Pascasarjana UAD Adakan Klinik Artikel Scopus
Sebagai bentuk dukungan peningkatan kuantitas dan kualitas publikasi artikel pada jurnal terindeks bereputasi, Program Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Klinik Artikel Scopus bagi mahasiswa dan dosen. Klinik ini terselenggara atas kerja sama Pascasarjana UAD dengan Asmapada dan Repoeblik Kopi.
Acara yang berlangsung di Auditorium Kampus II UAD Jln. Pramuka 42, Sidikan, Yogyakarta, Selasa (27-8-2019) dihadiri sekitar 300 peserta dari dalam maupun luar UAD. Hadir sebagai pembicara Dr. Tole Sutikno, M.T. Kepala Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah (LPPI) UAD dan Prof. Zainuddin Bin Hasan dari Universitas Teknologi Malaysia, serta moderator Dr. Purwoko, M.M. Presiden Repoeblik Kopi.
Prof. Dr. Ir. Dwi Sulisworo, M.T. Wakil Direktur Pascasarjana UAD dalam sambutannya mengharapkan ada tindak lanjut setelah klinik artikel scopus berlangsung. “Kami menginginkan mahasiswa tidak hanya menyimak materi yang disampaikan pembicara. Tetapi, selanjutnya harus menulis artikel maupun paper,” katanya.
Ia menegaskan, khususnya bagi mahasiswa pascasarjana, akan ada klinik lanjutan untuk membantu me-review tulisan supaya bisa terpublikasi pada jurnal bereputasi. Langkah ini juga untuk menstimulus supaya mahasiswa lebih banyak menulis dan menyampaikan gagasan inovasinya.
Di sisi lain, Zainuddin mengungkapkan, untuk bisa terpublikasi paling tidak artikel harus memiliki sesuatu yang benar-benar baru dan original. “Ada inovasi juga yang memiliki dampak signifikan. Jadi bukan artikel yang biasa-biasa saja dan lampau. Harus sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.”
Sementara Tole menjelaskan untuk bisa menembus publikasi di jurnal terindeks bereputasi, tulisan yang baik harus memenuhi novel technical results. Selain itu, untuk membuat tulisan yang bagus harus menguasai teori.
“Menguasai berbagai teori-teori yang sesuai dengan disiplin ilmu akan memudahkan menulis artikel maupun paper. Sebelum melakukan riset, kuatkan dulu pondasi dengan memahami teori-teori yang sudah dipelajari. Riset butuh teori,” tandasnya. (ard)