I’tikaf Jurnalistik: Berniat Ibadah dan Berdakwah saat Menulis
“Tidak semua yang manusia pikirkan bisa diwakili oleh bahasa verbal. Bahasa tulisan lebih tenang, mengalir, jujur, dan bisa diakses lebih banyak orang. Menulis tidak harus langsung dimuat di koran nasional, tapi mulailah menulis sendiri misal di blog dan Facebook. Kemudian, bisa diviralkan lewat kelompok-kelompok pengajian. Berangkat dari kalimat sederhana, misalnya saja tulisan ‘hidup itu indah’, artinya menghargai dan memaknai hidup itu indah dalam sebuah tulisan. Manfaatnya banyak dan bisa luar biasa,” ujar Dr. H. Robby H. Abror, M. Hum.
Robby yang hadir saat itu dalam acara I’tikaf Jurnalistik, merupakan Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY. Tujuan dari acara ini yaitu untuk mengenalkan dan melatih jurnalistik untuk aktivis Muhammadiyah. Sederhananya, dakwah dengan menulis.
I’tikaf jurnalistik sudah dua kali diselenggarakan. Sebelumnya kerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Namun, karena pengurus IMM UAD sudah pulang, jadi kali ini bekerja sama dengan MPI PWM DIY dan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) DIY.
Memilih tema “Dakwah Bil Khitabah” yang berarti dakwah dengan menulis, penyelenggara berharap peserta bisa menjadi jurnalis muslim yang militan, mendedikasikan waktu dan hidupnya untuk menulis. Selain itu, agar peserta terbayang bahwa mereka diajak belajar bersama tentang jurnalistik dan ruang lingkupnya. Walaupun belum sempurna, paling tidak dari awal ada motivasi menulis, contoh penulisan di koran, buku, cerpen, novel, membuat feature, dan desain poster dakwah.
“Alhamdulillah tadi ada tambahan dari Prof. Dr. Syekh Muraweh Mosa Nassar selaku ulama dari Palestina, yang sebenarnya merupakan bonus bagi peserta. Ia senang sekali berbagi tentang Baitulmakdis dan seisinya, yang sebelumnya kami tidak pernah tahu. Ilmu itu bisa menjadi bahan tulisan,” tambah Robby saat ditemui usai acara pada Ahad (26-5-2019) di aula PWM DIY.
Syekh Muraweh dalam penyampaian materinya mengajak melalui bahasa Palestina yang diterjemahkan oleh Syekh Ismail, “Jurnalis tolong tulis… tolong tulis, ayo berdakwah!”
Sementara itu, Robby berpesan, “Aku menulis maka aku ada. Aku bermanfaat bagi orang lain dengan menulis maka aku ada. Segera pantaskan dirimu untuk menulis. Semoga dengan cara itu Allah mengangkat derajatmu. Memilihmu menjadi orang-orang terpilih, bisa menyampaikan pesan moral agama kepada sahabat, keluarga, dan orang banyak.”
I’tikaf jurnalistik menjadi acara istimewa karena diselenggarakan secara gratis. Selain mendapat ilmu, peserta juga mendapatkan sertifikat serta bingkisan usai acara. Sebanyak 50 peserta dari siswa, guru, sarjana, magister, bahkan doktor, sangat antusias mengikuti acara ini.
Menggugah warga persyarikatan Muhamadiyah untuk mulai menulis dan menjadi produsen wacana, menjadi tujuan awal dari pihak penyelenggara. Sudah saatnya kita menghasilkan tulisan, walaupun sederhana. Hal paling penting yaitu berniat ibadah dan berdakwah saat menulis, karena kebanyakan orang selama ini hanya membagikan berita saja, belum membacanya, lalu terjebak hoaks.
Prayuda, M. A., dosen Pendidikan Bahasa Inggris PBI UAD dan anggota MPI PWM DIY selaku pemateri penulisan feature menambahkan, “Menulis adalah menorehkan sejarah, tanpa tulisan kita tidak bisa mengenal masa lalu dan tidak bisa dikenal oleh orang. Disebut zaman sejarah ketika sudah ada tulisan. Menulis adalah mengabadikan, bisa peristiwa. Salah satunya dengan menulis feature, karena lebih punya kekuatan untuk mengajak khalayak untuk merenungkan sesuatu. Selain itu, juga tidak sekadar mengabarkan, tetapi juga memengaruhi pembaca.” (Dew)