Maba Asing Belajar di UAD, Penasaran dengan Bahasa dan Budaya Indonesia
Pada tahun 2019, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menerima 71 mahasiswa baru (maba) asing. Mereka berasal dari berbagai negara mulai dari Malaysia, Tiongkok, Thailand, Vietnam, Belgium, Laos, Hungaria, Madagaskar, Bangladesh, dan Palestina. Tentunya, alasan mereka memilih UAD karena universitas ini sudah terbukti sukses mendidik mahasiswa asing.
Dora Kiss menjadi salah satu maba asing yang belajar di UAD melalui program Darmasiswa. Perempuan asal Hungaria ini memilih UAD karena mendapat cerita kalau UAD kampus yang bagus.
“Saya dapat cerita dari teman-teman, katanya UAD kampus yang bagus. Terus, letaknya di Yogyakarta, salah satu tempat favorit saya. Teman saya belajar di UAD, awalnya tidak bisa bahasa Indonesia, akhirnya bisa dengan fasih,” terangnya saat ditemui di sela Program Pengenalan Kampus (P2K) di Kampus Utama UAD Jln. Ahmad Yani, Tamanan, Banguntapan, Bantul, Senin (2-9-2019).
Selama di UAD, Dora fokus belajar Indonesia. Kemauannya itu tidak lepas dari keingintahuannya terhadap budaya dan untuk bisa berinteraksi dengan orang Indonesia. Menurut teman dan saudaranya yang sudah lebih dulu menapaki Indonesia, sering diceritakan kalau Indonesia negara yang bagus dari segi alam dan budayanya. Hal ini semakin membuat Dora penasaran.
Pertama kalinya menginjak tanah Indonesia, Dora merasa orang-orang Indonesia yang meliriknya seperti penasaran dengannya, ia juga merasakan hal yang sama. Sebab, menurutnya, orang Indonesia itu ramah dan terbuka dengan siapa pun.
“Ini pengalaman yang sangat berbeda buat saya, mungkin di sini tidak seperti di Eropa yang tidak terlalu banyak perbedaan dari segi agama. Namun, saya merasa senang karena perbedaan yang ada Indonesia. Saya bisa banyak belajar, terutama bersikap ketika berinteraksi dengan orang yang berbeda dari segi agama dan kebudayaan. Jadi, saya bisa belajar banyak dari perbedaan itu,” ungkapnya.
Ia berharap, selama belajar di UAD bisa mencapai tujuan utamanya yakni belajar bahasa Indonesia. Setelah itu, ia ingin bersikap dan berbudaya seperti orang Indonesia. Ia tidak mau disebut turis, melainkan disebut orang yang sedang belajar tentang kehidupan sosial serta memiliki toleransi yang tinggi. (ASE)