Naya, Penulis Cilik yang Aktif dan Produktif
Sejak umur lima tahun, Abinaya Ghina Jamela sudah akrab dengan dunia tulis-menulis. Buku pertama Naya, begitu ia dipanggil, adalah kumpulan puisi berjudul Resep Membuat Jagat Raya yang masuk dalam nominasi 10 besar Kusala Sastra Katulistiwa ke-17, meraih penghargaan KEHATI Award, dan dinobatkan sebagai kumpulan puisi terfavorit Anugerah Pembaca Indonesia 2017. Ada juga novel yang telah diterbitkan perempuan kelahiran 2019 itu, yakni berjudul Rahasia Negeri Osi.
Awalnya Naya mulai menulis di buku catatan yang setiap hari ia bawa. Bisa dibilang, buku catatan itu diibaratkan sebagai perpustakaan idenya. Setelah menulis, ia kerap mengirimkan naskahnya lewat email ke bundanya, Yona Primadesi, lalu biasanya bundanya membalas dengan memberi catatan tulisannya untuk Naya revisi.
Naya bercerita saat menjadi pembicara di Workshop Menulis Kreatif Cerita Anak yang diselenggarakan atas kolaborasi Program Studi Sastra Indonesia (Sasindo) dan Sastra Inggris (Sasing), Fakultas Sastra Budaya dan Komunukasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Katanya, setelah dan sebelum menulis, Naya kerap berdiskusi terkait ide dengan omnya, yakni Nermi Silaban.
“Sejak kecil Naya sering diajak jalan-jalan sama om. Terus selama di jalan kami bermain-main membuat metafora dengan objeknya yang kami lihat. Misal, kami membuat metafora tentang sawah yang kami ibaratkan seperti wafer, artinya kering,” katanya saat mengisi acara di Kampus II UAD Jln. Pramuka 42, Umbulharjo, Yogyakarta, Minggu (8-3-2020) lalu.
Alfiandana Susilo Aji, S.S., selaku moderator dalam workshop, bertanya tentang cerita novel Rahasia Negeri Osi yang banyak menyinggung anak yang bolos. Ternyata, cerita bolos yang diangkat dalam novelnya itu tidak lepas dari kebiasaan Naya di sekolah. Dari pengakuannya, ia sering membolos kalau tidak suka dengan pelajaran dan guru.
“Biasanya Naya bolos ke perpustakaan buat menulis dan membaca,” kata Naya.
Selain bolos, di dalam novel Naya juga sering menyajikan cerita orang dewasa yang marah-marah. Lagi-lagi, ia menuliskan cerita itu tidak lepas dari pengalaman empirisnya ketika melihat bundanya marah.
“Menurut Naya, orang dewasa harus baik. Harus pintar. Harus menjelaskan kenapa kok sering marah-marahi anak kecil, begitu,” ungkapnya.
Selain suka membaca dan menulis, Naya juga suka menonton film heroik, petualangan, sejarah, dan detektif. Sampai sekarang, ia aktif bergiat di komunitas Sahabat Gorga yang bergerak di bidang literasi anak. Kegiatan Sahabat Gorga mendatangi Sekolah Dasar (SD) dan mengajarkan anak-anak menulis karya sastra, jurnalistik, dan menggambar . (ASE)