Landasan Akhlak Bernegara untuk Pemimpin Indonesia
Sabtu (9-3-2019), Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan tabligh akbar bersama Ustaz H. Bachtiar Nasir, Lc., MM., yang merupakan pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI). Acara ini berlangsung mulai pukul 12.00 WIB sampai 14.00 WIB dengan mengangkat tema “Akhlak Bernegara”. Tabligh akbar bertempat di lantai II Masjid Islamic Center UAD terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya masuk. Mahasiswa UAD, jemaah dari luar, dan anak-anak kecil meramaikan acara ini.
Awal ceramahnya, Bachtiar Nasir mengaku bangga menjadi orang Indonesia. Tanpa kaku dan terkesan terlalu formal, ia melontarkan kata-kata, “I love Indonesia” di depan jemaah. Lalu disambung dengan pertanyaan, “Do you love me?” sebagai pemanis pembukaan ceramah. Jamaah menjawab, “Yes” dengan tertawa riang.
Setelah itu, ia menjelaskan sejarah singkat bangsa Indonesia. Mengingatkan kembali tentang Sumpah Pemuda dan hari Kemerdekaan Rakyat Indonesia. Menurutnya, bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar karena sejak dahulu sudah dipupuk dengan landasan akhlak yang kuat.
“Akhlak bernegara yang benar yaitu tidak menyimpang dari Alquran dan Pancasila,” ujarnya.
Ia melanjutkan, “Indonesia menjadi lokomotif bangkitnya peradaban Islam di muka bumi. Negara ini tidak akan tegak jika tidak menerapkan Pancasila dalam akhlak bernegara. Bangsa Indonesia harus mengerti dan mengamalkannya supaya menjadi bangsa yang kuat dan besar. Semua harus meyakini dan menyembah Allah bukan menyembah tembok, patung, atau makhluk lain. Janganlah sebagian dari kita menuhankan yang lain, misal laki-laki menuhankan perempuan atau perempuan menuhankan laki-laki. Selain itu, tidak menghalalkan yang haram dan sebaliknya.”
Allah akan menjanjikan tiga hal bagi orang yang beriman dan beramal saleh. Janji-Nya yaitu, otoritas kepemimpinan, kejayaan, dan kekuasaan. Hal itu bagi umat Islam dipakai untuk mengendalikan sebuah bangsa. Jika dihubungkan dengan tujuan politik Islam, yaitu menjayakan sebuah bangsa sebebas-bebasnya, bukan hanya untuk kekuasaan semata. Tujuan berbangsa dan bernegara yang sesungguhnya adalah makmur, mencapai kejayaan, dan tidak ada yang kelaparan.
“Langit Indonesia saat ini sedang dibutakan dengan kekuasaan. Kita sebagai pemilih harus cerdas dalam memilih calon pemimpin bangsa Indonesia supaya tidak keliru,” ucap Bachtiar Nasir.
Jemaah yang hadir saat itu sangat antusias mendengarkan tabligh akbar. Sebab, tema yang disampaikan memang sangat pas dengan kondisi Indonesia saat ini. Salah satu peserta yang datang adalah Rista Romadona, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). Ia menyampaikan, datang ke acara ini untuk pengganti kuliah Ilmu Dakwah dan Kemuhammadiyahan.
“Kita sebagai rakyat Indonesia harus bisa memilih pemimpin yang Islam. Penting memperhatikan akhlak. Kita juga harus membangun negara yang baik dengan cara tidak saling menuduh. Supaya tercipta negara yang maju, harus dilandaskan dengan akhlak dalam bernegara,” ucap Rista.
Selain itu, Isti Mugiarti mahasiswa Teknologi Pangan semester empat mengaku datang ke tabligh akbar karena disarankan oleh dosen matakuliah akhlak. “Karena dalam Pancasila tidak ada yang bersinggungan dengan Islam. Jadi insya Allah akhlak kita akan baik. Akhlak bernegara sangat penting untuk mengatur masa depan supaya tidak berantakan. Sehingga, pemimpin yang layak harus cerdas, amanah, dan dapat dipercaya.” (Dew)