Reseller Masuk Manajemen karena Passion
Krisna Aji Sanjaya sejak SMP sudah menjadi reseller. Awalnya, lelaki yang akrab dipanggil Krisna itu hanya iseng ikut-ikutan teman sebayanya, karena mendengar kalau menjadi reseller bisa mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Menginjak SMA, ia sudah mulai memberanikan diri untuk tanam modal.
Dari keterangannya, dulu ia menanam modal Rp3.000.000,00 untuk membeli barang untuk dijual lagi. Menariknya, uang yang dijadikan modal itu adalah uang pinjaman ke orang tuanya. Sempat ia diragukan karena takut tidak bisa mengatur uang.
“Saya mulai berani tanam modal sejak SMA. Saat itu, saya meminjam uang ke orang tua. Sebenarnya orang tua mau memberikan berapa pun, tapi saya sempat diragukan karena takut tidak bisa mengatur uang sebanyak itu untuk seukuran anak SMA. Alhamdulillah, saya bisa mengembalikan uang dalam tempo empat bulan. Itu pun saya dari pagi, siang, malam selalu aktif di media sosial karena bisnis daring akan sepi kalau masih belum punya nama,” kata mahasiswa baru itu saat ditemui di sela hari ketiga Program Pengenalan Kampus (P2K) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), bertempat di Kampus I UAD Jln. Kapas 9, Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta, Rabu (4-9-2019).
Mahasiswa dari Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini sempat mengantongi keuntungan sebesar Rp1.500.000,00 dalam sekali pengiriman. Namun jika lagi sepi, ia hanya mengantongi keuntungan per bulan minimal Rp200.000,00 saja. Bisanya, ia memperoleh keuntungan besar dengan barang yang lagi trending dan banyak diburu konsumen.
“Saat itu saya menjual sepatu. Jadi ada sepatu dari merek Indonesia yang pada saat itu memang sangat dicari-cari oleh konsumen. Ditambah, produksi sepatunya hanya 40 pasang. Saya pesan dua pasang sepatu untuk dijual lagi yang harganya kalau dari publik hanya Rp400.000,00 per sepatu. Karena limited edition, saya dapatlah keuntungan dengan memasang harga 1.700.000 per sepatu. Jika dijumlah keuntungannya bisa beli laptop,” terang mahasiswa dari Purworejo, Jawa Tengah itu.
Drama saat ia masuk ke UAD, ternyata tidak seindah drama Korea. Ia menceritakan, dulu daftar SBMPTN dan diterima di Jurusan Pertanian, tetapi tidak diambil karena kurang minat apalagi D3. Kebetulan juga ayahnya seorang pelayaran, dan ia sempat ditunjukkan ke sekolah Pelayaran. Tetapi karena tidak minat itu, ia menolak sampai semalaman berselisih dengan orang tuanya.
“Karena saya pikir, kalau hanya sekolah dan tidak ada kegiatan sampingan yang bisa mendapatkan uang, nggak enak. Kebetulan ayah punya rumah di Bantul dan saya memilih kuliah UAD, lalu masuk ke Manajemen yang sesuai dengan passion saya. Sebab kalau tidak sesuai dengan passion, saya tidak berkembang nanti, meskipun kuliah tiap hari,” imbuhnya. (ASE)