UAD Adakan Bedah Buku Jejak-Jejak Filsafat Pendidikan Muhammadiyah
Perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) D.I. Yogyakarta lakukan bedah buku Jejak-Jejak Filsafat Pendidikan Muhammadiyah. Acara tersebut bertempat di perpustakaan UAD sisi timur.
Perpustakaan sebagai jantungnya pengetahuan, selayaknya terus berinovasi memberikan wadah pengetahuan. Salah satunya dengan sering melakukan kegiatan berbasis intelektual. Drs. Tedy Setiadi, M.T. selaku Kepala Perpustakaan UAD mengungkapkan bahwa peran dan fungsi perpustakaan sebagai koleksi dan koneksi. Koleksi, yakni perpustakaan berfungsi sebagai sumber pengetahuan dengan koleksi buku-bukunya yang terbaru. Sementara koneksi, yakni sebagai salah satu aktivitas penunjang untuk mendekatkan dengan pengetahuan lainnya.
“Kegiatan ini dapat mendekatkan perpustakaan kepada para pengunjung dengan program-programnya. Selain itu dapat memberikan inovasi sehingga ke depannya dapat terus berlanjut kegiatan semacam ini lagi,” harap Tedy dalam sambutannya pada Rabu, (5-3-2020).
Dr. H. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag., Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) UAD sekaligus perwakilan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menjadi narasumber pada bedah buku tersebut. Hadir pula kontributor dan editor buku Jejak-Jejak Filsafat Pendidikan Muhammadiyah, Dr. H. Robby Habiba Abror, M.Hum. yang juga merupakan Ketua Majelis Pustaka & Informasi PWM DIY.
Bedah buku ini dilakukan sebagai wujud pentingnya mengetahui jejak-jejak K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dan basis pendidikan dalam persyarikatan. Robby Habiba Abror menuturkan, K.H. Ahmad Dahlan menganjurkan akal untuk menghiasi akhlak. Sehingga, pada dasarnya akal harus diberi senjata untuk berpikir dan mencari skema kehidupan.
Mahasiswa, dosen, karyawan, hingga mahasiswa luar UAD turut hadir dan aktif bertanya dalam acara bedah buku tersebut. “Buku ini sangat penting dibaca oleh dosen maupun pengajar di Muhammadiyah agar mengetahui esensi pengajaran di Muhammadiyah yang sebenarnya. Selama ini kita disibukkan dengan masalah administrasi hingga jumlah peserta didik,” tutur Nur Kholis saat membedah buku tersebut. (Chk)