Khoniatur Rohmah, Peraih Juara 1 Cabang Lomba Orienteering
The 1st Internasional of Nationality and Diversity Camp (TINDICA) merupakan ajang perlombaan skala internasional. Belum lama ini, kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Universitas Negeri Semarang yang berlangsung pada 11−13 Oktober 2019, dan mengusung tema “Unity in Diversity”.
Ajang bergengsi ini diikuti oleh berbagai perguruan tinggi di seluruh dunia, terutama di Indonesia. Tidak mau ketinggalan juga, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) turut mengirimkan tiga tim untuk mengikuti rangkaian perlombaan.
Tidak hanya ikut-ikutan saja, di antara tiga tim itu ada dua tim yang berhasil membawa pulang piala. Salah satunya Khoniatur Rohmana yang berhasil mendapatkan juara 1 cabang lomba Orienteering.
Dalam perlombaan, Rohmah, begitu sapaannya, menjelajah alam di sekitar Gunung Ungaran dan Candi Gedong Songo. Selama perjalanan ia harus berhenti ke tiap pos, di masing-masing pos ia disuguhkan soal berbeda terkait sejarah, sosial, budaya, dan politik. Lalu ia menulis jawabannya berbentuk seperti esai di UTS atau UAS. Ia diberi waktu lima menit untuk menjawab satu soal.
“Kalau sudah selesai ke pos pertama, saya lanjut ke pos selanjutnya. Kemarin ada lima pos. Setiap perjalanan menuju ke pos, saya dituntut untuk memfoto terkait perekenomian warga yang ada di sekitar Gunung Ungaran dan Candi Gedong Songo,” katanya, Jumat (17-10-2019) di Kampus Utama UAD.
Menurutnya, perekonomian warga masih memanfaatkan potensi alam seperti berdagang. Namun banyak wisatawan yang bersinggah tidak lama di warung-warung. Wisatawan lebih fokus sama alamnya dan berkuda serta jalan-jalan. Kemungkinan wisatawan membawa perbekalan dari bawah.
Dari keterangan Rohmah, ada pos yang memberi soal untuk menceritakan sejarah Candi Gedong Songo. Dari yang ia ketahui, sejarah candi tersebut dimulai dari orang yang memang benar-benar ingin menyebarkan agama. Mereka itu beranggapan kalau ingin lebih dekat dengan dewanya, mereka harus membuat candi di atas gunung.
Konon, Candi Gedong Songo terdiri atas sembilan bangunan. Tapi nyatanya saat ini hanya terdiri tujuh bangunan, dua bangunan lainnya runtuh hanya tersisa puing-puing saja.
“Candi merupakan bagian dari sejarah. Menurut cerita rakyat, di bawah candi itu terdapat harta karun. Orang yang tahu berbondong untuk menggali, akhirnya menjadikan pondasi bangunan hancur gara-gara digali itu tadi,” terangnya.
Rohmana tidak mau berhenti di sini saja. Ia belum puas dengan prestasi yang diperoleh, jadi harus lebih banyak dan lebih giat lagi mengikuti berbagai lomba. Ia juga punya tuntutan buat menyemangati teman-temannya. Sehingga, mereka bisa untuk ikut perlombaan dan membawa nama baik UAD di kancah nasional maupun internasional.
“Terus jangan berhenti berusaha karena nothing impossible. Kita punya mimpi, maka kita harus bangun dan wujudkan mimpi itu, jangan terlalu lama tidur nanti tidak tahu cara mewujudkannya,” ungkapnya. (ASE)