• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Menuju Indonesia Zero Malaria

10/02/2025/in Opini, Publikasi 2024, Suara Merdeka /by NewsUAD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Suara Merdeka (27 April 2024)
Putri Rachma Novitasari

Hari Malaria Sedunia diperingati pada tanggal 25 April setiap tahunnya. Penetapan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengendalikan dan memberantas malaria di seluruh dunia. Malaria merupakan penyakit menular akibat parasit genus Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.

Gejala yang dialami penderita biasanya berupa demam yang menyiksa, sakit kepala, dan menggigil. Meskipun malaria pada umumnya dapat dicegah dan diobati, penyakit ini bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan benar. Dampak negatif terhadap kesehatan inilah yang membuatnya memerlukan penanganan yang serius.

Malaria adalah penyakit yang sampai saat ini masih banyak menjangkit masyarakat di seluruh dunia. Setiap tahun, laporan tentang kasus malaria di seluruh Dunia dari World Health Organization (WHO) memberikan penilaian komprehensif dan terkini mengenai tren pengendalian dan eliminasi malaria di seluruh dunia.

Laporan tahun 2023 untuk pertama kalinya, berfokus pada adanya hubungan antara perubahan iklim dan malaria. Sebagaimana dijelaskan dalam laporan tersebut, perubahan iklim menjadi salah satu dari banyak ancaman terhadap respons global terhadap malaria. Perubahan suhu, kelembapan, dan curah hujan dapat mempengaruhi perilaku dan kelangsungan hidup nyamuk Anopheles penular malaria.

Perubahan iklim menurut WHO menimbulkan risiko besar terhadap kemajuan dalam pemberantasan malaria, khususnya di daerah yang berisiko terhadap penularan malaria. Karena itu, dengan mengambil tindakan segera untuk memperlambat pemanasan global dan mengurangi dampaknya, secara tidak langsung dapat menekan laju peningkatan penyakit malaria.

Penyakit Menular

Malaria adalah penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di sebagian wilayah di Indonesia, utamanya ada di kawasan Indonesia bagian timur. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, membebaskan masyarakat dari malaria. Pemerintah Indonesia menargetkan tahun 2030 Indonesia akan Bebas Malaria.

Guna mewujudkan Indonesia bebas malaria pada tahun 2030, pemerintah perlu menciptakan zona bebas malaria di tingkat provinsi. Namun demikian, sebelum hal itu dilakukan, penyakit malaria harus diberantas di seluruh kabupaten atau kota di Indonesia.

Biasanya, titik perkembangbiakkan nyamuk penyebab malaria paling banyak terjadi selama dan sesaat setelah musim hujan. Wilayah yang padat penduduk juga akan meningkatkan resiko mewabahnya kasus malaria. Upaya mandiri yang dapat dilakukan guna pencegahan malaria yakni memakai pakaian serba panjang seperti celana dan baju lengan panjang selama beraktivitas sehari-hari, memakai kelambu pada saat tidur, menghindari meletakkan pakaian basah dan menggantung pakaian di dalam rumah.

Ada pula menggunakan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET (diethyltoluamide) atau picaridin, memasang obat nyamuk di pagi dan sore hari, serta rutin melakukan fogging massal di daerah dengan tingkat malaria yang tinggi minimal sebulan sekali. Selain itu langkah 3M (Menguras penampungan air, Mengubur barang bekas, dan Mendaur ulang barang bekas) juga sangat penting.

Pengobatan malaria kini telah dikembangkan. Di Indonesia, apabila masyarakat merasakan gejala malaria, dapat mengunjungi Puskesmas terdekat untuk konfirmasi diagnosa. Jika telah terbukti terdiagnosa, pasien akan mendapatkan obat di Puskesmas. Selain Puskesmas tersedia juga di rumah sakit daerah terdekat yang dapat mengobati malaria.

Pengobatan alami juga dapat dilakukan. Bahan-bahan alami yang mudah dijumpai di lingkungan sekitar seperti kayu manis, kunyit, pepaya, jahe, air perasan jeruk nipis, cuka apel dan madu telah terbukti dapat mengurangi gejala dan efek yang ditimbulkan dari Malaria.

Kementerian Kesehatan mengumumkan jumlah terakhir penyakit malaria pada tahun 2023 sebanyak 55.525 kasus pada 27 April 2023. Hal ini jauh berkurang dari tahun sebelumnya, yang disebutkan sebanyak 443.530 orang terjangkit malaria, sebagian besar berasal dari Provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Papua Barat.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai eliminasi malaria, termasuk melakukan advokasi kepada pimpinan daerah, bupati, walikota, dan gubernur. Pemerintah juga berupaya menyediakan obat antimalaria, memperluas deteksi dini malaria, meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, dan melakukan kolaborasi antar program dan organisasi profesi. Jika pemerintah tetap berpegang teguh pada upaya yang telah dicanangkan ini, maka tujuan Indonesia untuk mencapai zero malaria pada tahun 2030 akan segera terwujud.

sumber : https://kedu.suaramerdeka.com/pendidikan/2112527300/menuju-indonesia-zero-malaria

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2025-02-10 13:00:302025-02-11 09:44:16Menuju Indonesia Zero Malaria

Peran Upah dalam Dinamika Pengangguran di Indonesia

10/02/2025/in Harian Jogja, Opini, Publikasi 2024 /by NewsUAD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harian Jogja (23 April 2024)
Gea Dwi Asmara

Indonesia merupakan negara berkembang dan memiliki populasi terbesar keempat di dunia. Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh negara maju maupun berkembang yaitu permasalahan mengenai makroekonomi seperti pengangguran dan inflasi.

Dalam hal ketenagakerjaan, Indonesia menghadapi tantangan pesatnya jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Ini mengakibatkan terjadinya pengangguran.
Hal tersebut menjadi masalah serius di hampir seluruh wilayah Indonesia. Kenyataannya pembangunan ekonomi belum secara proporsional menciptakan lebih banyak lapangan kerja seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat setiap tahun.

Upaya dalam pembangunan ekonomi adalah menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat, memperluas penyediaan lapangan kerja, dan meratakan distribusi pendapatan. Jika pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan secara lebih luas, maka pembangunan dianggap berhasil, yang berarti bahwa manfaat dari pembangunan ekonomi harus dapat dirasakan secara merata dan adil oleh semua masyarakat.

Provinsi-provinsi di Pulau Jawa menyumbang mayoritas Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang berkisar antara 3,7% hingga 8,5%, menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022. Di urutan kedua adalah Pulau Sumatra yang menunjukkan TPT berkisar antara 3,4% hingga 8%.

Sementara Pulau Kalimantan menduduki peringkat ketiga dengan nilai TPT masing-masing berkisar antara 4,2% hingga 6,7%. Adapun di tingkat nasional, tercatat TPT pada 2022 rata-rata berkisar 5,83%. Data tersebut menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar pada TPT antarprovinsi.

Pengangguran, sebagai suatu besaran makroekonomi, bukanlah sebuah variabel independen. Variabel ini baik secara langsung maupun tidak langsung akan berhubungan dengan variabel makroekonomi lainnya. Ada banyak faktor menyebabkan pengangguran. Menurut beberapa studi empiris, salah satu penyebab pengangguran dikarenakan upah.
Menurut teori ekonomi klasik, tingkat upah yang ditawarkan akan mempengaruhi penawaran tenaga kerja. Sejalan dengan hal tersebut, teori Keynes menyatakan salah satu faktor yang menyebabkan pengangguran adalah efek dari tingkat upah yang kurang fleksibel di pasar tenaga kerja.

Seperti halnya penawaran, permintaan juga dipengaruhi oleh tingkat upah. Tingkat upah dan permintaan tenaga kerja diperkirakan memiliki hubungan yang berkebalikan; ketika upah naik di pasar, maka lebih sedikit pekerja yang dibutuhkan yang menyebabkan pengangguran.

Dengan kenaikan upah, pengusaha cenderung beralih dari tenaga kerja ke penggunaan mesin atau teknologi. Begitu pula sebaliknya, dengan penetapan upah minimum yang lebih rendah mendorong perusahaan menggunakan lebih banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran. Permintaan tenaga kerja dapat dipahami sebagai jumlah pekerja yang bisa dipekerjakan atau dibutuhkan oleh pemberi kerja pada tingkat upah tertentu.

Keseimbangan terjadi ketika penawaran sama dengan permintaan. Pada saat terjadi keseimbangan, akan ada penyerapan tenaga kerja secara penuh atau full employment. Keseimbangan ini menciptakan keseimbangan antara upah dan jumlah pekerja, yang juga dikenal sebagai upah kompetitif dan pekerja kompetitif. Tingkat upah dalam kondisi ekuilibrium ini adalah tingkat upah kliring pasar.

Jika tingkat upah berada di luar tingkat upah ekuilibrium, akan ada tekanan untuk menurunkan atau meningkatkan tingkat upah. Tingkat upah yang tidak seimbang ini akan menciptakan lowongan pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga kerja, atau mungkin, akan ada terlalu banyak pekerja yang bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang jumlahnya terbatas.

Penetapan Upah
Penetapan upah minimum yang dilakukan oleh pemerintah pada suatu wilayah akan memberikan pengaruh terhadap besarnya tingkat pengangguran pada wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah dapat mempertimbangkan kebijakan upah minimum yang lebih diferensiasi berdasarkan kondisi ekonomi dan harga hidup di masing-masing provinsi.

Pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah, serikat pekerja, dan pengusaha, perlu terlibat dalam dialog tripartit yang intensif untuk mencapai kesepakatan yang adil dan berkelanjutan. Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah cerdas untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara perlindungan pekerja, pertumbuhan ekonomi, dan kesetaraan regional.

sumber : https://opini.harianjogja.com/read/2024/04/23/543/1172115/opini-peran-upah-dalam-dinamika-pengangguran-di-indonesia

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2025-02-10 10:43:242025-02-10 10:43:24Peran Upah dalam Dinamika Pengangguran di Indonesia

Program Makan Siang dan Susu Gratis: Apakah Efektif?

24/01/2025/in Harian Jogja, Opini, Publikasi 2024 /by NewsUAD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harian Jogja (22 Maret 2024)
Muhammad Ridwan Ansari

Kontestan nomor urut 02, yaitu pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai pemenang Pilpres 2024. Ada hal yang menarik dari visi misi dan program kerja dari pasangan ini yang belakangan menjadi diskursus bahkan bullying kepada pasangan ini. Program ini adalah pemberian makan siang dan susu gratis di sekolah dan pesantren, serta bantuan gizi untuk anak balita dan ibu hamil untuk mencegah stunting pada anak Indonesia.

Program ini penting untuk dikulik dan dikritisi lebih dalam mengingat pasangan ini akan ditetapkan sebagai Presiden dan Wakil Presiden untuk lima tahun mendatang. Program ini salah satu yang akan ditagih janjinya oleh masyarakat untuk diimplementasikan.

Program makan siang gratis atau school lunch program (SLP) untuk anak bukan hal baru di dunia. Jepang adalah satu dari puluhan negara yang sudah menginisiasi program ini sejak 1889 di sebuah sekolah dasar swasta di Kota Yamagata.

Hingga kemudian pada 1957, program SLP di Jepang diintegrasikan menjadi program wajib di SD dan SMP yang disubsidi oleh pemerintah dan dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Jepang. Program ini tentu bukan program sembarangan. Berbagai studi sudah mengevaluasi dampak program ini terhadap status kesehatan dan gizi anak sekolah.

Studi yg dilakukan oleh Asakura dan Sasaki di Jepang misalnya, SLP memberikan dampak signifikan terhadap kualitas diet yang lebih baik dari siswa. Tentu kualitas diet yang baik akan berkorelasi dengan status gizi dan kesehatan anak serta performa belajar anak.

Penelitian lain yang spesifik dilakukan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat oleh tim peneliti dari Unversitas IPB yang mengevaluasi dampak dari program makan siang gratis di pondok pesantren selama sembilan bulan pada murid berusia 13-18 tahun. Program ini berhasil meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik terkait pola diet dan diikuti dengan penurunan prevalensi masalah anemia pada anak dari 42% menjadi 21%.

Poin Penting
Tentu dari berbagai pengalaman baik di Jepang dan berbagai studi yang sudah membuktikan keefektifan program SLP sebelumnya, banyak hal-hal operasional yang perlu digarisbawahi dalam implementasi program ini.

Pertama, memastikan isu supply chain mulai dari proses pengadaan, produksi hingga penyajian perlu dikelola dan dijamin standar prosesnya. Bagaimana mengatur proses pengadaan dan produksinya, apakah akan dikelola terpusat di sekolah atau dilakukan oleh pihak ketiga?
Bagaimana memastikan proses ini bebas dari praktik korupsi dan suap? Bagaimana cara memastikan semua makanan disiapkan aman dan halal terutama bagi yang beragama muslim atau memiliki riwayat alergi tertentu.

Berkaca dari program bantuan sosial yang selama ini dilakukan pemerintah, banyak sekali potensi kekeliruan sasaran dan kecurangan pengaturan paket yang diterima, yang mungkin juga bisa terjadi dalam program ini. Belum lagi potensi kontaminasi makanan yang berisiko terjadi hingga mengakibatkan keracunan bahkan kematian.

Kedua, memastikan program tepat sasaran. Pemerintah Jepang betul-betul memikirkan bukan hanya makanan bisa sampai tepat di meja siswa, namun juga isi makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan porsi energi dan zat gizi siswa. Oleh karena itu, seorang ahli gizi ditugaskan di setiap sekolah untuk menyupervisi dan memonitoring pengaturan menu makan siang anak di sekolah. Pemberian makan siang atau susu yang tidak sesuai kebutuhan anak dan usianya, justru memicu masalah baru berupa kelebihan berat badan atau obesitas pada anak. Masalah ini tidak kalah serius dengan masalah stunting.
Melihat kompleksitas program ini dan pengalaman implementasi dari program serupa yang pernah diterapkan di Indonesia seperti bantuan langsung tunai atau bantuan sosial sembako. maka banyak juga yang memandang skeptis dan pesimis terhadap program ini.

Alih-alih berdampak positif, namun justru menjadi beban baru dalam APBN atau potensi lumbung korupsi baru. Di Jepang sendiri sebagai gambaran, satu orang anak SD dianggarkan 39 USD dan 44 USD untuk anak SMP setiap bulan untuk program SLP ini. Bukan jumlah kecil jika diterapkan di Indonesia.

Oleh karena itu, pendekatan program ini dianggap kurang efektif jika diterapkan sebagai penanggulangan stunting di Indonesia. Program pencegahan stunting lainnya yang sudah berjalan selama ini di Indonesia seperti program dengan fokus pendekatan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) justru dapat lebih dikuatkan implementasinya.

Pemerintah perlu mendorong para akademisi melakukan kajian riset-riset implementasi kesehatan yang tidak hanya fokus terhadap penggalian akar masalah dan tantangan teknis implementasi program namun juga mencari solusi alternatif bersama dengan para pelaksana program di lapangan.
Program suplementasi tablet tambah darah (TTD) pada ibu hamil dan remaja misalnya. Program ini sudah sangat lama diterapkan di Indonesia namun selalu dihadapkan dengan masalah-masalah klasik seperti ketersediaan yang tidak adekuat dan tingkat konsumsi yang rendah.

Data dari riset kesehatan dasar pada 2018 menyebutkan dari 80,9% siswi remaja yang menerima TTD di sekolah, hanya 1,4% di antaranya yang betul-betul mengonsumsi sesuai dengan jumlah standar. Begitupula dengan data untuk ibu hamil, dari 73,2% ibu hamil yang menerima TTD hanya 38,1 yang mendapatkan jumlah sesuai standar dan mengonsumsi secara lengkap lebih dari 90 tablet.

Sumber https://opini.harianjogja.com/read/2024/03/22/543/1168792/opini-program-makan-siang-dan-susu-gratis-apakah-efektif

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2025-01-24 10:00:572025-01-23 10:10:00Program Makan Siang dan Susu Gratis: Apakah Efektif?

Etika Digital Gen Z

23/01/2025/in Opini, Publikasi 2024, Suara Merdeka /by NewsUAD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Suara Merdeka (03 April 2024)
Ismira Dewi

GEN Z merupakan generasi yang saat ini tergolong usia remaja hingga dewasa awal yang berusia antara 18-25 tahun. Temuan melalui sebuah riset menunjukkan, generasi Z lebih mudah terpapar dan terhubung dengan penggunaan teknologi digital.

Generasi ini hidup di dalam era digital yang dihadapkan pada berbagai keuntungan dan tantangan serta permasalahan yang kompleks. Internet mudah mereka akses menyebabkan individu dapat memperoleh informasi beragam melalui media sosial.

Penggunaan media sosial tentunya berpengaruh pada generasi saat ini. Penggunaan smartphone yang berlebih menimbulkan permasalahan dalam berbagai setting, sehingga mereka mulai mengabaikan orang sekitar dan berdampak pada kehidupan sosialnya.

Dalam psikologi, ada istilah phubbing, yang berasal dari gabungan kata “phone” dan “snubbing”. Phubbing muncul sejak adanya perilaku mengabaikan seseorang dalam lingkungan sosial dengan melihat smartphone dibandingkan memperhatikan orang yang sedang berinteraksi bersama.

Phubbing dapat merusak interaksi sosial, membuat orang yang diabaikan merasa tidak dihargai, dan mengganggu komunikasi antarindividu. Beberapa contoh dari fenonema perilaku phubbing, misal saat berada dalam pertemuan atau acara sosial, seseorang lebih memperhatikan layar ponselnya daripada berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.

Berdasarkan konsep teori ekologi, Urie Bronfrenbrenner, menjelaskan perkembangan individu sebagai hasil interaksi antara alam sekitar individu. Mikrosistem melibatkan hubungan personal dan bertatap muka. Dalam hal ini individu berinteraksi dengan individu lain, di dalam rumah, sekolah, maupun tempat kerja.

Mengganggu Interaksi

Ketika individu melakukan phubbing, tentu dapat mengganggu interaksi personal di dalam mikrosistem. Hal ini dapat memengaruhi kualitas komunikasi antarindividu, kepuasan hubungan, dan rasa memiliki. Selain itu, mesosistem juga berperan dalam fenomena phubbing.

Mesosistem adalah interaksi antardua atau lebih mikrosistem yang mengandung individu yang sedang berkembang. Sistem tersebut bisa jadi mengandung hubungan antara rumah dengan sekolah. Dalam hal ini, phubbing di rumah seperti mengabaikan anggota keluarga karena terlalu fokus pada smartphone dapat mengganggu hubungan antaranggota keluarga dan mengurangi kualitas interaksi di dalam rumah tangga.

Kondisi tersebut secara tidak langsung akan berpengaruh pula ketika individu berinteraksi dengan orang di sekitar lingkungan sekolah. Anak akan menunjukkan perilaku kurang perduli, seolah mereka lebih tertarik pada smartphone mereka daripada berinteraksi dengan teman sekelas atau guru. Perilaku ini kemudian berkontribusi pada makrosystem, yang mencakup norma-norma sosial dan budaya.

Dalam konteks makrosistem, phubbing dapat memengaruhi persepsi individu tentang perilaku phubbing sebagai sesuatu yang normatif atau umum sehingga dianggap suatu hal yang biasa saja. Padahal perilaku tersebut tampak tidak perduli dan mengabaikan lingkungan sekitar yang tentunya kurang sesuai dengan pada norma dan budaya setempat.

Kesimpulannya, memahami karakteristik individu dan ciri-ciri kepribadian, serta mempertimbangkan dampak phubbing terhadap hubungan interpersonal dalam mikrosistem, mesosistem, dan makrosistem, penting untuk memahami konsekuensi negatif phubbing dan pengaruhnya terhadap interaksi sosial dan dinamika dalam menjalin komunikasi interpersonal.

Beberapa solusi mengatasi perilaku phubbing antara lalin, pertama Microsistem. Orangtua hendaknya memberi batasan pada anak dalam menggunakan smartphone. Orangtua dapat meningkatkan komunikasi dengan meninggalkan ponsel. Penyebab utama seseorang melakukan phubbing adalah ponsel yang berada dalam jangkauan, seperti di dalam saku atau tas, ketika sedang berinteraksi dengan orang lain.

Kedua, Mesosistem. Penggunaan teknologi yang mengakomodasi perilaku yang sehat sehingga perlu adanya peraturan yang mengakomodasi perilaku yang sehat, seperti tidak menggunakan gadget saat berhadapan dengan banyak orang.

Salah satu teknik konseling juga dapat diterapkan guna mengatasi perilaku phubbing. Makrosistem. Mengidentifikasi munculnya perilaku phubbing dan mengembangkan strategi untuk mengelola gangguan agar tetap hadir dalam interaksi sosial. Melatih diri untuk menjadi pendengar aktif, dan terlibat dalam interaksi sosial terutama saat berada dalam suatu komunitas maupun kelompok. Perlu juga adanya ada penguatan dalam nilai agama di keluarga maupun di sekolah. Agama diharapkan mampu menjadi bagian yang penting dalam kehidupan keluarga dan pengasuhan anak.

Sumber https://kedu.suaramerdeka.com/pendidikan/2112352158/etika-digital-gen-z

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2025-01-23 10:02:322025-01-23 10:02:57Etika Digital Gen Z

Mendengar Psikologis Generasi ”Strawberry”

02/01/2025/in Opini, Publikasi 2024, Suara Merdeka /by NewsUAD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Suara Merdeka (20 Maret 2024)
Annisa & Windy Aristiani

YOGYAKARTA, kedu.suaramerdeka.com – Remaja masa kini, sering disebut sebagai generasi ”strawberry”, hidup di tengah arus informasi yang begitu cepat dan tekanan yang semakin meningkat. Di balik kehidupan sosial media yang tampak glamor, ada realitas yang tidak selalu terlihat.

Menurut studi peneliti Universitas Indonesia, angka prevalensi self-harm atau perilaku melukai diri sendiri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan sekitar 20 hingga 30 persen remaja di Indonesia pernah melakukan tindakan self-harm, setidaknya sekali dalam hidup mereka.

Studi di Yogyakarta menemukan bahwa sekitar satu dari 10 remaja di wilayah ini telah melakukan self-harm. Angka itu menyoroti pentingnya upaya yang lebih besar dalam mengatasi masalah kesehatan mental di kalangan remaja.

Faktor-faktor seperti tekanan akademik, masalah hubungan sosial, ekspektasi sosial yang tinggi dan ketidakmampuan untuk mengatasi stres dapat berkontribusi terhadap peningkatan kasus self-harm. Dalam menghadapi tantangan tersebut, salah satu cara yang dapat kita lakukan yakni mendengar aktif.

Perilaku self harm merupakan bentuk dari kegagalan mengekspresikan emosi atau perasaan yang tidak menyenangkan. Luka atau rasa nyeri yang dialami ketika melakukan self harm dianggap sebagai perasaan yang setara dengan kekecewaan atau kesulitan yang dihadapi.

Secara psikologis semakin tidak percaya diri, rasa rendah diri, tidak berguna, tidak diperhatikan. Self harm juga dapat meningkatkan risiko infeksi karena alat yang digunakan. Seiring berjalannya waktu, hal tersebut dapat menyebabkan perilaku self harm dapat semakin meningkat, dan yang terburuk adalah percobaan bunuh diri jika tidak tertangani dengan baik.

Memahami Perasaan

Mendengar aktif bukan sekadar mendengarkan perkataan seseorang, tetapi juga memahami perasaan dan emosi. Ini melibatkan empati, kesabaran, dan keinginan yang tulus untuk memahami dan membantu. Menjadi teman akan mengurangi rasa sendirian.

Dengan mendengar aktif, kita dapat memberikan mereka ruang untuk berbagi tanpa takut dihakimi atau diabaikan. Melalui mendengarkan aktif, kita dapat membantu remaja mengeksplorasi akar permasalahan mereka dan mencari solusi yang sesuai. Ketika remaja merasa didengar dan dipahami, hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memperkuat koneksi sosial mereka.

Salah satu yang memiliki peran penting dalam membangun percaya diri seorang remaja yakni orang tua. Tetapi tidak semua orang tua memahami bersikap dan memberikan perhatian kepada anaknya. Tidak sedikit yang bahkan tidak mau mendengarkan cerita remeh anaknya sehingga anak akhirnya menutup diri.

Ada pula orang tua yang merasa sudah sering berbicara tapi lupa mendengarkan. Memberikan waktu dan perhatian tentu sangat penting. Meluangkan waktu khusus untuk berbicara dengan remaja/anak tanpa gangguan dari ponsel atau kegiatan lainnya, tunjukkan bahwa kita peduli dengan apa yang mereka katakan.

Selain itu kita juga perlu mempraktikkan empati. Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang remaja. Jangan langsung menilai atau mengkritik, tetapi berusaha untuk memahami perasaan mereka. Hindari pembicaraan yang hanya mengecilkan perasaan mereka. Apapun yang dirasakan remaja, itu nyata bagi mereka. Hindari meremehkan atau mengabaikan perasaan mereka, bahkan jika bagi kita terdengar sepele.

Mendengar aktif bukanlah hal yang mudah, tetapi dapat memiliki dampak yang besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan remaja generasi ”strawberry”. Dengan memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara dan merasa didengar, kita dapat membantu mengurangi tingkat self-harm dan memperkuat koneksi emosional yang penting dalam pembentukan identitas mereka. Ingatlah, satu-satunya cara untuk benar-benar memahami remaja adalah dengan mendengarkan dengan hati yang terbuka dan tanpa henti.

sumber https://kedu.suaramerdeka.com/pendidikan/2112209056/mendengar-psikologis-generasi-strawberry

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2025-01-02 11:04:022025-01-02 11:04:02Mendengar Psikologis Generasi ''Strawberry''

Masa Depan Ekspor Indonesia

02/01/2025/in Opini, Publikasi 2024, Suara Merdeka /by NewsUAD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Suara Merdeka (9 Maret 20240)
Nurul Azizah Az Zakiyyah

LIBERALISASI perdagangan sebagai gagasan ekonomi telah menarik perhatian besar dalam beberapa dekade terakhir. Ini menjadi fenomena di tengah era globalisasi. Dalam konteks globalisasi, hubungan ekonomi antara negara-negara di seluruh dunia semakin terjalin dan liberalisasi perdagangan menjadi salah satu elemen kunci yang memfasilitasi pertukaran barang dan jasa secara lintas batas.

Respons terhadap keinginan untuk membentuk pasar global yang lebih terbuka dan efisien menjadi pendorong utama munculnya konsep tersebut. Berdasarkan perspektif kepentingan negara, liberalisasi perdagangan memiliki potensi untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dengan membuka peluang akses pasar yang lebih luas bagi produk dan jasa.

Ketika terjadi pengurangan hambatan-hambatan perdagangan, negara-negara memiliki kesempatan untuk memanfaatkan keunggulan komparatif, meningkatkan produktivitas, dan mendorong inovasi. Proses liberalisasi perdagangan juga mampu meningkatkan efisiensi ekonomi karena persaingan yang lebih ketat mendorong perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan efisiensi operasional mereka.

Dalam kerangka liberalisasi perdagangan, negara-negara dapat fokus pada produksi barang dan jasa sesuai dengan keunggulan komparatif. Hasilnya, terjadi diversifikasi dan spesialisasi dalam produksi di tingkat global, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan secara keseluruhan. Dengan demikian, liberalisasi perdagangan bukan hanya menjadi faktor yang memfasilitasi pertukaran ekonomi, tetapi juga merupakan alat untuk menciptakan peluang dan memacu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Perjanjian Liberalisasi

Sebagai negara yang terbuka, Indonesia telah terlibat dalam berbagai perjanjian perdagangan secara regional, bilateral, maupun internasional. Tujuan utamanya mengurangi hambatan perdagangan. Beberapa perjanjian liberalisasi perdagangan yang telah dilakukan Indonesia melibatkan ASEAN Free Trade Area (AFTA), Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan beberapa negara, dan beberapa perjanjian lainnya.

Upaya pemerintah untuk merampingkan tarif dengan reformasi yang berkelanjutan bertujuan mengurangi bea masuk dan mempermudah aliran barang. Selain itu, peningkatan fokusmengatasi hambatan non-tarif, seperti perizinan dan regulasi, menjadi bagian integral dari langkah-langkah menuju liberalisasi perdagangan.

Kondisi surplus ekspor Indonesia, terutama pada saat ini, menciptakan nuansa positif dalam arena perdagangan yang dapat memberikan dampak positif pada perekonomian negara. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) surplus neraca perdagangan Indonesia terus berlanjut, mencapai puncaknya pada Februari 2023.

Angka surplus yang mencapai USD 21,4 miliar mengindikasikan bahwa nilai ekspor Indonesia melebihi impor dalam periode tersebut. Hal ini menjadi berita baik karena menandakan daya saing produk Indonesia di pasar internasional dan kontribusi positif terhadap neraca pembayaran negara.

Nuansa positif perdagangan Indonesia dalam kondisi surplus ekspor tersebut dapat dijelaskan melalui beberapa faktor. Pertumbuhan ekspor yang solid dari sektor-sektor strategis, seperti komoditas pertanian dan mineral, telah memberikan kontribusi positif terhadap surplus ekspor. Harga-harga komoditas yang menguntungkan dan permintaan global yang stabil turut membantu menjaga keseimbangan positif dalam neraca perdagangan.

Selain itu, surplus ekspor menciptakan ketegangan positif dalam pemahaman internasional terhadap daya saing ekonomi Indonesia. Ini dapat meningkatkan citra negara di mata investor dan mitra dagang, membuka peluang untuk lebih banyak kerja sama perdagangan, investasi asing, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan demikian, kondisi surplus ekspor Indonesia tidak hanya mencerminkan kesehatan ekonomi nasional saat ini, tetapi juga menjadi fondasi untuk perkembangan ekonomi yang lebih positif di masa depan.

Dengan terus mengupayakan liberalisasi perdagangan, Indonesia membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kemakmuran yang lebih luas. Masa depan ekspor Indonesia terlihat cerah dengan adopsi kebijakan yang mendukung, perjanjian perdagangan yang cermat, dan komitmen untuk terus meningkatkan daya saing produk di pasar internasional. Indonesia dapat memanfaatkan momentum liberalisasi perdagangan untuk memperluas akses pasar, mengoptimalkan keunggulan komparatif, dan merangkul potensi kolaborasi global.

Sumber https://kedu.suaramerdeka.com/pendidikan/2112099558/masa-depan-ekspor-indonesia

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2025-01-02 10:51:052025-01-02 10:51:05Masa Depan Ekspor Indonesia

Tantangan Ekspor CPO Indonesia

02/01/2025/in Opini, Publikasi 2024, Suara Merdeka /by NewsUAD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Suara Merdeka (31 Januari 2024)
Rifki Khoirudin

INDONESIA adalah negara agraris yang menempati peringkat teratas di antara produsen minyak sawit (CPO) teratas, salah satu ekspor utamanya. Ini merupakan sumber devisa negara yang signifikan karena merupakan 80 persen dari seluruh ekspor pertanian.

India merupakan salah satu tujuan pasar ekspor CPO Indonesia karena menjadi importir CPO tertinggi di dunia. Kinerja industri komoditas sawit Indonesia pada 2024 masih menghadapi sejumlah tantangan. Kondisi ini terkait perlambatan ekonomi global dan Tiongkok yang bisa mengancam permintaan ekspor CPO dan harga CPO hingga adanya penjegalan produk CPO RI di Eropa lewat Undang-undang Anti-deforestasi atau European Union Deforestation Regulation (EUDR).

Pengelolaan ekspor minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Indonesia memiliki urgensi yang besar karena sektor ini memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian negara. Indonesia adalah salah satu produsen terbesar CPO di dunia, dan ekspor CPO telah menjadi pilar utama dalam penerimaan devisa negara.

Urgensi pengelolaan ekspor CPO mencakup beberapa aspek, antara lain ekonomi, sosial, lingkungan, dan keberlanjutan. Ekspor CPO memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan devisa negara. Penerimaan devisa ini sangat penting untuk membiayai impor, pembayaran utang luar negeri, serta menjaga stabilitas mata uang dan keuangan nasional.

Akan tetapi terakhir ini terdapat isu deforestasi dan pelestarian lingkungan di Indonesia dalam kaitannya dengan penanaman kelapa sawit di Indonesia. Hal ini menjadikan ekspor CPO ke Eropa khsusunya menjadi terhambat. Uni eropa saat ini sedang membahas Undang Undang Anti Deforestasi atau EU Deforestation Regulation (EUDR).

Pertemuan ini dilakukan dalam task force EUDR pada awal Februari 2024. Uni Eropa akan resmi memberlakukan Undang Undang anti Doforestasi per 16 Mei 2023. Menurut data dari GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Fadhil Hasan mengatakan saat ini tren ekspor CPO RI ke Uni Eropa cenderung turun sebelum aturan EUDR berlaku di 2025.

Sumber Legal

Regulasi tersebut bertujuan memastikan produk yang masuk pasar Uni Eropa berasal dari sumber yang legal dan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan. Regulasi Deforestasi tersebut diperkirakan akan berdampak pada sejumlah komoditas Indonesia, seperti sawit, daging, kopi, kayu, kakao, karet, kedelai, dan turunannya.

Pada beberapa tahun yang lalu, Komisi Uni Eropa sudah menyetujui untuk memberlakukan Undang-undang anti-deforestasi pada 6 Desember 2022. Ketentuan ini akan mengatur dan memastikan konsumen di Uni Eropa untuk tidak membeli produk yang terkait deforestasi dan degradasi hutan. Dalam salah satu pasalnya mengelompokkan sawit sebagai tanaman berisiko tinggi.

Padahal sawit menjadi komoditas ekspor andalan dari Indonesia, dengan kebijakan seperti ini sawit Indonesia kehilangan pasar penjualannya. Akibat adanya penerapan regulasi tersebut, tentu akan menambah beban tambahan perizinan yang harus dipenuhi.

Dengan pemberlakuan UU Anti Deforestasi, ekspor minyak sawit mentah Indonesia bisa terpengaruh. Apalagi Uni Eropa menjadi salah satu pasar utama minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dari Indonesia. Selain Uni Eropa, India dan Cina merupakan oasar utama untuk minyak sawit mentah dari Indonesia. Disisi lain aturan Regulasi ini cenderung diskriminatif karena hanya berlaku untuk CPO namun tidak untuk minyak nabati lain seperti sun flower dan rapseed.

Jauh sebelum Undang Undang Anti Deforestasi Uni Eropa disetujui, minyak kelapa sawit Indonesia kerap penjadi perdebatan dunia internasional karena isu deforestasi. Pada April 2017, Parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi tentang minyak sawit dan deforestasi hutan hujan.

Tujuan akhirnya adalah larangan impor barang hasil deforestasi. Contohnya kelapa sawit Bersama produk turunannya ke wilayah Uni Eropa pada 2020. Dengan adanya kejadian tersebut, sejmlah Lembaga Swadaya Masyarakat seperti Walhi dan Greenpeace menyebutkan regulasi anti deforestasi ini dapat menjadi momentum pemerintah untuk memperbaiki tata Kelola sawit yang selama ini belum maksimal. Apalagi saat ini ada seluas 3,4 juta hectare kebun kelapa sawit di Indonesia berada dikawasan hutan.

Dengan adanya regulasi tersebut, pemerintah bisa lebih selektif dalam memberikan lahan sawit dan berupaya menjaga hutang yang tersisa. Di satu sisi pemerintah bisa melakukan lobby atau pendekatan bahwa Upaya pelestarian lingkungan terkait kebun sawit di Indoesia sudah dilakukan.

Sumber https://kedu.suaramerdeka.com/ekonomi/2111723916/tantangan-ekspor-cpo-indonesia

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2025-01-02 10:46:352025-01-02 11:04:42Tantangan Ekspor CPO Indonesia

Mubalig Hijrah, Kaderisasi dan Dakwah Global

05/12/2024/in Opini, Publikasi 2024, Suara Muhammadiyah /by NewsUAD

 

 

Suara Muhamamdiyah (05 April 2024)
Elis Zuliati Anis

“Selama 20 hari program Mubalig Hijrah ini, pengalaman saya tidak terbatas pada pengabdian masyarakat saja, lebih dari itu, saya mendapatkan beragam pembelajaran life skill yang tidak saya dapatkan di pondok.”

Demikian Rizal (16), siswa Madrasah Mualimin Muhammadiyah, mengekspresikan kesannya terhadap kegiatan Mubalig Hijrah (MH) di desa Sumedang dan Kardangan, Purwobinangun, Pakem, Yogyakarta.

Rizal, bersama sekitar 500 santri kelas satu dan dua Aliyah di Madrasah Muallimin Muhammadiyah, berkesempatan mengikuti program MH tahun 2024 (1445H). Mereka
dikirim ke berbagai masjid dan komunitas Muslim di berbagai provinsi di Indonesia, bahkan ke luar negeri: Malaysia, Thailand, Taiwan, Hongkong, Australia, dan Jepang. Mubalig Hijrah tidak hanya bertujuan memperluas dakwah Islam, baik di Indonesia dan di luar negeri, tetapi juga merupakan perjalanan memperkuat kaderisasi Muhammadiyah dan dedikasi pengabdian masyarakat.

Keseharian Santri Mubalig Hijrah

“Pengalaman yang sungguh sangat berbeda ketika kita berdakwah dan terjun langsung di tengah masyarakat dengan beragam usia dan latar belakang.”  tutur Rizal. Rutinitas di Muallimin yang diatur dengan aturan yang ketat—dari bangun tidur hingga istirahat di malam hari—berubah saat mengikuti program MH. Diperlukan kemampuan adaptasi yang cepat, pengelolaan waktu dan komunikasi yang efektif, serta kemandirian. Lebih dari itu, menjunjung tinggi akhlak dan menunjukkan sopan santun merupakan kunci utama dalam berinteraksi dan diterima dalam lingkungan masyarakat yang beragam.

Para santri tinggal di rumah Takmir masjid atau penduduk setempat. Mereka ditugaskan imam sholat, penceramah dan terkadang muadzin. Masyarakat memiliki penilaian tinggi terhadap anak pondok, untuk tidak hanya mandiri, tapi juga unggul dalam berbagai aspek, utamanya dalam bidang keagamaan.

Mengajar baca quran merupakan kegiatan utama para santri MH, sekaligus menjadi momen berkesan. “Harus sabar sih. Anak-anak itu sangat aktif, sulit diatur”, Rizal menuturkan pengalamannya menghadapi anak-anak TPA di Masjid al-Hidayah. Menariknya, beberapa anak laki-laki tampak nyaman mengaji dipangkuan santri MH, kemudian berlarian dan bermain setelah usai mengaji.

Cerita menarik lainnya dituturkan oleh Angga, santri berusia 16 tahun dari Jawa ini menuturkan pengalamannya mengikuti MH di Sumpur Kudus, Sumatera Barat, tanah kelahiran Buya Syafii Maarif yang jauh dari rumah serta berbeda budayanya. Namun, jarak dan perbedaan tersebut tidak menjadi hambatan bagi Angga untuk beradaptasi. Masyarakat sangat antusias menyambut santri MH.  Mereka tidak hanya menyediakan buka puasa dan sahur, tetapi juga meminjamkan motor untuk memudahkan transportasi di area tersebut. Beruntungnya lagi, mereka di berikan uang saku oleh masyarakat dan di bawakan pula beras ketika mereka berpamitan pulang ke daerah masing-masing. Selain di Sumpur Kudus, ada 10 santri lainnya yang dikirim ke lima nagari (desa): Unggan, Silantai, Sumpur kudus, Sumpur Kudus Selatan, dan Menganti.

Berbeda dengan pengalamannya di Jawa, tempat dia berasal, meskipun beberapa anak semakin akrab dengannya sebagai pengajar TPA, tak jarang mereka menunjukkan sikap yang kurang patuh. Namun, di Sumpur Kudus, keakraban yang tumbuh membuat anak-anak tidak hanya lebih patuh, tapi juga lebih semangat dalam belajar mengaji. Al-hasil, ketika Angga berpamitan untuk Kembali ke Jawa, anak-anak tampak sedih dan berat melepasnya. Bahkan beberapa diantara mereka menangis.

Misi Global Mubalig Hijrah Luar Negeri

Dengan syarat kemampuan berbahasa Inggris yang baik, pengetahuan Islam yang mendalam, juga harus hafal 30 juz, santri MH Muallimin tidak hanya membawa pesan Islam ke kancah global, tapi juga bertindak sebagai duta muda Muhammadiyah, berdialog langsung dengan masyarakat internasional yang kaya akan keragaman budaya.

Di Taiwan, Tangguh (16 Tahun), santri kelas satu Aliyah menuturkan pengalaman pertamanya berdakwah di negara yang minoritasnya Islam. “Berpuasa di Taiwan sangat berbeda,” ujarnya. Mencari makanan yang halal lumayan susah. Saat sahur, hanya ada satu tempat makan milik orang Indonesia yang buka.

Selama di Taiwan, Tangguh tinggal di apartemen kampus (Asia Univertsity), bersama mahasiswa Indonesia.  Meski jumlah mahasiswa Muslim lumayan banyak, yakni sekitar 80. Namun, hanya 10 sampai 12 yang sering berjamaah di Musholla. Program ramadhan pun menyesuaikan dengan kegiatan mahasiswa S1 dan S2 disana. Meski begitu, Tangguh tetap bersemangat membantu persiapan buka puasa, menyampaikan kultum, dan kadangkala menjadi imam sholat.

Di Jepang, di tengah pergantian musim dari musim dingin ke musim semi, Aflah Naufal Nabiih (16 tahun) dan dua temannya (Muhammad Faiz Fahrezi dan Muhammad Naufal Azzam) tiba di Tokyo pada hari ke-5 Ramadhan dalam program MH internasional. Perjalanan keluar negeri pertama Aflah ini telah diimpikan sejak lama. Aflah kagum pada kemajuan pendidikan dan teknologi di Jepang. Suatu hari, dia ingin kuliah di Jepang, di jurusan kedokteran.

Ketiga santri ditempatkan di tiga kota yang berbeda: Adachiku (Tokyo), Hiroshima dan Kitakyushu (Fukuoka). Aflah menuturkan selama di Jepang dia tinggal di Masjid KICC (Kitakyushu Islamic Cultural Center). Tidak seperti bangunan masjid di Indonesia dengan kubah nan megah, KICC adalah bangunan rumah biasa yang di fungsikan sebagai masjid, terletak di pinggiran kota Fukuoka.

Ditengah kesibukan mahasiswa dan pekerja di Fukuoka, kehadiran pendakwah seperti Aflah sangat dinanti. Setiap hari, selama Ramadhan, Aflah menjadi imam sholat dan imam tarawih. Bahkan Aflah juga diminta menjadi imam sholat hari raya Idul Fitri nanti dan sekaligus menyampaikan khutbah Idul Fitri. Bagi Aflah, interaksi dengan Muslim dari berbagai negara, seperti Pakistan, Syria, Banglades, Azerbaijan, menjadi pengalaman yang berkesan di hati.

“Tidak seperti di Indonesia, disini azan tidak terdengar lantang, tidak pakai mic,” Aflah menuturkan. Sebagian masyarakat akan merasa terganggu jika azan menggunakan mic. Sama hal nya di Taiwan, Islam adalah agama minoritas di Jepang. Kepercayaan masyarakat Jepang sangat beragam, diantara nya pemeluk Shinto dan Budha, dan penganut kepercayaan Tokugawa. Akan tetapi masyarakat Jepang juga dikenal banyak yang tidak memiliki afiliasi agama.

Aflah berkesempatan berinteraksi langsung dengan masyarakat Jepang dalam acara “Grand Iftar” yang disenggarakan oleh Yayasan Ainul Yaqin. Ada sekitar 30 non-Muslim Jepang yang hadir. Sebelum buka puasa bersama, ada pemaparan tentang Islam. Mereka antusias bertanya. Salah satunya meminta Aflah membacakan sebagian dari ayat al-Quran. Aflah, hafiz 30 juzz itu, melantunkan QS. al Isro’ ayat 78-83. “Indah sekali, seperti karya puisi”, kata salah satu dari mereka. Tidak hanya itu, tiga orang ingin ikut sholat maghrib, sebagian lagi mengamati aktivitas sholat maghrib hari itu di KICC.

Kaderisasi Mubalig Hijrah

Kaderisasi adalah proses estafet penting dalam sebuah perjuangan dakwah. Pada program MH ini, santri diharapkan mampu mengimplementasikan ke masyarakat ilmu-ilmu agama, setelah kurang lebih tiga tahun mereka belajar di Mualimin.

Selain didampingi oleh ustad dari Muallimin, santri juga merasakan langsung kaderisasi yang di lakukan oleh Takmir masjid setempat, pengurus Muhammadiyah dan organisasi lain yang bekerjasama dengan Muallimin.

Pak Totok, Takmir Masjid al-Hidayah  adalah salah satu sosok yang sangat dekat dengan santri MH. Beliau mendukung program MH dan memberikan kesempatan santri MH untuk mengaktualisasikan kemampuan keagamaan dan kepemimpinan para santri. Pak Totok  mengajarkan tata krama terhadap orang tua, keragaman cara hidup masyarakat, keragaman beragama masyarakat, pengetahuan dasar bertani, hingga kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Tidak hanya itu, Pak Totok selalu menyediakan waktunya untuk berbincang tentang  apa saja, memastikan santri merasa “feel at home”.

Di luar negeri, selain mendapatkan pendampingan di awal oleh Direktur Muallimin, santri beradaptasi dan menyesuaikan kegiatan disana. Di usia 16 tahun, mereka telah mendapatkan pelajaran yang sangat berharga tentang bagaimana berdakwah di negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim. Mereka lebih memahami budaya dan perbedaan, tidak hanya dalam Islam, tapi juga beragam penganut agama, bahkan mereka yang menyatakan tidak beragama.

Ditengah kondisi minimnya kepedulian generasi Z terhadap masyarakat. Program MH menunjukkan bahwa tidak semua gen-Z apatis terhadap lingkungan nya. Tidak hanya berkonstribusi pada masyarakat Indonesia, Gen-Z Muallimin ini bahkan telah membawa pesan pesan Islam ke kancah internasional.

Bintang bintang di langit Sumpur Kudus, Bunga-bunga Sakura bermekaran di Jepang dan dinginnya udara Taiwan, menjadi saksi kesungguhan dai muda Muallimin dalam misi Mubalig Hijrah 1445M.

Sumber : https://suaramuhammadiyah.id/read/mubalig-hijrah-kaderisasi-dan-dakwah-global

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2024-12-05 10:51:352024-12-05 10:51:35Mubalig Hijrah, Kaderisasi dan Dakwah Global

Ramadhan momen mengenalkan Islam di Negeri Kanguru

28/11/2024/in Antara, Opini, Publikasi 2024 /by NewsUAD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Antara (19 Maret 2024)
Elis Zuliati Anis

Jakarta (ANTARA) – Ramadhan di kampus menjadi salah satu program yang selalu semarak saat bulan suci bagi umat Islam ini tiba. Menjelang azan magrib hingga waktu tarawih, masjid-masjid kampus di Indonesia biasanya dipenuhi mahasiswa untuk berbagai kegiatan keagamaan.

Takjil pun tersedia beragam di sana. Lantas, bagaimana suasana Ramadhan di Australia, negara dengan mayoritas penduduk non-muslim?

Perth, salah satu kota kecil di Australia Barat, dikenal dengan kehidupan yang sarat dengan keragaman budayanya. Kota ini menjadi rumah bagi banyak mahasiswa internasional, termasuk dari Indonesia, untuk setidaknya dua sampai lima tahun, selama masa studi.

Komunitas Indonesia di Perth sangat beragam, termasuk diantaranya komunitas Islam yang aktif memperkaya kehidupan spiritual dan pengetahuan keislaman. Berbeda dengan masjid-masjid kampus di Indonesia yang besar dan megah, University of Western Australia (UWA), tempat penulis menimba ilmu dari tahun 2017 hingga 2022, menyediakan Prayer Room (musholla). Meskipun tidak sebesar di kampus Indonesia, tempat ini menjadi ruang yang sangat berharga bagi komunitas Islam di UWA.

Prayer Room dilengkapi dengan fasilitas tempat wudhu, pantries (dapur kecil) dan kulkas. Prayer Room menjadi pusat kegiatan keagamaan dan kebersamaan kami dan dikelola oleh UWAMSA (University of Western Australia Muslim Student Association).

Ramadhan di Perth

Ketika Ramadhan tiba, tidak ada suara azan yang menggema di mana-mana, atau mendapati beragam takjil yang di jual di pasar layaknya di Tanah Air. Juga tidak ada suara imsak dan azan subuh. Namun, mahasiswa muslim di kampus beruntung diizinkan menggunakan Hacket Café yang cukup luas untuk aktivitas berkumpul, berbuka puasa dan melaksanakan salat tarawih.

Laki laki di bagian depan, perempuan di sisi belakang. Setiap hari, selama bulan Ramadhan, lebih dari 100 orang datang ke kafe yang berada di seberang Prayer Room. Saat azan magrib berkumandang di Hacket Café, para pengunjung berbuka dengan kurma dan minuman yang tersedia, kemudian melaksanakan shalat magrib berjamaah. Setelah itu, barisan panjang sajian buka puasa terbentang, dan semua orang menikmati makanan sambil bertukar kabar dan sesekali bergurau. Uniknya, teman-teman non-muslim, termasuk mahasiswa asal Indonesia, secara sukarela membantu proses penyajian makanan untuk buka bareng ini.

Setiap komunitas Islam dari negara yang berbeda mendapat kesempatan untuk menyuguhkan hidangan khas negaranya. Menu masakan dari Indonesia sangat digemari, terutama rendang, gulai nangka yang disuguhkan dengan kupat, bakso, tahu isi dan bakwan.

“Indonesian foods are so yummy,” kata seorang teman dari Turki waktu itu. Mahasiswa Indonesia pun sangat menikmati makanan-makanan Timur Tengah yang disuguhkan pada saat buka puasa. Sembari menunggu azan isya, tempat makan tersebut dibersihkan. Beberapa orang memanfaatkan waktu dengan membaca Al-Qur’an. Sementara anak-anak asyik bermain dengan teman sebaya mereka.

Di tengah kerinduan terhadap suasana Ramadhan dan keluarga di Tanah Air, pertemuan dengan teman-teman Indonesia dan muslim dari berbagai negara menjadi semacam pengobat rindu. Senyuman tulus dan sapaan hangat mereka sungguh memberi kedamaian di hati. Suasana paguyuban terbangun secara alami. Ukhuwah Islam itu ternyata merupakan keniscayaan universal.

Namun, suasana indah itu sempat terjeda saat merebaknya pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Ini menjadi semacam ujian, betapa atmosfer Ramadhan begitu mahalnya. Dengan pembatasan sosial yang ketat, kegiatan berkumpul menjadi sangat terbatas. Tidak disangka, UWAMSA memberikan inisiatif yang luar biasa. Mereka mengantarkan takjil dan makanan dari pintu ke pintu apartemen, untuk memastikan bahwa mahasiswa muslim di kampus tersebut tetap merasakan kebersamaan dan keindahan Ramadhan.

Mengenalkan Islam

Selain menjadi bulan yang penuh rahmat, Ramadhan di UWA juga menjadi kesempatan emas untuk memperkenalkan dan merayakan keindahan Islam kepada masyarakat luas, terutama kepada teman-teman non-muslim. Banyak dari mereka yang belum tahu tentang ibadah puasa di bulan Ramadhan, sehingga pertanyaan seperti, “What kind of Religion is your Religion?” saat mengetahui tentang puasa selama sebulan menjadi momen edukatif yang berharga.

Acara Iftar Open Air menjadi kegiatan tahunan, di mana setiap orang, apapun agamanya, boleh datang ke Riley Oval, tempat lapang di kampus, untuk mengikuti diskusi keislaman dan buka bersama (Iftar). Penataan acara yang apik dengan dominasi warna putih dan lampu-lampu kecil menciptakan suasana yang hangat dan menyambut, mempererat persahabatan antara mahasiswa Muslim dan non-muslim. Kebersamaan ini tidak hanya pada momen berbuka puasa, tetapi juga kesempatan bagi teman-teman non-muslim untuk menyaksikan langsung shalat magrib berjamaah.

UWAMSA juga mengadakan Community Iftar, sebuah acara yang mengajak teman-teman dari berbagai agama berbeda (friends of other faith) untuk merasakan langsung pengalaman berpuasa, diakhiri dengan berbuka puasa bersama dengan sajian lezat dari berbagai negara Islam.

Mereka yang datang akan membeli tiket dan biasanya acara diselenggarakan di Wintrop Hall UWA yang cukup megah, atau di hotel berbintang seperti Hyatt Regency Perth.

Mereka yang hadir berkesempatan mendengarkan paparan inspiratif dari tokoh Islam terkemuka. Selain itu, ada pula stan pengumpulan donasi untuk membantu warga Palestina di Gaza, dan umat Islam di belahan dunia lain yang membutuhkan bantuan.

Melalui dua kesempatan menjadi volunteer fotografer di Community Iftar UWAMSA, penulis menyaksikan antusiasme luar biasa dari ratusan muslim dan non-muslim yang datang dengan pakaian terbaik mereka.

Di Australia, menghormati persetujuan untuk difoto merupakan hal yang sangat penting. Sebagai fotografer, penulis selalu meminta izin terlebih dahulu, terutama untuk foto close-up atau grup kecil. Rasanya sangat senang dapat berkontribusi dan memberikan kenangan indah pada momen kebersamaan keluarga dan teman-teman tersebut, serta kegembiraan semua orang saat berbuka puasa.

Selama empat tahun merayakan Ramadan di Perth, jauh dari Tanah Air, penulis menyaksikan keindahan dan keragaman Islam yang mempersatukan masyarakat dari berbagai negara dan latar belakang, termasuk teman-teman non-Muslim.

Rangkaian acara dan kegiatan yang dilaksanakan bukan hanya menggali lebih dalam makna Islam bagi muslim, tetapi juga menunjukkan kehangatan dan “Islam rahmatan lil alamin” kepada teman-teman dari berbagai agama dan kepercayaan. Allahu al jamil wayuhibbul jamal.

Sumber : https://www.antaranews.com/berita/4018107/ramadhan-momen-mengenalkan-islam-di-negeri-kanguru

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2024-11-28 09:09:042024-11-28 09:09:24Ramadhan momen mengenalkan Islam di Negeri Kanguru

Pentingnya literasi visual bagi Generasi Z

28/11/2024/in Antara, Opini, Publikasi 2024 /by NewsUAD

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Antara (14 Maret 2024)
Elis Zuliati Anis

 

Jakarta (ANTARA) – Konten apa yang paling disukai anak-anak muda, bahkan oleh kita semua, saat membuka gawai? Jawabannya mungkin tidak mengherankan, konten visual: foto dan video!Dominasi konten visual di berbagai platform media sosial telah mengubah cara manusia menerima informasi dan berinteraksi satu sama lain. Foto dan video tidak hanya menarik; mereka juga diproses lebih cepat oleh indra kita dibandingkan teks. Inilah yang menyebabkan kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam scrolling di media sosial, terpaku pada layar, terjebak dalam beragam konten visual, dan kecanduan.

Fenomena ini — semakin relevan saat ini — menegaskan urgensi untuk mengasah literasi visual, khususnya di tengah meningkatnya manipulasi visual yang dapat memengaruhi persepsi publik dan merusak kebenaran informasi. Pertanyaannya, seberapa jauh konten-konten visual tersebut memengaruhi kehidupan sosial kita, khususnya Gen-Z?

Dengan 212,9 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2023, seperti yang dilaporkan dalam Digital 2023 Global Overview (2023), itu menandakan kehidupan masyarakat yang makin terintegrasi dengan dunia digital. Sebuah riset oleh Kominfo dan Kata Data Insight Center (2022) memaparkan bahwa 72,6 persen responden memilih media sosial sebagai saluran utama mereka dalam pencarian informasi, menandai pergeseran signifikan dalam cara kita memperoleh informasi.

Konten positif vs negatif

Gen-Z bukan hanya konsumen pasif konten digital, mereka juga berperan aktif sebagai produsen, menggunakan platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube untuk berbagi kreasi kreatif. Kemampuan adaptasi mereka terhadap fitur digital terbaru dan keahlian dalam mengatasi tantangan teknologi menempatkan mereka di garis depan inovasi digital.

Meskipun cakap berselancar di dunia digital, banyak Gen-Z yang menghadapi tantangan dalam menavigasi informasi digital secara efektif, misalnya, dalam mengidentifikasi keaslian konten visual yang tersebar di media sosial. Tidak semua konten visual yang tersebar di media sosial merupakan sumber informasi yang dapat dipercaya. Risiko misinformasi dan manipulasi konten visual menjadi makin nyata, khususnya dengan kian canggihnya AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan.

Toby Walsh (2023), akademikus dari Australia, berbagi pandangan bahwa AI adalah teknologi yang dirancang untuk meniru kecerdasan manusia, yang memungkinkan mesin untuk belajar dari pengalaman, menyesuaikan dengan situasi baru, serta memecahkan masalah.

Teknologi yang berbasis pada pengolahan data dan pembuatan algoritma ini diprogram untuk berpikir dan bertindak layaknya manusia. Walsh menggarisbawahi pentingnya kewaspadaan terhadap kemungkinan manipulasi dan disinformasi yang mungkin timbul seiring berkembangnya teknologi AI ini.

Waspadai deepfake

Fenomena deepfake (manipulasi gambar) menunjukkan betapa mudahnya mengubah realitas visual, yang bisa menciptakan persepsi yang salah tentang individu, isu sosial, atau bahkan peristiwa penting. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait dengan kemampuan Gen-Z dalam membedakan antara konten yang otentik dan yang dimanipulasi.

Situasi menjadi makin mengkhawatirkan ketika deepfake berkaitan dengan kehidupan dan keselamatan manusia, seperti bencana alam, kekerasan, kecelakaan, atau konflik antarkelompok dan agama. Misalnya, deepfake yang menampilkan tokoh publik dalam situasi kontroversial atau menghasut dapat dengan cepat menjadi viral dan memicu konflik sosial.

Atau, misalnya, manipulasi visual yang menggambarkan bencana alam palsu tidak hanya menyesatkan tetapi juga dapat mengalihkan perhatian dan sumber daya dari situasi darurat nyata yang membutuhkan perhatian segera. Kita bisa membayangkan potensi risiko yang bakal terjadi, seperti: penyebaran ujaran kebencian, kecemasan, rasa putus asa, dan bahkan kemarahan yang membara. Potensi ini tidak hanya mengancam kebenaran informasi tetapi juga meresahkan tatanan sosial, mempengaruhi cara kita merespons berita yang kita terima. Inisiatif seperti pengembangan teknologi deteksi deepfake, regulasi yang lebih ketat, dan kampanye kesadaran publik merupakan langkah penting dalam melawan manipulasi digital.

Pengaruh teknologi ini juga terlihat dalam strategi kampanye “gemoy” yang viral di Indonesia, di mana AI dan kreativitas visual digunakan untuk mengubah citra publik seorang politikus. Greg Barton (2023), pengamat politik dari Australia, menyoroti bagaimana strategi ini dirancang untuk menarik perhatian pemilih muda, dengan mengubah citra Prabowo, yang dikenal sebagai “eks-Jenderal yang menakutkan,” menjadi “Paman gemoy yang menggemaskan.”

Meskipun strategi ini menuai beragam kritik, ternyata memiliki dampak signifikan terhadap pemilih pemula. Seperti yang dituturkan Fika Juliana Putri,19 tahun, yang merasa terkesan pada visualisasi Prabowo versi kartun gemoy dengan pipi chubby, hasil kreasi AI-generated Mid-journey, dan akan memilihnya pada pemilu 2024, seperti dilansir di beberapa media online (20/2/2024).

Bisa jadi tidak sedikit pemilih muda lainnya yang sependapat dengan Fika. Teknologi AI telah memengaruhi cara pemilih muda mengambil keputusan politik, di mana aspek visual dan kreativitas digital memiliki dampak yang tidak kalah pentingnya dengan isu-isu substantif. Fenomena ini menunjukkan pergeseran dalam faktor-faktor yang memengaruhi keputusan politik pemilih muda, menyoroti peran penting pendidikan politik, dan literasi media digital, di antaranya kemampuan berpikir kritis, mengidentifikasi, dan menganalisis strategi kampanye yang memanfaatkan teknologi canggih.

Pentingnya literasi visual

Gen-Z harus menguasai keterampilan kunci dalam berliterasi visual di media sosial, yakni kemampuan membaca, memahami, menginterpretasi, dan mengevaluasi dengan kritis konten visual yang tersebar di media sosial. Selain itu, penting bagi mereka memahami bagaimana gambar dibuat, konteks budaya dan sosialnya, serta dampaknya terhadap masyarakat.

Pentingnya literasi visual di era digital bukan hanya sebatas pada kemampuan mengenali dan menilai keaslian sebuah gambar atau video. Lebih dari itu, literasi visual mengajarkan kita cara menginterpretasikan konten visual dan mengintegrasikannya dalam praktik sehari-hari dan meningkatkan sensitivitas kritis kita.

Dengan mengasah literasi visual, Gen-Z tidak hanya dapat melindungi diri dari misinformasi, tetapi juga memanfaatkan kekuatan visual sebagai alat komunikasi yang efektif dan bertanggung jawab. Hal ini memungkinkan mereka lakukan untuk berkontribusi pada pembangunan ekosistem digital yang lebih informatif, sehat, dan berbasis pengetahuan.

sumber : https://www.antaranews.com/berita/4008813/pentingnya-literasi-visual-bagi-generasi-z

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 NewsUAD https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png NewsUAD2024-11-28 09:01:592024-11-28 09:03:06Pentingnya literasi visual bagi Generasi Z
Page 3 of 41234

TERKINI

  • Belajar Wayang ala PBSI UAD, Kuno tapi Kena!02/08/2025
  • Wisuda Periode IV, UAD Luluskan 1.158 Mahasiswa02/08/2025
  • UAD, DPRD DIY, dan DLH Bantul Dorong Inovasi Teknologi Pirolisis sebagai Solusi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan31/07/2025
  • NGOBRAS, Kupas Tuntas Beasiswa Unggulan untuk Mahasiswa Berprestasi30/07/2025
  • Webinar Strategi Karier Industri Pangan, PSTP UAD Hadirkan Praktisi PT Mayora30/07/2025

PRESTASI

  • Mahasiswi UAD Raih Juara I Lomba Tilawah Al-Qur’an ASLAMA PTMA 2025 Tingkat Nasional01/08/2025
  • Mahasiswa Kedokteran UAD Raih Juara Harapan I Dimas Kulon Progo 202531/07/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II dalam Ajang Social Business Pitch Presentation31/07/2025
  • Ciptakan Aplikasi JustiTech, Tim LLC FH UAD Raih Empat Prestasi dalam National Essay Competition 202530/07/2025
  • Angkat Isu Ekonomi, Estria Raih Dua Penghargaan dalam Kompetisi Artikel Ilmiah Tingkat Nasional28/07/2025

FEATURE

  • Tujuh Pintu yang Mengundang Setan ke Hati02/08/2025
  • Burnout di Balik Jas Putih: Siapa yang Peduli?28/07/2025
  • Tantangan Hafiz dalam Meraih Medali Kyorugi Senior Putra U-5426/07/2025
  • Cerita Mahasiswa Hukum UAD Raih Medali Perak Kyorugi Senior Putri U-5323/07/2025
  • Efektivitas Ketepatan Data dan Kebijakan Publik22/07/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top