Mendengar Psikologis Generasi ”Strawberry”
Suara Merdeka (20 Maret 2024)
Annisa & Windy Aristiani
YOGYAKARTA, kedu.suaramerdeka.com – Remaja masa kini, sering disebut sebagai generasi ”strawberry”, hidup di tengah arus informasi yang begitu cepat dan tekanan yang semakin meningkat. Di balik kehidupan sosial media yang tampak glamor, ada realitas yang tidak selalu terlihat.
Menurut studi peneliti Universitas Indonesia, angka prevalensi self-harm atau perilaku melukai diri sendiri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan sekitar 20 hingga 30 persen remaja di Indonesia pernah melakukan tindakan self-harm, setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Studi di Yogyakarta menemukan bahwa sekitar satu dari 10 remaja di wilayah ini telah melakukan self-harm. Angka itu menyoroti pentingnya upaya yang lebih besar dalam mengatasi masalah kesehatan mental di kalangan remaja.
Faktor-faktor seperti tekanan akademik, masalah hubungan sosial, ekspektasi sosial yang tinggi dan ketidakmampuan untuk mengatasi stres dapat berkontribusi terhadap peningkatan kasus self-harm. Dalam menghadapi tantangan tersebut, salah satu cara yang dapat kita lakukan yakni mendengar aktif.
Perilaku self harm merupakan bentuk dari kegagalan mengekspresikan emosi atau perasaan yang tidak menyenangkan. Luka atau rasa nyeri yang dialami ketika melakukan self harm dianggap sebagai perasaan yang setara dengan kekecewaan atau kesulitan yang dihadapi.
Secara psikologis semakin tidak percaya diri, rasa rendah diri, tidak berguna, tidak diperhatikan. Self harm juga dapat meningkatkan risiko infeksi karena alat yang digunakan. Seiring berjalannya waktu, hal tersebut dapat menyebabkan perilaku self harm dapat semakin meningkat, dan yang terburuk adalah percobaan bunuh diri jika tidak tertangani dengan baik.
Memahami Perasaan
Mendengar aktif bukan sekadar mendengarkan perkataan seseorang, tetapi juga memahami perasaan dan emosi. Ini melibatkan empati, kesabaran, dan keinginan yang tulus untuk memahami dan membantu. Menjadi teman akan mengurangi rasa sendirian.
Dengan mendengar aktif, kita dapat memberikan mereka ruang untuk berbagi tanpa takut dihakimi atau diabaikan. Melalui mendengarkan aktif, kita dapat membantu remaja mengeksplorasi akar permasalahan mereka dan mencari solusi yang sesuai. Ketika remaja merasa didengar dan dipahami, hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memperkuat koneksi sosial mereka.
Salah satu yang memiliki peran penting dalam membangun percaya diri seorang remaja yakni orang tua. Tetapi tidak semua orang tua memahami bersikap dan memberikan perhatian kepada anaknya. Tidak sedikit yang bahkan tidak mau mendengarkan cerita remeh anaknya sehingga anak akhirnya menutup diri.
Ada pula orang tua yang merasa sudah sering berbicara tapi lupa mendengarkan. Memberikan waktu dan perhatian tentu sangat penting. Meluangkan waktu khusus untuk berbicara dengan remaja/anak tanpa gangguan dari ponsel atau kegiatan lainnya, tunjukkan bahwa kita peduli dengan apa yang mereka katakan.
Selain itu kita juga perlu mempraktikkan empati. Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang remaja. Jangan langsung menilai atau mengkritik, tetapi berusaha untuk memahami perasaan mereka. Hindari pembicaraan yang hanya mengecilkan perasaan mereka. Apapun yang dirasakan remaja, itu nyata bagi mereka. Hindari meremehkan atau mengabaikan perasaan mereka, bahkan jika bagi kita terdengar sepele.
Mendengar aktif bukanlah hal yang mudah, tetapi dapat memiliki dampak yang besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan remaja generasi ”strawberry”. Dengan memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara dan merasa didengar, kita dapat membantu mengurangi tingkat self-harm dan memperkuat koneksi emosional yang penting dalam pembentukan identitas mereka. Ingatlah, satu-satunya cara untuk benar-benar memahami remaja adalah dengan mendengarkan dengan hati yang terbuka dan tanpa henti.
sumber https://kedu.suaramerdeka.com/pendidikan/2112209056/mendengar-psikologis-generasi-strawberry