• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Mukmin yang Sukses dalam Perspektif Al-Qur’an

21/03/2023/in Feature /by Ard

Kajian Rutin Ahad Pagi Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan pemateri Dadi Nurhaedi, S.Ag., M.Si. (Foto: Catur)

Kajian Rutin Ahad Pagi yang terselenggara di Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berlangsung secara luring di kompleks Masjid IC UAD serta disiarkan langsung pada kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD. Pemateri kali ini adalah Dadi Nurhaedi, S.Ag., M.Si. yang merupakan dosen di UAD pengampu mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).

Menurut penuturan Dadi, ada beberapa upaya yang dilakukan agar dapat menjadi mukmin yang sukses menurut pandangan Al-Qur’an. Secara sederhana sukses dapat diartikan bahagia atau beruntung apa pun keadaannya. Kesuksesan tidak diukur dengan hal-hal duniawi saja. Bagi seorang mukmin, kesuksesan paling penting dan pokok ialah dapat sukses dunia dan akhirat.

Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 1–12 menjelaskan bahasan penting mengenai orang yang sukses. Pertama, orang yang khusyuk dalam salatnya. Salat merupakan suatu amalan sangat penting karena merupakan ibadah yang ditunjukkan secara langsung dengan gerakan dan bacaan kepada Allah Swt. Dadi menjelaskan khusyuk merupakan memusatkan perhatian dan konsentrasi hanya kepada Allah Swt semata. Salah satunya dengan cara memahami apa yang dibaca, melakukan gerakan salat secara tumakninah, merasa disaksikan, serta bertemu dan diawasi oleh Allah Swt.

“Khusyuk dalam salat merupakan sesuatu hal yang sangat penting karena sebenarnya dapat menjadi solusi permasalahan hidup. Caranya, jangan anggap salat sebagai beban tetapi anggaplah sebagai sebuah kebutuhan niscaya kita tidak akan terbebani,” jelasnya.

Kedua, orang yang mampu menjauhkan diri dari hal yang sia-sia atau tidak bermanfaat. Macamnya bisa berupa perkataan dan perbuatan, serta tidak membuat dirinya larut dalam hal yang sia-sia. Dalam Al-Qur’an lebih banyak dijelaskan pekerjaan yang berkaitan dengan lisan. Banyak waktu yang tercuri dari kita misalnya menonton sinetron, merumpi, bermain gim hingga melalaikan waktu salat, dan sebagainya.

Ketiga, orang-rang yang menunaikan zakat. Secara bahasa, zakat dapat diartikan sebagai tumbuh dan berkembang. Seseorang yang berzakat maka jiwanya akan suci. Selain itu, sikap rakus, pelit, dan egois dapat terhapuskan dengan berzakat.

Keempat, orang yang data menjaga kemaluannya agar tidak sampai melanggar norma agama. Kelima, orang yang bisa menunaikan amanah dan tanggung jawab. “Semua orang memiliki tugas dan tanggung jawab. Contohnya orang tua memiliki amanah untuk mendidik anak, ayah memiliki amanah untuk memberi nafkah kepada keluarga, seorang mahasiswa memiliki amanah untuk belajar dengan giat agar kelak bermanfaat untuk orang banyak,” lanjut Dadi.

Terakhir, orang yang bisa menjaga salatnya. Maksudnya ialah, salat sesuai dengan waktunya, memahami dan merasakan bacaan serta gerakan salat yang dilakukan, merasakan hadirnya Allah Swt., dan berusaha mengenakan pakaian yang baik yang dimilikinya.

“Kita memang telah menjadi mukmin, tetapi hendaknya yang diinginkan ialah mukmin yang sukses, beruntung, bahagia, dan selamat baik di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya hal tersebut bisa diraih oleh semua orang dengan tekad dan usaha yang sungguh-sungguh. Karena mereka itulah orang yang akan menempati surga Firdaus. Surga yang tingkatan levelnya sangat tinggi. Di dalamnya, mereka akan merasakan kenikmatan yang luar biasa tidak ada tandingannya. Mudah-mudahan kita dapat menjadi orang yang memiliki kesalehan terhadap Allah Swt. dan kesalehan kepada manusia. Mari maksimal kesempatan yang masih ada untuk senantiasa berusaha dan berlomba menjadi mukmin yang sukses.” (ctr)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kajian-Rutin-Ahad-Pagi-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dengan-pemateri-Dadi-Nurhaedi-S.Ag_.-M.Si_.-Foto-Catur.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-21 08:42:282023-03-21 08:42:28Mukmin yang Sukses dalam Perspektif Al-Qur’an

Membangun Komitmen dan Kepercayaan Diri

20/03/2023/in Feature /by Ard

Dr. Gatot Sugiharto, S.H., M.H. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pemateri Career Camp #2 UAD (Foto: Zulfan Faizun)

Wakil Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Gatot Sugiharto, S.H., M.H. berkesempatan menjadi narasumber dalam kegiatan Career Camp #2 yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Karier (Puska) Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) UAD. Acara ini dilaksanakan di Wisma Sargede pada 11–12 Maret 2023. Gatot menyampaikan topik “How to Build Your Self-Confident and Commitment” sebagai materi pembuka dalam acara tersebut.

Ia mengawali pembahasan dengan analogi yang menarik dengan menyuguhkan 2 gambar yakni kolam renang dan samudra. Dalam rangka menghadapi luasnya samudra maka diperlukan gaya berenang yang beragam. Jika kesempatan berenang dipelajari di kolam renang maka tidak cukup hanya 1 gaya berenang yang dapat kita pelajari. “Dalam hal ini, selagi di bangku kuliah, perbanyaklah mengikuti pelatihan, salah satunya adalah Career Camp ini,” jelasnya.

“Ibarat gelas yang diisi dengan air, kita saat menjadi mahasiswa adalah gelas yang kosong. Selanjutnya, ketika mengikuti organisasi maka gelas tersebut terisi setengahnya, jika mengikuti kompetisi lalu berhasil juara maka akan terisi lagi gelasnya, dan seterusnya hingga penuh. Saat nanti lulus dari UAD, kita akan percaya diri menghadapi kehidupan yang sebenarnya,” tambahnya.

Valensi Diri

Valensi adalah ‘takaran’ atau ‘bobot’ yang mewakili keseluruhan kapasitas diri. Setiap orang memiliki valensi yang berbeda-beda. Valensi yang dimiliki akan menentukan kualitas hasil kerja dan memengaruhi tingkat kesuksesan diri.

Untuk meningkatkan valensi di dalam diri, setidaknya ada 3 hal yang perlu dipersiapkan sebagai mahasiswa. Pertama, intellectual capital yang dapat diperoleh di bangku kuliah. Kedua, social capital yang diperoleh dari pembelajaran di organisasi seperti belajar berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Ketiga, moral capital yakni kompas moral sebagai umat beragama yang dapat menjadi penunjuk arah sesuai dengan rida Allah.

Ketiga hal tersebut menghasilkan kualitas soft skill seperti team works, communication, leadership, motivasi diri, dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan mengikuti organisasi.

Dr. Gatot berpesan agar tidak terjebak dalam perangkap kesuksesan. “Keahlian dan kesuksesan sering menjadi dambaan dan kebanggaan seseorang. Namun, bisa juga menjadi perangkap yang menjebak, yakni saat seseorang hanya menekuni 1 keahlian dan keahlian itu sudah tidak dibutuhkan, serta kesuksesan masa lalu melenakan seseorang dari keinginan untuk terus belajar dan beradaptasi.”

Membangun Kepercayaan Diri

Self confidence atau percaya diri berarti sejauh mana seseorang memiliki penilaian dirinya atas berbagai kondisi, fisik, psikologis, moral, dan sosial. Ekspektasi atau harapan besar kepada pencapaian mampu dilakukan seseorang berdasarkan evaluasi atas kemampuan dan performanya. Dr. Gatot menjelaskan, “Ketika kita yakin kepada kemampuan diri, maka cenderung makin termotivasi mencapai tujuan dan memiliki motivasi yang tinggi.”

Self esteem atau harga diri berarti sejauh mana seseorang meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat, atau berharga di dalam dirinya. “Ini berupa hasil evaluasi kita terhadap diri sendiri, termasuk mengetahui apa saja yang bisa kita lakukan dan mana yang kurang dikuasai,” jelasnya.

Self love atau mencintai diri sendiri yakni penerimaan terhadap keseluruhan diri sebagai manusia. Tidak hanya menerima kelebihan, tetapi juga kekurangan yang ada pada diri sendiri.

Ketiga konsep itu merupakan bagian dari cara memandang diri sendiri. Ketiganya saling mendukung dan berkaitan sekaligus memiliki perbedaan khas. “Mencintai diri sendiri akan meningkatkan harga diri supaya memunculkan kepercayaan diri dan komitmen,” tegas Gatot.

Membangun Self Esteem

Terdapat beberapa cara untuk membangun self esteem, di antaranya belajar tersenyum, menjadi pendengar yang baik, memberi apresiasi dan balas pujian, serta temukan sikap dan perilaku yang otonom berarti pernyataan yang diterima oleh semua orang. Selain itu juga perlu membangun hubungan yang dapat dilihat dari sikap dan perilaku dalam berkomunikasi atau bersosialisasi. Misalnya cara duduk, berdiri, gestur tubuh, bahasa tubuh, pilihan diksi saat bicara, serta pemilihan topik pembicaraan akan menentukan hubungan sosial.

Self esteem positif muncul dari kebanggaan atas kemampuan yang dikuasai sehingga akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri yang tinggi. Namun, tidak sepenuhnya berlaku untuk semua hal dan kondisi pada diri kita. Gatot memberikan analogi seperti halnya jika seseorang merupakan atlet bola voli maka self esteem akan terbangun saat di lapangan bola voli.

Personal Branding

Personal branding merupakan persepsi yang muncul di mata orang lain terhadap diri kita. Salah satu indikator personal branding berhasil atau tidak dapat diukur dari seberapa banyak orang yang sudah mengenal diri kita. Cara mengenalkan diri adalah mempunyai sesuatu yang dapat dengan mudah dikenali. Salah satu cara membangunnya adalah dengan memanfaatkan media sosial dengan bijak.

Dalam membangun personal branding maka akan menguatkan komitmen yakni dedikasi atau kewajiban yang mengikat bagi diri sendiri ataupun orang lain. Gatot menambahkan, “Tetapkan komitmen Saudara mulai hari ini dan jalankan komitmen itu untuk harga diri Anda jauh lebih tinggi, agar Anda lebih percaya diri dalam berjuang untuk masa depan!” (roy)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Dr.-Gatot-Sugiharto-S.H.-M.H.-Wakil-Rektor-Bidang-Kemahasiswaan-dan-Alumni-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-pmateri-di-acara-Career-Camp-2-UAD-Foto-Zulfan-Faizun.jpg 1125 2000 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-20 11:06:052023-03-20 11:07:12Membangun Komitmen dan Kepercayaan Diri

Komposisi Gizi dan Tubuh yang Ideal Bagi Remaja

18/03/2023/in Feature /by Ard

Anna Fitriani, S.K.M., M.K.M. pemateri seminar daring nasional oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD), UHAMKA, dan Seameo Recfon (Foto: Novita)

Anna Fitriani, S.K.M., M.K.M. peneliti dan dosen Program Studi (Prodi) Gizi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) didapuk menjadi narasumber pada sedaring nasional kolaborasi antara Universitas Ahmad Dahlan (UAD), UHAMKA, dan SEAMEO RECFON pada Sabtu, 25 Februari 2023. Penerima penghargaan Deakin University Post-Graduate Research Scholarship di Deakin University, Australia, ini memiliki ketertarikan di bidang Nutrition for Fitness and Sport Performance.

“Ada 4 topik yang akan saya sampaikan. Pertama, perubahan pada remaja dan anjuran gizi secara umum. Kemudian komposisi tubuh yang mungkin masih terdengar asing bagi orang awam. Selanjutnya, membahas protein sesuai dengan tema kita hari ini dan diakhiri dengan bagaimana latihan untuk menunjang komposisi tubuh yang baik,” jelas Anna.

Perubahan pada Remaja

Anna menjelaskan bahwa secara sadar ataupun tidak, remaja mengalami perubahan baik secara fisik, kognitif, maupun emosi. Remaja merupakan salah satu fase atau tahap pacu tumbuh yang cepat dalam periode hidup manusia. “Periode pacu tumbuh ini dapat berlangsung selama 2–3 tahun. Pertumbuhan pada remaja perempuan sekitar 5–25 cm, sedangkan pada laki-laki sekitar 10–30 cm. Selain itu, pertumbuhan tulang seperti mineralisasi tulang atau pemadatan tulang dan pemanjangan tulang sebaiknya dimanfaatkan secara maksimal oleh remaja.”

Kegemukan dan Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh pada fase anak-anak tentu saja berbeda dengan masa remaja. Pada fase ini, terlihat jelas perbedaan komposisi tubuh antara remaja laki-laki dan perempuan.

“Hormon testosteron pada laki-laki membangun massa otot yang lebih besar dengan kerangka tulang yang lebih besar dan berat daripada perempuan, sedangkan perempuan dengan hormon estrogen cenderung menghasilkan lemak sebagai modal menstruasi yang terjadi secara teratur,” terang Anna.

Masalah yang kini dihadapi adalah tidak semua remaja memiliki komposisi tubuh yang ideal. Banyak masalah yang dialami oleh remaja: suka jajan, tidak sarapan, waktu dan porsi makan tidak sesuai, rendah keanekaragaman makan, serta tidak aktif. Citra tubuh juga berpengaruh mengingat remaja mengalami perubahan secara emosi, biasanya citra tubuh dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Remaja dengan riwayat stunted pada fase sebelumnya akan memengaruhi (meningkatkan) massa lemak pada masa pertumbuhan sehingga memiliki kecenderungan kegemukan.

“Jika saya rangkum masalah kegemukan remaja di Indonesia, berdasarkan angka prevalensi kegemukan (%) tahun 2010–2018 RISKESDAS (Litbangkes Kemenkes RI) terjadi peningkatan secara signifikan. Untuk remaja berusia 13–15 tahun, kegemukan meningkat dari 2,5% ke 16%, sedangkan usia 16–18 tahun meningkat dari 1,4% ke 13,5%. Oleh karena itu, kita harus lebih berhati-hati dan cegah sedini mungkin,” jelasnya.

Indeks Massa Tubuh (IMT)

“Untuk mengukur apakah kita gemuk atau kurus, kita bisa menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengukuran ini dilakukan secara sederhana, yaitu membagi berat badan (dalam kg) dengan tinggi badan (dalam ). Jika hasil menunjukkan angka kurang dari 17,0 atau 17,0–18,4, remaja berada di kategori kurus, angka 18,5–25,0 berada di kategori normal, dan angka 25,1–27,0 berada di kategori gemuk serta lebih dari 27,0 berada di kategori gemuk berat (obesitas),” terang Anna.

Ia juga menambahkan, mengukur berat badan menggunakan timbangan sejatinya tidak menunjukkan hal apa pun. Tubuh manusia terdiri atas tulang, otot, lemak, cairan, dan sebagainya sehingga sulit untuk mendeteksi komposisi apa yang sebenarnya mengalami kenaikan (secara signifikan atau tidak). Penelitian menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan berat badan secara signifikan, lemaklah yang berpengaruh besar dalam hal tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi komposisi tubuh.

“Kebugaran seseorang dapat dilihat dari komposisi tubuhnya. Lebih baik meningkatkan massa otot dan menurunkan massa lemak karena dapat menurunkan risiko sindrom metabolik,” tambahnya.

Gizi dan Latihan Fisik Penunjang Komposisi Tubuh yang Baik

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia, remaja laki-laki berusia 13–15 tahun dianjurkan untuk mengonsumsi protein sebesar 72 gram/hari dan perempuan 69 gram/hari, sedangkan berusia 16–18 tahun sebesar 66 gram/hari untuk laki-laki dan 59 gram/hari untuk perempuan. Namun, faktanya remaja yang kekurangan asupan protein (dari AKG) jumlahnya lebih besar daripada yang berkecukupan.

“Ketika kita makan lebih banyak dari yang dibutuhkan, tentu saja akan menjadi simpanan dalam tubuh. Akan menjadi baik jika simpanan berupa otot, tetapi kasus yang sering terjadi tidak demikian, simpanan yang terbentuk berupa lemak. Kita perlu menyeimbangkan kalori yang masuk dan keluar tubuh.”

Untuk dapat meningkatkan massa otot dan menurunkan massa lemak, ia menyarankan agar melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit/hari dengan intensitas sedang hingga tinggi.

“Untuk massa otot, kita bisa padu-padankan aerobik dan latihan otot. Aerobik dapat meningkatkan ketahanan jantung dan paru-paru serta menurunkan massa lemak karena meningkatkan metabolisme lemak. Selain itu, terdapat pula latihan fleksibilitas yang berorientasi pada konsistensi dalam berolahraga agar tidak cedera. Jadikanlah latihan fisik sebagai kebutuhan,” pungkasnya. (nov)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Anna-Fitriani-S.K.M.-M.K.M.-pemteri-seminar-daring-nasional-oleh-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-UHAMKA-dan-Seameo-Recfon-Foto-Novita.jpg 503 1118 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-18 08:39:372023-03-18 08:39:37Komposisi Gizi dan Tubuh yang Ideal Bagi Remaja

Tekad Kuat dan Proses adalah Kunci untuk Berprestasi

16/03/2023/in Feature /by Ard

Dita Franesti, mahasiswa Prodi PBSI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Kejuaraan Nasional Karate di Atmajaya Cup 1 (Foto: Istimewa)

Dita Franesti, mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berhasil meraih juara III Kumite Senior Putri 55 Kg Kejuaraan Karate Festival dan Open Tournament Karate Atmajaya Cup 1. Acara bergengsi ini diselenggarakan oleh Universitas Atmajaya Jawa Timur yang bekerja sama dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Malang. Kompetisi berlangsung di GOR Ken Arok Kota Malang pada Sabtu–Minggu, 18–19 Februari 2023.

Pada perlombaan tersebut, tim UKM Karate UAD mengirimkan beberapa atlet berbakatnya untuk mengikuti 2 jenis pertandingan, yaitu Kata dan Kumite. Dita menjelaskan bahwa dirinya mengikuti cabang Kumite 50 Kg Senior Putri Festival dan berhasil menang dari sekian banyak sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia yang ikut serta pada kejuaraan nasional tersebut.

“Kami tim Karate UAD, khususnya yang terpilih untuk mengikuti kejuaraan, mempersiapkan diri sekitar kurang dari 2 bulan dengan menambah jadwal latihan. Banyak hal yang perlu disiapkan mulai dari kesehatan fisik, mental, teknik bertanding, alat pertandingan, dan tambahan latihan fisik,” ujarnya.

Waktu persiapan yang cukup singkat sehingga perlu penyesuaian pengaturan intensitas waktu latihan, serta jadwal kuliah atau kesibukan lainnya, menjadi tantangan tersendiri bagi Dita. “Tentunya juga sulit untuk menjaga waktu istirahat agar tetap cukup dan kesehatan fisik tetap terjaga,” tambahnya.

UAD mendukung penuh terhadap peningkatan prestasi mahasiswa terutama di bidang olahraga dan seni bela diri. Danang Sukantar, M. Pd. selaku Kepala Bidang Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan dan Prestasi Mahasiswa UAD mengamati bahwa mahasiswa UKM Karate sangat giat berlatih, terutama tim yang akan berlomba.

Dita menimpali, “Tekad dan usaha tim Karate UAD begitu kuat, kami ingin meningkatkan prestasi dan bisa membawa nama baik Karate UAD di tingkat nasional.”

Tim Karate UAD berhasil membawa pulang 27 medali yang terdiri atas 9 medali emas, 7 medali perak, dan 11 medali perunggu dari 25 atlet yang berjuang, termasuk Dita. “Harapannya harus tetap semangat dalam meraih prestasi dan terus mencoba walau belum maksimal. Karena dalam hidup bukan hanya tentang apa yang akan diraih tetapi tentang proses dalam meraih hal tersebut,” tambahnya.

Banyak sekali pengalaman serta pelajaran berharga yang Dita ambil dan akan berguna di masa depan. “Dalam kondisi apa pun selalu berdoa dan ingat kepada Allah, serta mohon doa restu orang tua. Satu hal lagi yaitu tekuni hal positif yang kita senangi, entah itu sekadar hobi atau apa pun selagi mendatangkan manfaat,” pungkasnya. (roy)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Dita-Franesti-mahasiswa-Prodi-PBSI-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-pada-Kejuaraan-Nasional-Karate-di-Atmajaya-Cup-1-Foto-Istimewa.jpg 1191 1065 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-16 10:05:542023-03-16 10:05:54Tekad Kuat dan Proses adalah Kunci untuk Berprestasi

Kesucian Sebagian dari Iman

13/03/2023/in Feature /by Ard

H. Rahmadi Wibowo S., Lc., M.A., M.Hum., pembicara Kajian agama tentang Iman dan Kesucian Masjid Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Zahro)

Kebersihan adalah sebagian dari iman, menjadi slogan yang tidak asing bagi kita. Ternyata, kata-kata itu diambil dari potongan hadis, yang artinya memberikan isyarat bahwa orang yang beriman maka hidupnya selalu bersuci.

“Yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang harus disucikan sebagai sebagian dari iman itu?” tanya H. Rahmadi Wibowo S., Lc., M.A., M.Hum. saat menjadi pembicara kajian singkat tentang kesucian di Masjid Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang ditayangkan melalui kanal YouTube.

Menurutnya, terdapat 3 hal yang harus selalu disucikan. Pertama, hati. Hati adalah salah satu hal yang harus disucikan agar tidak mudah terkena penyakit. Sucikan hati dari penyakit-penyakit seperti syirik, sombong, dan riya. Seseorang yang senantiasa membersihkan hatinya dari kemusyrikan, maka ia adalah orang telah menyucikan hatinya.

“Kesombongan juga termasuk bagian yang harus disucikan, bahkan menurut ulama melalui pemahaman atau pembacaan terhadap Al-Qur’an, bahwa kesombongan itu adalah dosa yang pertama dilakukan oleh makhluk yaitu yang merasa paling besar dan paling merasa lebih bisa. Sehingga iblis dalam Al-Qur’an ketika di dalam surga diminta bersujud kepada Adam tetapi ia enggan, maka terusirlah karena kesombongannya. Selanjutnya adalah riya. Hati harus selalu dibersihkan dan disucikan dari kotoran-kotorannya,” jelas Rahmadi.

Kedua, akal. Satu-satunya yang mengotori akal adalah kebodohan. Maka dalam Islam selalu dituntunkan untuk selalu belajar dan belajar, baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal bisa dilakukan dengan mengikuti pengajian, kajian-kajian, membaca buku, dan lain-lain. Jadilah seorang pembelajar sampai sepanjang hayat, maka belajarlah dan terus belajar.

Ketiga, fisik. Lingkungan sekitar juga termasuk bagian dari fisik yang harus selalu disucikan. Dalam Islam sudah diajarkan agar senantiasa menjaga kesucian tubuhnya. “Pribadi muslim adalah pribadi yang bersih, pribadi yang selalu bersuci, menyucikan hati, akal, anggota tubuhnya, tempat tinggalnya, dan lain sebagainya,” tutupnya. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/H.-Rahmadi-Wibowo-S.-Lc.-M.A.-M.Hum_.-pembicara-Kajian-agama-Masjid-Islamic-Center-IC-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Zahro.jpg 475 849 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-13 09:11:172023-03-13 09:11:17Kesucian Sebagian dari Iman

Bahagia dengan Bersyukur

09/03/2023/1 Comment/in Feature /by Ard

Kajian rutin agama Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Zahro)

Kajian rutin yang diselenggarakan oleh Masjid Islamic Center (IC) Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta pada kesempatan ini membahas tentang bagaimana orang yang bahagia itu dan bahagia seperti apa yang dimaksud. Kajian rutin diselenggarakan pada Minggu, 19 Februari 2023 di lantai 2 Masjid IC UAD dengan pembicara Dr. Ustadzi Hamzah, M.Ag. dan dipandu oleh Awhinarto, M.Pd.

Sudah banyak nikmat yang dianugerahkan Allah kepada para hamba-Nya. Mulai dari nikmat sehat, kesempatan, nikmat hidup, serta nikmat iman dan Islam. Sampai kapan pun manusia tidak akan mampu menghitung satu per satu nikmat yang telah diberikan. Manusia hanya mampu untuk senantiasa meningkatkan rasa syukur dan ketakwaan kepada Allah setiap harinya.

“Dalam sebuah penelitian Harvard University tentang indeks kebahagiaan, orang bahagia itu yang seperti apa? Dalam penelitian itu ditemukan bahwa orang yang berbahagia bukan karena tercukupi segala sesuatunya, materi, memiliki jabatan yang tinggi, dan lain-lain. Namun yang membuat orang itu bahagia adalah komunikasi yang positif.

Jadi, seseorang itu bisa menjalin relasi yang positif dengan orang lain sehingga orang juga akan merespons positif. Itulah yang dinamakan kebahagiaan. Sedangkan banyak sebagian orang saat ini yang memahami bahwa orang yang bahagia itu adalah kaya, jabatan tinggi, dan lain-lain. Padahal tidak seperti itu, dan tanpa disadari masih banyak juga yang belum bisa untuk bersyukur,” jelas Ustadzi Hamzah.

Ia menambahkan, bersyukur itu ada 3 jenis. Pertama, syukur dengan hati, artinya menyatakan dengan sebuah pemahaman, kesadaran, dan penghayatan bahwa semua yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah sebuah kebaikan. Jika seseorang sudah meyakini bahwa apa yang diberikan Allah kepadanya adalah kebaikan maka ia sudah akan merasa bahagia, karena itu dari Allah dan apa yang dimilikinya saat ini adalah milik Allah.

“Jika seseorang menyadari bahwa apa yang dirinya miliki saat ini karena kemampuan dan kepintarannya, maka ia akan merasakan gelisah dan khawatir. Gelisah dan khawatir yang seperti apa? Jika nanti ada yang di atasnya, ia sudah tidak keru-keruan lagi rasanya,” ucapnya.

Kedua, syukur dengan lisan, artinya membiasakan diri untuk senantiasa mengucapkan alhamdulillahirabbil ‘aalamiin baik setelah bangun tidur, mendapat nikmat sehat, dan nikmat-nikmat lainnya. Harus selalu bersyukur dan mengingat bahwa apa yang Allah berikan adalah kebaikan agar senantiasa bahagia.

Ketiga, syukur perbuatan yaitu memanfaatkan atau menggunakan apa pun yang Allah berikan kepadanya untuk beribadah dan mendekatkan diri. “Ketika kita mendapatkan sesuatu dan kita menyadari itu dari Allah lalu mengucapkan syukur dengan alhamdulillah, kemudian kita jadikan sarana untuk beribadah kepada Allah maka kita akan senantiasa tenang,” tutupnya. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kajian-rutin-agama-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpeg 1066 1600 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-09 13:49:432023-03-09 13:49:43Bahagia dengan Bersyukur

Prestasi Bisa Diraih dengan “Permainan” Membagi Waktu

21/02/2023/in Feature /by Ard

Suka permainan membagi waktu, Ferninda Nur Azizah jadi salah satu alumni berprestasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

Ferninda Nur Azizah mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) angkatan 2018 berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,93 dalam kurun waktu 4 tahun.

Wisuda yang digelar pada Sabtu, 28 Januari 2022 lalu menobatkan Ferninda menjadi wisudawan berprestasi nomor 1 pada tingkat prodi, nomor 3 pada tingkat fakultas, dan nomor 5 pada tingkat universitas. Ia mengaku sangat bersyukur telah diberi kesempatan menjadi wisudawan berprestasi.

“Mungkin ini akan menjadi pencapain terbesar dalam hidupku, sejauh ini. Sesuatu yang terjadi tanpa kusangka-sangka dan tidak pernah terduga,” katanya saat wawancara pada Selasa, 14 Februari 2023.

Menjadi wisudawan berprestasi tak semata-mata hanya fokus terhadap kuliah dan akademiknya saja, melainkan Ferninda juga aktif berproses mengikuti seleksi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Inilah yang berguna untuk memberi ruang mahasiswa dalam menyalurkan minat dan bakatnya, serta ia menyalurkan hobi menarinya di acara kampus.

Untuk menyeimbangkan waktu antara kegiatan akademik dan nonakademik hanya perlu bermain dengan pembagian waktu saja. “Kita juga harus memilih metode yang tepat dalam belajar, karena pada zaman sekarang proses belajar berubah dari mentransfer ilmu menjadi mengontruksi ilmu, untuk itu dibutuhkan strategi belajar yang runtut dan sistematis,” ujarnya.

“Aku menggunakan metode self direct learning (SDL), yang harus nge-push diri sendiri agar mampu belajar mandiri, memaksa diri sendiri agar berinisiatif tinggi, dan semangat untuk mencapai tujuan. Hal tersebut aku lakukan dengan cara merumuskan target belajar dan memilih strategi pembelajaran,” ungkap Ferninda.

Dari strategi belajar yang tersusun rapi pastinya terdapat dukungan terbaik yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut. “Support system pertamaku tentu saja adalah orang tua, karena orang tua yang mendukung baik secara materi dan mental. Namun sama seperti mahasiswa lainnya, ketika aku malas belajar aku mencari sesuatu yang menyemangatiku salah satunya dengan menonton video-video idola grup dari Korea Selatan Seventeen dan mendengarkan lagu-lagunya.”

Pada akhir wawancara, Ferninda berharap mahasiswa mampu menemukan metode terbaik untuk belajar, tidak menyepelekan kuliah, dan dapat memanfaatkan privilese menjadi mahasiswa yang diberi banyak ruang untuk menyalurkan kreativitas. (syf)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ferninda-Nur-Azizah-salah-satu-alumni-berprestasi-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpg 963 1280 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-02-21 11:39:192023-02-21 11:43:33Prestasi Bisa Diraih dengan "Permainan" Membagi Waktu

Kunci Sukses Mendapatkan Kebaikan Dunia dan Akhirat

20/02/2023/in Feature /by Ard

H. Rahmadi Wibowo S., Lc., M.A., M.Hum. pemateri kajian di Masjid Islamic Center UAD (Foto: Catur)

Kajian singkat Masjid Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada kesempatan ini membahas mengenai cara mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Acara ditayangkan melalui kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD dengan pembicara H. Rahmadi Wibowo S., Lc., M.A., M.Hum.

Setidaknya ada 2 pembahasan penting mengenai tema yang diangkat, yakni bagaimana kunci sukses di dunia dan bagaimana sukses di akhirat. Berkaitan dengan hal itu Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia yang berisi tuntunan hidup. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa keyakinan seorang hamba akan adanya kehidupan akhirat setelah kehidupan dunia adalah sebuah kewajiban.

“Sebagai orang beriman harus mengetahui dan mengamalkan kiat sukses hidup di dunia dan akhirat. Allah Swt. memberikan tuntunan bahwa kita harus senantiasa selalu berdoa agar dapat meraih sukses dunia dan akhirat. Sebagaimana hal ini tercantum dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 201 yang artinya “Dan di antara mereka ada yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka’”,” jelas Rahmadi Wibowo.

Terdapat beberapa tanda seseorang mendapatkan kebaikan di dunia. Pertama, memiliki iman yang kokoh, itu artinya yakin dan percaya akan hukum Allah Swt. Kedua, memiliki fisik yang sehat dengan berusaha selalu melakukan yang terbaik dengan cara-cara yang sesuai syariat Islam.

Ketiga, memperoleh ilmu yang bermanfaat. Jadi, tidak cukup hanya banyak memiliki ilmu pengetahuan saja, tetapi ilmu itu dapat memberi kebermanfaatan. Ilmu yang dimaksud adalah yang mengantarkan diri sendiri makin dekat kepada Allah serta bermanfaat bagi orang lain. Terakhir, mendapatkan rezeki yang barokah. Rezeki yang barokah akan senantiasa dipergunakan di jalan Allah Swt. penuh dengan nilai lebih dan bertambahnya kebaikan.

“Sedangkan tanda seseorang mendapatkan kebaikan akhirat hanya ada satu yaitu dijauhkan dari siksa api neraka. Seseorang dapat masuk ke dalam surga karena ia mendapatkan kebaikan di dunia dengan iman yang kokoh, rezeki yang dipergunakan di jalan Allah Swt., ilmu yang bermanfaat, dan perbuatan amal saleh lainnya sehingga di akhirat kelak ia akan dimasukkan ke surga,” tutupnya. (ctr)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/H.-Rahmadi-Wibowo-S.-Lc.-M.A.-M.Hum_.-pemateri-kajian-di-Masjid-Islamic-Center-UAD-Foto-Catur.png 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-02-20 10:39:322023-02-20 10:39:32Kunci Sukses Mendapatkan Kebaikan Dunia dan Akhirat

Pemilu dan Demokrasi yang Terbajak

20/02/2023/in Feature /by Ard

Seminar tentang Pemilu 2024 dan Demokrasi oleh MKM Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Novita)

Pakar Hukum Tata Negara Dr. Zainal Arifin Mochtar, S.H., LL.M. atau yang akrab disapa Bang Uceng berkesempatan menjadi narasumber dalam seminar nasional “Tantangan dan Harapan dalam Mewujudkan Pemilu 2024 yang Demokratis dan Konstitusional”. Acara ini diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi Mahasiswa (MKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Amphitarium lantai 9 Gedung Utama Kampus IV UAD (9-2-2023). Dr. Zainal lebih fokus menyampaikan tantangan Pemilu secara substantif.

Sebelum sampai pada pembahasan inti, ia bercerita mengapa memilih topik “Pemilu dan Demokrasi yang Terbajak”. Ia sempat bertemu dan berbincang-bincang dengan Prof. Mahfud M.D. saat tahun baru.

“Saya tanya ke Prof. Mahfud, sebenarnya ia mau nyalon capres atau enggak. Kemudian, ia menjawab kalau belum terpikir karena Pemilu ada atau tidak saja masih harus mikir. Seorang Prof. Mahfud pun khawatir akan keberlangsungan Pemilu. Betapa mengerikannya kondisi itu,” terangnya.

Ketigaperiodean atau Third Termism

Pembicaraan tantangan terbesar Pemilu dan demokrasi adalah ketigaperiodean atau third termism. Third termism merupakan pembicaraan panjang adanya gejala negara-negara di dunia melakukan perpanjangan masa jabatan dengan berbagai alasan seperti kedaruratan, salah satunya Covid-19.

“Giorgio Agamben menuliskan bahwa demokrasi terbangun dari keadaan darurat. Prinsip-prinsip demokrasi selalu dibangun dari keadaan darurat. Keadaan ini maksudnya dalam keadaan chaos, seperti hak asasi menguat karena ada bunuh-bunuhan. Namun, sayangnya demokrasi akan sering menggunakan alasan kedaruratan untuk merusak demokrasi itu sendiri. Hal ini terjadi bukan hanya negara kita, tetapi juga negara-negara di dunia.”

Konsep atau istilah third termism berbeda-beda tiap negara. Di Turki, dikenal dengan istilah autocratic legalism atau otokratik legalism, bagaimana otoritarian dilegalkan. Kekuasaan yang berlaku terlalu lama menjadi ciri otokratik legalism ini. Di Indonesia pun sama, wacana 3 periode masih naik dan hangat diperbincangkan, tidak mati. Skenarionya adalah menafsirkan ulang Pasal 7 UUD 1945: “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk 1 kali masa jabatan”.

“Perdebatannya adalah penggunaan kata ‘dan’ dalam ‘Presiden dan Wakil Presiden’. Jadi, katanya, yang dibatasi 2 kali kalau mereka berpasangan secara bersamaan, tetapi kalau tidak, itu bisa selamanya. Dan gilanya menurut saya, ini bisa saja di-‘iya’-kan oleh kekuatan politik. Adapun yang mempersiapkan skenario lain untuk kembali ke perubahan pertama, yaitu dipilih oleh MPR. Saya pikir hal ini terjadi karena ada kebingungan yang belum terselesaikan di tingkat konstelasi capres-capresan ini,” jelas Dr. Zainal.

Third termism berbahaya karena dapat mengonstruksi negara menjadi otokratik legalism atau kudeta. Selain itu, dapat juga menghilangkan konstitusionalisme dan pembatasan kekuasaan. Inilah tantangan terbesar Pemilu.

Hoaks dan Disinformasi

“Saya bertemu dengan politisi yang menjelaskan secara detail pola-pola kecurangan yang dilakukan saat Pemilu 2019, legislatif maupun pilpres. Katanya, ‘saya adalah pendosa’. Dan pola kecurangan tersebut kemungkinan terulang. Bahkan, ada seorang bohir (cukong) yang saya temui yang sudah menyiapkan teknologi yang merusak atau membajak data Pemilu,” terang Dr. Zainal.

Tantangan berikutnya adalah hoaks dan disinformasi. Keduanya merupakan produk sehari-hari. Demokrasi yang besar memiliki potensi hoaks yang besar pula. Bahkan, demokrasi polis dianggap masih terlalu besar oleh Aristoteles. Noam Chomsky dalam buku Manufacturing Consent: The Political Economy of the Mass Media (1988) mengatakan bagaimana kesepakatan (consent) bisa dibangun atau dimanufaktur dan media punya ‘mesin’ untuk membangun kesepakatan itu. Citra seseorang dapat dibangun melalui media (second hand reality). Inilah jalan lahirnya hoaks dan disinformasi.

Lame-duck dan Cinderella Action

Indonesia sebagai negara demokrasi yang menyelenggarakan Pemilu secara langsung tidak memiliki peraturan yang tegas, yang menetapkan batas-batas apa saja yang boleh dan tidak dilakukan oleh Presiden menjelang berakhirnya masa jabatan. Di Amerika, dikenal dengan istilah lame-duck.

“Kita tidak punya aturan yang mengatur kuasa presiden antarwaktu kepemiluan, bagaimana jika mencalonkan diri lagi dan jika sudah tidak bisa mencalonkan, apa yang harus dibatasi. Ada istilah Cinderella action, Cinderella akan berubah tepat pukul 12 malam, sedangkan presiden akan berubah menjadi orang biasa karena masa jabatannya berakhir. Biasanya, ia akan melakukan hal-hal tertentu seperti menandatangani ratusan Keputusan Presiden (Kepres), Perpu, hingga SK. Hal-hal tersebut seharusnya dibatasi.”

Penyelenggara yang Curang dan Sistem yang Berubah-ubah

“Ada partai yang seharusnya lolos, tetapi tidak diloloskan, dan sebaliknya. Ada pula yang mengaku sebagai wakil partai padahal ia seorang anggota KPU sekaligus penyelenggara Pemilu,” ungkapnya.

Selain penyelenggara yang curang, Pemilu akan makin kacau apabila sistem yang digunakan berubah-ubah. Proporsional terbuka adalah sistem yang paling tepat. Proporsional terbuka mengembalikan kedaulatan rakyat secara kuat dengan menghadirkan relasi antara pemilih dan dipilih secara langsung. Pernah terjadi ketegangan dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MK): 1 partai mendukung proporsional tertutup, sedangkan 8 partai lainnya mendukung proporsional terbuka. Namun, anehnya, tidak ada teguran dari MK, suara DPR dibiarkan terpecah. Ini memungkinkan terjadinya perubahan sistem terbuka menjadi tertutup.

“Demokrasi kita dibangun atas dasar lesser evil. Demokrasi memang tidak sempurna, tetapi the best among the world. Yang dibutuhkan adalah komitmen, jangan sampai konstitusi diubah seenaknya oleh para politisi. Kita semua harus terlibat: negasi dan tolak hoaks dan disinformasi. Ayo lawan kecurangan, jangan terima uangnya, tetapi laporkan. Jika kita biarkan Pemilu dibajak dan dirusak, saya kira Pemilu hanyalah sarana untuk membunuh Pemilu itu sendiri.” (nov)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Seminar-tentang-Pemilu-oleh-MKM-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Novita-scaled.jpg 1572 2560 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-02-20 09:01:442023-02-20 09:01:44Pemilu dan Demokrasi yang Terbajak

Menjadi Hamba Allah Seutuhnya

14/02/2023/in Feature /by Ard

Ustaz Fajar Rachmadani, Lc., M. Hum. Pemateri Kajian Rutin Ahad Pagi Masjid IC Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Catur)

Kajian Ahad Pagi yang diselenggarakan secara rutin bertempat di Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) serta ditayangkan secara langsung melalui kanal YouTube resmi Masjid Islamic Center UAD pada (12-2-2023). Acara kali ini dibersamai oleh Ustaz Fajar Rachmadani, Lc., M. Hum. sebagai pembicara.

Fajar Rachmadani memaparkan materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yaitu bagaimana menjadi hamba Allah Swt. seutuhnya. Menurutnya, ada 3 poin penting pembahasan. Pertama, menjadikan hanya Allah Swt. dan rida-Nya saja sebagai tujuan hidup, tanpa adanya Tuhan-Tuhan tandingan bagi-Nya. Kedua, menumbuhkan keyakinan bahwa semua yang ada pada diri kita saat ini adalah titipan. Ketiga, berserah diri atas segala ketetapan-Nya.

Pada poin bahasan pertama, sangat berkaitan dengan Al-Qur’an surah Az-Zariyat ayat 56 yang artinya “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. Dari ayat ini, dapat diambil pelajaran hamba Allah Swt. yang beriman hendaklah menjadikan visi misi hidupnya hanya untuk Allah Swt. semata. Dibuktikan dengan melakukan segala aktivitas yang diniatkan untuk ibadah hanya untuk-Nya tanpa adanya Tuhan-Tuhan tandingan.

Maksud Tuhan-Tuhan tandingan di sini ialah penilaian manusia yang berupa, pujian, harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, ketenaran, kekaguman, pengakuan, dan pujian dari manusia. Padahal Allah memerintahkan manusia harus ikhlas menyembah kepada Allah Swt. saja. Sesuai dengan Al-Qur’an surah Al-Bayyinah ayat 5, “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah Swt. dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)”.

Pembahasan yang kedua, penting untuk menumbuhkan sikap tidak merasa memiliki apa pun di dunia ini. “Semua yang ada pada diri kita adalah titipan, artinya bersikaplah merasa dititipi, tidak merasa memiliki. Tidak ada yang disebut kehilangan karena semua yang ada dalam diri kita hanyalah titipan jadi sebenarnya tidak ada yang kita miliki yang ada hanyalah dititipi,” ucapnya.

Ia melanjutkan, “Bersikaplah seperti tukang parkir. Ketika yang memiliki akan mengambil barangnya kembali, tukang parkir pun tidak merasakan sedih dan kecewa yang berlebihan. Begitulah seharusnya orang beriman bersikap. Karena boleh jadi Allah Swt. mengambil dari kita apa yang kita cintai suatu saat akan digantikan dengan yang lebih baik. Sekali-kali lihat orang yang berada di bawah kita dalam urusan dunia agar hati kita senantiasa merasa bersyukur.”

Fajar Rachmadani juga membahas pada poin yang ketiga. Berserah diri atas segala ketetapan-Nya. Karena Dialah yang paling tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Konsekuensi dari sebuah penghambaan jika sesuai dengan yang diinginkan maka ia bersyukur jika tidak sesuai dengan yang diminta maka hendaknya ia bersabar, itulah hamba Allah Swt. yang terbaik.

Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an surah At-Talaq ayat 1–2 yang artinya,” Barang siapa bertakwa kepada Allah Swt. niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah Swt. niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya”. Tentunya tawakal dapat dilakukan setelah adanya doa dan usaha maksimal.

“Mudah-mudahan yang hadir pada kajian pagi hari ini Allah Swt. berikan kekuatan dan istikamah untuk berusaha menjadi hamba Allah Swt. yang seutuhnya. Hingga kelak kita semua akan dikumpulkan di surga bersama dengan orang beriman. Semoga apa yang disampaikan ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari tentunya harapan saya bisa menambah keimanan kita semua,” tutupnya. (ctr)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ustaz-Fajar-Rachmadani-Lc.-M.-Hum.-Pemateri-Kajian-Rutin-Ahad-Pagi-Masjid-IC-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Catur.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-02-14 12:33:372023-02-14 12:33:37Menjadi Hamba Allah Seutuhnya
Page 1 of 32123›»

TERKINI

  • Bimawa UAD Gelar Career Camp #221/03/2023
  • KKN Anak Bangsa UAD Adakan Pelatihan Ecoprint di Sorobali NTB21/03/2023
  • Sedari Kecil Geluti Bela Diri, Lathifah: Sehari Bisa Latihan 3 Kali21/03/2023
  • Humas­ dan Protokol UAD Adakan Upgrading Student Employee20/03/2023
  • UAD Raih Hibah Internasional dari British Council20/03/2023

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Juara I Inovasi Media Pembelajaran Tingkat Nasional17/03/2023
  • Tapak Suci UAD Juara Umum Open Tournament Lampung Championship VI17/03/2023
  • Taekwondo UAD Borong Medali di Kejuaraan Prabu Taekwondo Challenge 607/03/2023
  • Mahasiswa UAD Raih Penghargaan dalam Ajang Thailand Investor’s Day21/02/2023
  • Tim Futsal UAD Sabet Juara I Liga Futsal DIY11/02/2023

FEATURE

  • Mukmin yang Sukses dalam Perspektif Al-Qur’an21/03/2023
  • Membangun Komitmen dan Kepercayaan Diri20/03/2023
  • Komposisi Gizi dan Tubuh yang Ideal Bagi Remaja18/03/2023
  • Tekad Kuat dan Proses adalah Kunci untuk Berprestasi16/03/2023
  • Kesucian Sebagian dari Iman13/03/2023

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top