Membaca Budaya Indonesia dalam Buku Kumpulan Puisi Oranye Mahasiswa UAD
Menyatukan budaya Indonesia dalam kumpulan puisi Oranye. Begitulah yang terlintas jika membaca buku tersebut. Buku yang di luncurkan pada Rabu, (19/08/2015) di hall kampus II Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini menghadirkan Penyair terkemuka Iman Budhi Santosa dan Penyair muda Latief S. Nugraha, yang juga memberikan catatan penutup pada antologi tersebut.
“Lewat 76 puisi karya 17 penyair yang terhimpun dalam buku ini, proses simbolis di masyarakat yang saling berkait-kelindan ditunjukkan dengan khas sesuai latar belakang kebudayaan daerah masing-masing penyairnya,” terang Latief dalam catatan penutupnya.
Menurutnya, mereka berhasil menjadi penerus, penyambung kegelisahan-kegelisahan masyarakat yang tak sampai dan terputus. Semangat mengangkat dan mencatat nilai-nilai dari lekuk-liku tubuh gadis perawan bernama lokalitas di hampir keseluruhan puisi para penyair terasa begitu kuat. Melalui mereka, kita bisa bertualang dari dunia sosial ke dunia kultural, dari dunia satu ke dunia lain, yang ternyata begitu luas dan tak ada habis-habisnya ditulis sebagai puisi.
Acara rutin Forum Apresiasi Sastra (FAS) yang diadakan oleh Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) bekerja sama dengan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PSBI) tersebut, juga dihadiri oleh 17 penyair yang karyanya ada di dalam Orange.
Semoga kata “oranye” judul buku ini bermakna semburat bang-bang wetan sebagai penanda terbitnya matahari pagi, bukan semburat senjakala sebagai penanda terbenamnya matahari.
Latief berharap, antologi ini dapat menjadi pemantik bagi karya-karya para penyair, khususnya di UAD, agar terus bersinar menyala menghiasi jalan sunyi bernama puisi dalam arena sastra di Indonesia. Tentunya, semua tidak mau jika hanya “sekali berarti, sudah itu mati”, bukan?
Kumpulan puisi yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar bekerja sama dengan Masyarakat Puitika Indonesia (MPI) tersebut semoga dapat menjadi generasi sebagai saka guru tegaknya kebudayaan di Indonesia dan mampu menjadi agen kebudayaan bangsa.
“Buku Oranye ini sebuah harapan atas dunia yang amat luas yang bernama puisi,” kata Drs. Jabrohim, M.M. selaku kepala LSBO.
MPI merupakan komunitas yang didirikan pada dekade 80-an dan dikembangkan oleh Prof. Dr. Suminto A. Sayuti serta Jabrohim dkk.
Menurut Iman Budhi Santosa, munculnya komunitas Jejak Imaji (JI) yang turut membantu mendampingi mahasiswa UAD dalam proses menulis sastra tersebut perlu diacungi jempol. Komunitas yang digawangi oleh Sule Subaweh, Iqbal H Saputra, serta Angga T Sanjaya ini telah banyak menorehkan prestasi, baik menulis puisi, baca pusi, dan musikalisasi puisi.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!