• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Rendra Widyatama: Dosen Harus Berjiwa Entertainer

02/12/2012/0 Comments/in Terkini /by Super News

Rendra_Ilmu_Komunikasi

Oleh : Rendra Widyatama, SIP., M.Si

Dosen Pada Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta

Dewasa ini, proses pembelajaran aktif (active learning) diyakini sebagai metode paling baik dalam penyampaian materi pembelajaran. Melalui metode ini peserta didik didorong melakukan inquiri (pencarian) secara aktif atas materi yang sedang dipalajari. Proses pembelajaran aktif sejatinya merupakan pembelajaran berbasis siswa (student based learned) yang lebih optimal. Namun untuk menjalankan metode ini sebenarnya ada sesuatu yang perlu dilakukan guru/dosen. Apakah itu?

Dalam perspektif komunikasi, bangkitnya pembelajaran aktif tidak mungkin terjadi tanpa ada kesukarelaan peserta didik. Yaitu kerelaan mengikuti apa yang diminta oleh guru untuk melakukan inquiri. Untuk keperluan tersebut, guru/dosen mutlak harus bisa membujuk siswa, atau secara bahasa akademis disebut harus mampu melakukan komunikasi persuasive. Dalam bahasa Latin, persuasive disebut dengan persuasion yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Jadi, bila dosen gagal membujuk, maka partisipasi aktif siswa tidak akan tumbuh.

Ada kunci utama agar guru/dosen dapat menumbuhkan kerelaan siswa. Yaitu diperlukan adanya kemampuan menumbuhkan perasaan gembira pada siswa, atau dengan kata lain guru/dosen harus mampu menjadi seorang entertainer (penghibur) sebagaimana dalam dunia pertunjukan. Bila perasaan gembira berhasil dibangkitkan, maka siswa akan mengikuti instruksi guru dengan sukarela.

Bila guru/dosen tidak mampu membangkitkan kegembiraan, peserta didik akan bosan mengikuti pembelajaran. Instruksi guru/dosen mungkin tidak akan dikerjakan dengan sunguh-sungguh. Besar kemungkinan, murid melakukan tugas sebatas formalitas yang tidak mencerminkan keseriusan dan kedalaman. Bila ini terjadi, tujuan pembelajaran mungkin tidak akan tercapai dengan penuh dan berkualitas.

Kemampuan menghibur selaras dengan prinsip dalam active learning. Lihat saja prinsip yang sangat dikenal dengan akronim PAKEM dalam active learning dimana guru/dosen harus mampu melakukan pembelajaran secara menyenangkan selain aktif, kreatif, dan efektif (Usaid & DBE, 2010:2).

Beberapa bentuk upaya menumbuhkan rasa gembira dalam pembelajaran, misalnya dengan menyajikan ice breaking berupa permainan, menyanyikan lagu, menyampaikan ceritera lucu, bertingkah laku lucu, teatrikel, gerak pantomin, permainan sulap, dan sebagainya. Ada baiknya selain memperdalam kualitas materi pembelajaran, seorang guru/dosen juga mempelajari teknik-teknik sebagaimana terdapat dalam dunia hiburan. Minimal, guru/dosen harus mampu berkomunikasi dengan cara yang menarik, sehingga dapat membangkitkan rasa gembira di tengah peserta didik.

Namun sebagaimana dituliskan Johan Huizinga, manusia memiliki sifat homo luden (senang bermain). Oleh karena itu, ice breaking yang berlarut-larut dan tidak terkontrol akan kontraproduktif dengan tujuan pembelajaran itu sendiri. Sebab siswa sering lebih ingin meneruskan ice breaking dibanding mendalami materi pelajaran.

Suguhan hiburan yang berlebihan membuat peserta didik lebih memperhatikan aspek hiburan dibanding fokus pada pelajaran yang diberikan atau didiskusikan. Selain itu, humor berlebihan akan mengurangi waktu pembelajaran.

Oleh karena itu, meski kemampuan entertain penting, namun kuantitas dan kualitas entertain haruslah dilakukan dengan hati-hati. Entertain yang terlalu berlebihan, proses pembelajaran dapat berubah menjadi panggung hiburan. Peserta didik akan larut menikmati penampilan dosen dan menempatkan dosen sebagai entertainer sebagaimana dalam panggung hiburan ketimbang sebagai guru/dosen.

Rendra_Ilmu_Komunikasi

Oleh : Rendra Widyatama, SIP., M.Si

Dosen Pada Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta

Dewasa ini, proses pembelajaran aktif (active learning) diyakini sebagai metode paling baik dalam penyampaian materi pembelajaran. Melalui metode ini peserta didik didorong melakukan inquiri (pencarian) secara aktif atas materi yang sedang dipalajari. Proses pembelajaran aktif sejatinya merupakan pembelajaran berbasis siswa (student based learned) yang lebih optimal. Namun untuk menjalankan metode ini sebenarnya ada sesuatu yang perlu dilakukan guru/dosen. Apakah itu?

Dalam perspektif komunikasi, bangkitnya pembelajaran aktif tidak mungkin terjadi tanpa ada kesukarelaan peserta didik. Yaitu kerelaan mengikuti apa yang diminta oleh guru untuk melakukan inquiri. Untuk keperluan tersebut, guru/dosen mutlak harus bisa membujuk siswa, atau secara bahasa akademis disebut harus mampu melakukan komunikasi persuasive. Dalam bahasa Latin, persuasive disebut dengan persuasion yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Jadi, bila dosen gagal membujuk, maka partisipasi aktif siswa tidak akan tumbuh.

Ada kunci utama agar guru/dosen dapat menumbuhkan kerelaan siswa. Yaitu diperlukan adanya kemampuan menumbuhkan perasaan gembira pada siswa, atau dengan kata lain guru/dosen harus mampu menjadi seorang entertainer (penghibur) sebagaimana dalam dunia pertunjukan. Bila perasaan gembira berhasil dibangkitkan, maka siswa akan mengikuti instruksi guru dengan sukarela.

Bila guru/dosen tidak mampu membangkitkan kegembiraan, peserta didik akan bosan mengikuti pembelajaran. Instruksi guru/dosen mungkin tidak akan dikerjakan dengan sunguh-sungguh. Besar kemungkinan, murid melakukan tugas sebatas formalitas yang tidak mencerminkan keseriusan dan kedalaman. Bila ini terjadi, tujuan pembelajaran mungkin tidak akan tercapai dengan penuh dan berkualitas.

Kemampuan menghibur selaras dengan prinsip dalam active learning. Lihat saja prinsip yang sangat dikenal dengan akronim PAKEM dalam active learning dimana guru/dosen harus mampu melakukan pembelajaran secara menyenangkan selain aktif, kreatif, dan efektif (Usaid & DBE, 2010:2).

Beberapa bentuk upaya menumbuhkan rasa gembira dalam pembelajaran, misalnya dengan menyajikan ice breaking berupa permainan, menyanyikan lagu, menyampaikan ceritera lucu, bertingkah laku lucu, teatrikel, gerak pantomin, permainan sulap, dan sebagainya. Ada baiknya selain memperdalam kualitas materi pembelajaran, seorang guru/dosen juga mempelajari teknik-teknik sebagaimana terdapat dalam dunia hiburan. Minimal, guru/dosen harus mampu berkomunikasi dengan cara yang menarik, sehingga dapat membangkitkan rasa gembira di tengah peserta didik.

Namun sebagaimana dituliskan Johan Huizinga, manusia memiliki sifat homo luden (senang bermain). Oleh karena itu, ice breaking yang berlarut-larut dan tidak terkontrol akan kontraproduktif dengan tujuan pembelajaran itu sendiri. Sebab siswa sering lebih ingin meneruskan ice breaking dibanding mendalami materi pelajaran.

Suguhan hiburan yang berlebihan membuat peserta didik lebih memperhatikan aspek hiburan dibanding fokus pada pelajaran yang diberikan atau didiskusikan. Selain itu, humor berlebihan akan mengurangi waktu pembelajaran.

Oleh karena itu, meski kemampuan entertain penting, namun kuantitas dan kualitas entertain haruslah dilakukan dengan hati-hati. Entertain yang terlalu berlebihan, proses pembelajaran dapat berubah menjadi panggung hiburan. Peserta didik akan larut menikmati penampilan dosen dan menempatkan dosen sebagai entertainer sebagaimana dalam panggung hiburan ketimbang sebagai guru/dosen.

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2012-12-02 20:45:532012-12-02 20:45:53Rendra Widyatama: Dosen Harus Berjiwa Entertainer
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

You must be logged in to post a comment.

TERKINI

  • Isu Lingkungan, Keadilan Gender, dan Peran Mahasiswa dalam Advokasi Ekologis05/07/2025
  • Mahasiswa KKN UAD Ajak Warga Kasihan Bantul Tingkatkan Kesadaran Pemilahan Sampah05/07/2025
  • BEM FH UAD Adakan Pelatihan Public Speaking05/07/2025
  • Gagas UMKM Mandiri, KKN UAD Gelar Pelatihan Pembuatan Sabun Cuci Piring05/07/2025
  • UAD Selenggarakan Workshop Literasi Budaya Batik Indonesia melalui Teknologi AI di Korea Selatan05/07/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Raih Bronze Medal dan Best Poster di Kompetisi Nasional Business Plan05/07/2025
  • Mahasiswa Gizi UAD Raih Juara I Lomba Poster Contest 2025 Tingkat Nasional05/07/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II dan The Golden Quill di National Creathink Festival 202505/07/2025
  • I-WASLABOT: Inovasi Mahasiswa UAD Raih Juara di PIKIR 202504/07/2025
  • Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD Raih Juara II dalam BE-FEST 202503/07/2025

FEATURE

  • Kepribadian dan Metode Pendidikan Nabi05/07/2025
  • Belajar ONMIPA dari Ahlinya04/07/2025
  • Kunci Mendapatkan Kebahagiaan Hidup04/07/2025
  • Memperteguh Jati Diri Mahasiswa03/07/2025
  • Strategi Advokasi dalam Melahirkan Solusi atas Permasalahan Hukum di Masyarakat03/07/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top