Tak Sebatas Eksplorasi, tetapi Meneliti: Sebuah Tawaran Ainun terhadap Pembelajaran dan Kebijakan Pemerintah
Secara umum, masyarakat ketika berkunjung ke objek wisata, khususnya di gua-gua, mereka cenderung ingin menikmati keindahan pemandangan. Aktivitas ini dianggap hanya sebagai menyegarkan pikiran (refreshing). Namun, bagi Ainun Irvanto, berkunjung ke objek seperti gua-gua bisa mendatangkan sebuah inspirasi. Pada tahun 2013 bersama teman-teman Mahasiswa Ahmad Dahlan Pencinta Alam (Madapala), ia mengeksplorasi dan memetakan gua-gua yang ada di Gunungkidul. Waktu itu ia berpikir bahwa seorang pencinta alam seharusnya tidak hanya berhenti pada eksplorasi. Dari sinilah ia tertarik untuk mendata hewan-hewan apa saja yang ada di dalam gua untuk mengetahui jumlah spesies dan adaptasinya.
Mahasiswa Pendidikan Biologi ini memberi judul penelitiannya “Analisis Potensi Sumber Belajar Biologi SMA Kelas X Materi Invertebrata Berdasarkan Hasil Penelitian Jenis-Jenis Arthropoda di Gua Senen Kawasan Karst Gunung Sewu”. Ia meneliti hewan arthropoda yang berada di dalam Gua Senen yang terletak di Dukuh Duwet, Desa Purwosari, Kecamatan Tepus, Gunungkidul. Menurutnya, gua tersebut akan dijadikan objek wisata secara resmi oleh pemerintah, karena akses menuju gua sudah diperbaiki. Beberapa catatan menunjukkan bahwa gua tersebut pada tahun 2014 sudah dikunjungi oleh masyarakat, tetapi menurutnya masih tergolong dalam objek wisata minat khusus.
Menurut dosen pembimbing, penelitian Ainun masih jarang dilakukan, apalagi di gua yang jenisnya vertikal seperti Gua Senen. Beruntungnya, Ainun adalah mahasiswa yang tergabung di Madapala dan otomatis mempunyai peralatan serta pengalaman. Alasan inilah yang juga mendukung untuk bisa meneliti. Sebagai mahasiswa yang berada di jurusan keguruan, ia ingin siswa-siswa mengetahui hewan apa saja dan bagaimana menyikapi melalui penelitiannya. Ia ingin menawarkan sumber belajar yang bisa dimanfaatkan untuk para siswa. Menurutnya, penelitian tersebut masih perlu dilanjutkan karena masih pada tahap menentukan hewan-hewan dalam gua sebagai sumber belajar. Masih ada tahap dari sumber belajar untuk layak dijadikan sebagai bahan ajar di sekolah, misal Lembar Kerja Siswa (LKS) dan modul.
Waktu yang diperlukan selama pengambilan sampel kurang lebih tiga sampai empat hari. Namun, ada beberapa tahap yang harus dilalui. Pertama, tahap perizinan. Kedua, adalah tahap penentuan hewan apa saja yang ada di dalam gua. Ketiga, adalah survei terhadap arah penelitian sesuai dengan hewan yang ditemukan. Akhirnya, ia membatasi hewan jenis arthropoda. Keempat, adalah perizinan kedua terkait penyerahan surat-surat dan sebagainya. Dalam proses mengambil sampel, ia menggunakan tiga metode yakni koleksi langsung, jelajah, dan perangkap (fill for trap). Secara keseluruhan dari persiapan sampai pada bentuk laporan dibutuhkan kurang lebih dua bulan.
Kendala utama selama penelitian adalah cuaca, karena penelitian tersebut dilakukan saat memasuki musim penghujan. Hal ini sudah dipertimbangkan oleh Ainun. Hewan di musim kemarau sedikit yang keluar sementara di musim penghujan lebih banyak. Selain cuaca, kendalanya adalah alat yang terbatas. Idealnya setiap orang memakai satu alat, ia ditemani tiga kawan, sementara alat yang tersedia hanya dua. Tiga orang berada di dalam dan satu orang di atas bertugas menjaga keamanan tali. Sementara untuk urusan perizinan justru dipermudah. Namun, ia harus mengurus izin ke laboratorium Universitas Gadjah Mada yang dianggap memiliki referensi lebih lengkap.
Dari hasil penelitiannya, ada beberapa fakta dan hal unik yang ditemukan. Pertama, spesies yang ditemukan, yaitu jangkrik, kalacemiti, dan laba-laba berbeda secara morfologi dengan hewan yang berada di luar. Misalnya, jangkrik di dalam gua memiliki antena yang panjang, sekitar 30 cm digunakan untuk sensor bergerak dalam keadaan gelap. Kedua, ada hewan yang pigmennya putih karena tidak terkena sinar matahari. Hewan yang ada di dalam gua mempunyai bentuk adaptasi tersendiri. Jadi, misal ada pengaruh dari luar masuk akan mempengaruhi adaptasi. Contohnya adalah waktu pengambilan sampel menurut paparannya pada hari pertama dan kedua masih cukup banyak aktivitas hewan, sementara hari-hari berikutnya mulai berkurang sebab sudah semakin sering dimasuki orang. Menurutnya, semakin banyak orang yang masuk ke gua maka aktivitas hewan akan berkurang, bahkan bisa mengganggu. Apalagi gua tersebut akan sering dikunjungi oleh wisatawan yang cenderung hanya ingin menikmati pemandangan tanpa cukup peduli dengan ekosistem di dalamnya. Sebagai seorang peneliti, ia kurang sepakat dengan kebijakan pembukaan Gua Senen sebagai objek wisata. Menurut kesimpulan penelitiannya, hewan-hewan yang berada di gua sangat responsif dan rentan terhadap pengaruh dari luar, seperti cuaca dan manusia. Semakin banyak orang masuk, maka akan semakin panas, hewan-hewan akan terganggu. Sebagai seorang peneliti ia hanya bisa menampilkan data-data yang sewajarnya dipertimbangkan oleh penentu kebijakan. Harapannya pembukaan objek wisata gua tidak asal-asalan, sebab harus ada manajemen wisata. Tujuannya adalah untuk meminimalisir kerusakan, karena wisata merupakan perkembangan yang tak terelakan.
Mahasiswa asal Lamongan ini pada dasarnya menawarkan penelitiannya sebagai sumber belajar baik siswa maupun guru, dan sebagai bahan pertimbangan kebijakan pemerintah di bidang wisata gua. Ia juga berharap bisa melanjutkan penelitiannya lebih jauh dan berpesan kepada para calon peneliti berikutnya bahwa masih banyak peluang melanjutkan. Misalnya meneliti hewan yang bukan tergolong jenis arthropoda, seperti kelelawar dan sebagainya. Selain itu, ia juga menyarankan penelitian di wisata ekstrem. Harapannya semakin banyak yang meneliti akan menghasilkan variasi data, sehingga semakin banyak pertimbangan apabila pemerintah hendak membuka objek wisata. (Ari)