Suster Magdalena Merasa UAD seperti Kampung Sendiri
Suster Magdalena yang berasal dari Atambuanan, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini memilih Universitas Ahmad Dahlan (UAD) karena menurutnya salah satu kampus yang mempunyai toleransi tinggi terhadap perbedaan agama. Ia mengetahui itu dari suster sebelumnya yang juga menempuh pendidikan di UAD.
“Setelah mendengar cerita toleransi di UAD tinggi, jadi saya memilih kampus ini untuk menempuh pendidikan. Saya pribadi merasa bangga menjadi orang Indonesia yang mempunyai toleransi beragama,” katanya saat diwawancara di sela-sela Technical Meeting (TM) Program Pengenalan Kampus (P2K), bertempat di Kampus Utama UAD, Sabtu (31-8-2019).
Di tempat asalnya, ia sering mendampingi anak-anak PAUD dan TK. Magdalena menceritakan daerahnya yang berbatasan dengan negara Timoer Leste. Kondisi lingkungan di sana masih memprihatinkan, masih banyak anak-anak yang belum sekolah, dan masih banyak juga yang putus sekolah setelah tamat SD.
Menurutnya, persoalan anak putus sekolah itu dimungkinkan karena faktor ekonomi, meski dari pemerintah di sana sudah memfasilitasi. Tidak menutup kemungkinan juga, anak-anak berhenti sekolah karena orang tua yang kurang mampu dan kemauan dari anak itu sendiri.
“Setelah menempuh pendidikan di UAD, saya akan pulang ke tempat asal saya, dan mau mendidik anak-anak di sana untuk mengecap berpendidikan seperti di Jawa. Sehingga tidak ada lagi yang menganggur di sana,” ungkapnya.
Menariknya, ketika berada di UAD, ia merasa seperti ada di kampungnya. “Di sekolah kami juga ada yang muslim, jadi saya di UAD ini merasa seperti ada di kampung sendiri, yang memiliki banyak toleransi terhadap kaum beragama,” jelasnya.
Mahasiswa yang menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG-PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ini merasa senang mengikuti TM P2K. Sebab panitia P2K selain terbuka, juga ramah dengan menyambut dan menyapanya ketika sampai kampus.
“Harapan saya, semoga selama kuliah di sini bisa menggunakan waktu dengan baik dan lulus tepat waktu. Lalu saya bisa pulang untuk membangun daerah saya, biar anak-anak yang kurang mampu dan tidak sekolah bisa mencicipi dunia pendidikan juga,” imbuhnya. (ASE)