-hasil kebudayaan dan karya manusia,” ujar Iman, penuliskelahiran Magetan saat ditemui di acara FAS, Rabu (24-4-2019).
Iman menjelaskan, “Pertama kali melakukan proses kreatif pada pembuatan karya sastra, bukan dimulai pada penulisan sastra, karena sastra mempunyai akar. Seperti sebuah rumah yang mempunyai pondasi. Jadi, bukan langsung pada bangunannya.”
Proses Iman dalam mengenal sastra dimulai saat kecil karena diberi dorongan oleh orang tua dan diajak untuk berpikir. Seperti kisah Rasul, diajak menggembala kambing, bertirakat, dan puasa. Sampai akhirnya Rasul mendapat wahyu dari Allah Swt. di gua Hira. Sebenarnya sastra seperti wahyu. Hasil dari sebuah lelaku peristiwa.
Iman adalah sosok yang belajar habis-habisan tentang sastra. Ia membuktikan dengan mempelajari semua hal, tidak hanya sastra. Perumpamaannya, semisal ingin mendapatkan “itu” maka harus melakukan “ini”. Jadi, ia tidak hanya mengutamakan sastra. Perlu diingat, sastra bukan hanya bahasa, tetapi menampung semua kehidupan manusia.
Menurutnya, tidak perlu takut dianggap plagiat karena kita waktu kecil juga meniru bahasa ibu hingga lancar berbicara. Harus berani. Bahasa ibu dipakai semua orang, jadi tidak perlu takut karena hal itu wajar. Namun, yang perlu dilakukan adalah pengembangan. Mengembangkan sebuah sastra pada suatu waktu, nanti akan menemukan sebuah jati diri.
Menciptakan karya sastra bukan sebuah pekerjaan material, tapi sebuah pekerjaan spiritualisme. Sastra bukan hanya memenuhi ongkos hidup, tapi memperkuat kejiwaan manusia. Sastra adalah sebuah panggilan hati, bukan sebuah pekerjaan.
Sementara itu, antologi cerpen digunakan sebagai media untuk belajar bagi penciptanya. Lihatlah karya sastra orang sebagai pembanding, setelah itu lakukan pengembangan diri. Karya sastra bukan untuk menyombongkan diri, melainkanuntuk mengembangkan diri dan introspeksi diri.
“Mempelajari sastra adalah mempelajari semesta. Penulis antologi Jarak sebagian besar adalah pemula, kecuali beberapa orang sudah lumayan mumpuni, menurut saya. Sastra bukan sekadar menampilkan realitas. Jika hanya menampilkan realitas, maka tidak ada bedanya dengan berita,” jelas Ilham Rabbani yang merupakan alumnus PBSI asal Lombok.
Ilham berbagi tips supaya tergugah wawasan dan jiwa untuk menulis sastra. Di antaranya memahami bahwa sastra tidak harus berangkat dari bacaan sastra dan harus menemukan buku yang meledakkan keinginan untuk menulis karya sastra.
“Temukan satu buku yang akan membuat kamu jatuh cinta pada bacaan pertama. Tanamkan bahwa wadah penyaluran penasaran adalah karya sastra. Supaya tidak jenuh,yaitu lakukan sesuatu yang disenangi.” (Dew)