Menuju Indonesia Zero Malaria
Suara Merdeka (27 April 2024)
Putri Rachma Novitasari
Hari Malaria Sedunia diperingati pada tanggal 25 April setiap tahunnya. Penetapan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengendalikan dan memberantas malaria di seluruh dunia. Malaria merupakan penyakit menular akibat parasit genus Plasmodium dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Gejala yang dialami penderita biasanya berupa demam yang menyiksa, sakit kepala, dan menggigil. Meskipun malaria pada umumnya dapat dicegah dan diobati, penyakit ini bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan benar. Dampak negatif terhadap kesehatan inilah yang membuatnya memerlukan penanganan yang serius.
Malaria adalah penyakit yang sampai saat ini masih banyak menjangkit masyarakat di seluruh dunia. Setiap tahun, laporan tentang kasus malaria di seluruh Dunia dari World Health Organization (WHO) memberikan penilaian komprehensif dan terkini mengenai tren pengendalian dan eliminasi malaria di seluruh dunia.
Laporan tahun 2023 untuk pertama kalinya, berfokus pada adanya hubungan antara perubahan iklim dan malaria. Sebagaimana dijelaskan dalam laporan tersebut, perubahan iklim menjadi salah satu dari banyak ancaman terhadap respons global terhadap malaria. Perubahan suhu, kelembapan, dan curah hujan dapat mempengaruhi perilaku dan kelangsungan hidup nyamuk Anopheles penular malaria.
Perubahan iklim menurut WHO menimbulkan risiko besar terhadap kemajuan dalam pemberantasan malaria, khususnya di daerah yang berisiko terhadap penularan malaria. Karena itu, dengan mengambil tindakan segera untuk memperlambat pemanasan global dan mengurangi dampaknya, secara tidak langsung dapat menekan laju peningkatan penyakit malaria.
Penyakit Menular
Malaria adalah penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di sebagian wilayah di Indonesia, utamanya ada di kawasan Indonesia bagian timur. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, membebaskan masyarakat dari malaria. Pemerintah Indonesia menargetkan tahun 2030 Indonesia akan Bebas Malaria.
Guna mewujudkan Indonesia bebas malaria pada tahun 2030, pemerintah perlu menciptakan zona bebas malaria di tingkat provinsi. Namun demikian, sebelum hal itu dilakukan, penyakit malaria harus diberantas di seluruh kabupaten atau kota di Indonesia.
Biasanya, titik perkembangbiakkan nyamuk penyebab malaria paling banyak terjadi selama dan sesaat setelah musim hujan. Wilayah yang padat penduduk juga akan meningkatkan resiko mewabahnya kasus malaria. Upaya mandiri yang dapat dilakukan guna pencegahan malaria yakni memakai pakaian serba panjang seperti celana dan baju lengan panjang selama beraktivitas sehari-hari, memakai kelambu pada saat tidur, menghindari meletakkan pakaian basah dan menggantung pakaian di dalam rumah.
Ada pula menggunakan lotion anti nyamuk yang mengandung DEET (diethyltoluamide) atau picaridin, memasang obat nyamuk di pagi dan sore hari, serta rutin melakukan fogging massal di daerah dengan tingkat malaria yang tinggi minimal sebulan sekali. Selain itu langkah 3M (Menguras penampungan air, Mengubur barang bekas, dan Mendaur ulang barang bekas) juga sangat penting.
Pengobatan malaria kini telah dikembangkan. Di Indonesia, apabila masyarakat merasakan gejala malaria, dapat mengunjungi Puskesmas terdekat untuk konfirmasi diagnosa. Jika telah terbukti terdiagnosa, pasien akan mendapatkan obat di Puskesmas. Selain Puskesmas tersedia juga di rumah sakit daerah terdekat yang dapat mengobati malaria.
Pengobatan alami juga dapat dilakukan. Bahan-bahan alami yang mudah dijumpai di lingkungan sekitar seperti kayu manis, kunyit, pepaya, jahe, air perasan jeruk nipis, cuka apel dan madu telah terbukti dapat mengurangi gejala dan efek yang ditimbulkan dari Malaria.
Kementerian Kesehatan mengumumkan jumlah terakhir penyakit malaria pada tahun 2023 sebanyak 55.525 kasus pada 27 April 2023. Hal ini jauh berkurang dari tahun sebelumnya, yang disebutkan sebanyak 443.530 orang terjangkit malaria, sebagian besar berasal dari Provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Papua Barat.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai eliminasi malaria, termasuk melakukan advokasi kepada pimpinan daerah, bupati, walikota, dan gubernur. Pemerintah juga berupaya menyediakan obat antimalaria, memperluas deteksi dini malaria, meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, dan melakukan kolaborasi antar program dan organisasi profesi. Jika pemerintah tetap berpegang teguh pada upaya yang telah dicanangkan ini, maka tujuan Indonesia untuk mencapai zero malaria pada tahun 2030 akan segera terwujud.
sumber : https://kedu.suaramerdeka.com/pendidikan/2112527300/menuju-indonesia-zero-malaria