BEM FTI UAD: Gencarkan Solidaritas dalam Suweng
Suweng, seperti itu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Industri (FTI) memberi nama acara mereka. Sebuah akronim dari “srawung bareng”. Awalnya acara ini dinamakan suwung, namun diubah karena esensi yang ditakutkan akan berpengaruh pada acara tersebut. Suwung berarti sepi dan tak berisi. Sementara suweng dalam bahasa Jawa artinya anting-anting. Seperti makna suweng yang indah dan mengikat, begitu pula harapan untuk acara mereka, yakni bisa sukses dan dihadiri banyak orang.
Berbagai kampus turut hadir dalam Suweng. Di antaranya Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Universitas PGRI Yogyakarta, dan Universitas Pembangunan Nasional. Bahkan, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) turut hadir. Diundangnya perwakilan UMS walaupun dari luar Yogyakarta, yakni untuk mengisi materi dari Forum Eksekutif Mahasiswa Teknik, suatu forum yang menghimpun eksekutif anak teknik se-Jateng dan se-DIY.
“Sebagai penambah teduh suasana Suweng, pelataran depan parkiran Kampus III UAD diberi lampu hias. Selain itu, anak teknik yang suka otak-atik listrik ingin menunjukkan bahwa mereka juga tidak kaleng-kaleng. Lampion kubus yang digantung menambah hangatnya acara ini,” tambah Abima Nugraha dari Program Studi Teknik Informatika angkatan 2017.
Abima yang juga selaku ketua panitia menjelaskan, dulu acara semacam ini memang pernah ada, tetapi vakum cukup lama. Tahun ini bersama teman-teman FTI se-DIY, mereka mengadakan lagi. Ada banyak hal yang dilakukan, seperti bertukar pendapat, menceritakan program kerja, dan permasalahan di Yogyakarta.
“Panitia tidak muluk-muluk menyelenggarakan acara ini. Tujuannya, supaya teman-teman teknik se-Yogyakarta bisa saling kenal dan meningkatkan solidaritas. Anak teknik solidaritasnya tinggi, ibaratnya satu sakit semuanya ikut sakit. Tidak hanya itu, tapi rasa kepedulian sesama rakyat atau bangsa Indonesia semakin tinggi. Ketika sudah saling mengenal dan bersilaturahmi seperti keluarga, maka kalau ada apa-apa pasti langsung cerita dan menyelesaikan masalah. Sederhananya, dari Yogyakarta bisa untuk Indonesia,” tutup Abima pada 29-9-19. (Dew)