Kiat-Kiat Menaklukkan Era Industri 4.0
Sabtu (13-4-2019), kuliah umum dengan tema “Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Era Industri 4.0” diadakan di aula Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UAD mengadakan acara ini bersama PBSI Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT). Hadir dua pembicara yaitu Wachid Eko Purwanto, M.A. selaku dosen PBSI UAD dan Soleh Ibrahim, M.Pd. selaku dosen PBSI UMT.
Bertindak sebagai moderator dalam acara ini adalah Intan Sari Ramdhani, M.Pd., yaitu dosen Kritik Sastra UMT. Menurutnya, kerja sama ini dilakukan dalam rangka melaksanakan Tri Darma perguruan tinggi. Selain itu, pihak kampus UMT juga ingin memperoleh ilmu dari UAD seraya mengadakan kunjungan tahunan.
“Setahu saya, era 4.0 semuanya serbateknologi dan kurikulum 2013 yang lebih mengedepankan literasi. Hal tersebut menjadi suatu upaya pemerintah dalam menghadapi era ini. Upaya perlu dilakukan dengan menyiapkan mental, berpikiran terbuka, jangan merasa susah, jangan takut, dan harus dilalui supaya tidak ketinggalan zaman. Melek teknologi, meningkatkan soft skills, dan berpikir kritis juga menjadi hal yang sangat penting karena sekarang sudah menggunakan tipe soal berbasis HOTS,” ujar Intan.
Sementara itu, Wachid Eko Purwanto mengatakan, “Indonesia pada era 4.0 menjadi kuat dengan pendidikan karakter. Memerlukan keterbukaan pikiran agar bisa beradaptasi di era ini. Dalam sastra, konflik adalah ruh. Jadi, marketing sastra menjadi penting.”
Segala hambatan di era ini harus diatasi. Cara mengatasinya yaitu mengadakan pelatihan bagi sumber daya manusia. Terutama untuk mengatasi hambatan sistem yang acap kali bermasalah. Namun, keduanya harus seimbang. Segala aspek harus mendukung. Di era ini, harus menggabungkan dua metode, yaitu dengan membimbing mahasiswa dan pusat ke mahasiswa. Hal penting lainnya yaitu tahu teknologi, keadaan siswa, dan memiliki pengetahuan yang luas. Perbanyak pengetahuan tentang era industri 4.0.
“Pembelajaran di era ini makin maju dan menghadirkan kemudahan. Persiapan mahasiswa yaitu harus sering ke perpustakaan agar tidak ketinggalan teknologi. Beberapa waktu yang lalu, Badan Bahasa Indonesia datang ke UMT dan memberi tahu tentang bahasa baku. Setelah itu saya tahu bahwa salam dalam kaidah bahasa baku tidak boleh disingkat, karena esensinya menjadi kurang sopan,” ujar Sofia Mar’atus Sholihat mahasiswi semester 2 PBSI UMT dan pengajar bimbel matematika kelas 6 SD.
Acara ditutup dengan penampilan dari Teater Jaringan Anak Bahasa (JAB). Sebagai pemanis akhir acara, mereka menampilkan dua musikalisasi puisi. Penampilan ini sekaligus menemani makan siang peserta kuliah umum. (Dew)