Keterampilan Bahasa Era Digital
Ivan Lanin menyampaikan beberapa hal terkait keterampilan bahasa di era digital dalam acara gelar wicara yang diadakan Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HMPS PBSI), 20 Oktober 2019, di Kampus II Unit B Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
“Argumentasi di media sosial sering kali mengarah pada orangnya, bukan pada esensi yang disampaikan. Membaca berita bagi generasi sekarang harus lebih arif, misalnya mencari rujukan lain dulu. Fungsi bahasa ialah untuk media komunikasi, penyampaian ekspresi, dan interaksi sosial. Penutur bahasa Inggris tidak ragu mengucapkan kata-kata yang bombastis. Orang Indonesia itu sulit mengungkapkan perasaan. Yang menjadi masalah adalah sikap mentalnya. Kita tidak terbiasa mengungkapkan perasaan. Cobalah dobrak anggapan bahasa Indonesia yang baku itu kaku,” ujar Ivan Lanin.
Keterampilan berbahasa dibagi empat keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Sementara kelebihan bahasa Indonesia di antaranya tanpa kala, plural, dan gender, pembentukan kata sederhana, tanpa perbedaan tekanan, pelafalan konsisten, dan alfabetnya latin. Bahasa merupakan identitas suatu bangsa. Selain itu juga sebagai perekat kemajemukan suku di Indonesia. Sayangnya, kebanyakan orang Indonesia canggung menggunakan bahasa Indonesia yang formal.
Tren bahasa Indonesia saat ini terjadi penyisipan bahasa asing yang ada padanan bahasa Indonesianya (campur kode), penggunaan bahasa asing untuk nama (tempat, acara), dan sebagai bahasa pengantar dalam acara di Indonesia, yang akhirnya menyebabkan kebanggaan berbahasa Indonesia memudar. Nilai ujian bahasa Indonesia lebih rendah daripada nilai ujian bahasa Inggris. Karya akhir mahasiswa, berita, pengumuman, atau surat resmi pun banyak mengalami kesalahan. Bahkan, keterampilan berbicara wartawan siaran langsung pun kurang baik. Inilah yang menjadi faktor keterampilan berbahasa Indonesia menurun. Oleh karena itu, kita tidak bisa membiarkan hal tersebut. Mulailah melihat bahasa Indonesia melalui cara lain, yakni anggapan bahwa bahasa baku tidak selalu kaku.
“Keterampilan bahasa era digital membutuhkan ketepatan pemilihan diksi, struktur, kata seru, alih kode, emoji, dan intonasi. Selain itu juga mesti sabar, berprasangka baik, rendah hati, menjaga jemari, sekaligus menghibur,” tutup Ivan Lanin. (JM)