• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Taklukkan Rintangan, Rebut Kemenangan: Perjalanan Anggun Raih Medali Emas Ajang Karate Nasional

07/03/2025/in Feature /by Ard

Anggun Ambarwati Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan Raih Emas dalam Ajang Karate Nasional (Dok. Reza)

Anggun Ambarwati, mahasiswa Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Terapan (FAST) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), merupakan sosok inspiratif yang berhasil menyeimbangkan antara akademik dan olahraga. Ia baru saja meraih medali emas dalam National Karate Championship Piala Kasal IV 2025. Sejak SMP, ia telah menekuni cabang olahraga karate, meskipun sempat berhenti selama dua tahun karena suatu hal. Namun, semangatnya untuk kembali berlatih sejak SMA membawanya menjadi atlet yang kompetitif hingga saat ini.

Motivasi terbesar Anggun dalam menekuni dunia karate adalah keinginannya untuk membuktikan bahwa ia mampu meraih kesuksesan tidak hanya di bidang akademik tetapi juga di olahraga. Selain itu, ia ingin membuat orang tuanya bangga atas pencapaiannya.

Sebagai mahasiswa yang juga atlet, Anggun menghadapi tantangan besar dalam membagi waktu antara latihan, kompetisi, dan kewajiban akademik. Untungnya, ia memiliki strategi tersendiri dengan menyusun jadwal yang terstruktur dan memastikan bahwa tugas akademiknya tetap menjadi prioritas utama. Dengan manajemen waktu yang baik, ia berhasil menjalani keduanya dengan seimbang.

Dalam perjalanan menuju kejuaraan, Anggun menghadapi tantangan terbesar, yaitu dirinya sendiri. Ia menyadari adanya kekurangan dalam hal kecepatan dan kekuatan yang menjadi faktor penting dalam pertandingan. Untuk mengatasinya, ia secara konsisten mengulang gerakan dan memperbaiki kekurangan dengan latihan yang lebih intensif dan fokus pada titik-titik lemah yang perlu ditingkatkan.

Dukungan dari orang-orang terdekat sangat berpengaruh dalam perjalanan Anggun sebagai atlet. Pelatihnya memiliki peran besar dalam mengembangkan kemampuannya serta memberikan motivasi untuk terus berusaha. Begitu pula dengan keluarga yang selalu memberikan dukungan penuh dan apresiasi atas setiap pencapaiannya.

Ke depan, Anggun memiliki target untuk terus meningkatkan kemampuannya sebagai atlet dan meraih kesuksesan lebih besar di dunia olahraga. Selain itu, ia tetap berkomitmen untuk menyelesaikan pendidikannya dan menjadi seorang profesional di bidang yang ia minati.

Kisah Anggun Ambarwati menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa lain bahwa dengan tekad dan kerja keras, seseorang dapat mencapai prestasi di berbagai bidang, baik akademik maupun non-akademik. Semangatnya dalam menghadapi tantangan serta kemampuannya dalam mengatur waktu menjadi contoh nyata bahwa tidak ada yang mustahil jika dilakukan dengan dedikasi dan komitmenΒ tinggi. (Lin)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Anggun-Ambarwati-Mahasiswa-Universitas-Ahmad-Dahlan-Raih-Emas-dalam-Ajang-Karate-Nasional-Dok.-Reza.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-03-07 10:49:512025-03-07 10:49:51Taklukkan Rintangan, Rebut Kemenangan: Perjalanan Anggun Raih Medali Emas Ajang Karate Nasional

Belajar dari Harimau dan Kancil: Percepatan Amal Saleh Menjelang Ramadan

06/03/2025/in Feature /by Ard

Kajian Ahad Pagi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Doc IC UAD)

Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dalam kegiatan Rutin Kajian Ahad Pagi yang berlangsung pada Minggu, 16 Februari 2025, menghadirkan Ustaz H. Ali Yusuf, S.Th.I., M.Hum. sebagai pemateri dengan tema β€œAkselerasi Amal Shaleh”. Dalam ceramahnya, Ustaz Ali Yusuf mengajak para jamaah untuk memahami pentingnya percepatan dalam menjalankan amal saleh, baik dalam ibadah maupun kehidupan sehari-hari. Ustaz Ali Yusuf menjelaskan bahwa akselerasi berasal dari bahasa Latin acceleratio, yang berarti mempercepat atau meningkatkan kecepatan. Konsep ini tidak hanya berlaku dalam dunia fisika, tetapi juga dalam aspek kehidupan lainnya, termasuk dalam hal ibadah dan pengembangan diri.

Akselerasi dalam konteks amal saleh berarti melakukan percepatan dalam berbuat baik, tidak menunda ibadah, dan selalu berusaha meningkatkan kualitas serta kuantitas ibadah kepada Allah Swt. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an yang menyeru umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat),

Salah satu analogi yang menarik, Ustaz Ali Yusuf mengisahkan perumpamaan antara kancil dan harimau. Kedua hewan ini sama-sama memiliki kecepatan dalam berlari, tetapi yang beruntung bukanlah siapa yang lebih besar atau lebih kuat, melainkan siapa yang mampu mempercepat dirinya dengan strategi yang tepat. Kancil, yang menyadari bahwa dirinya adalah mangsa, harus bangun lebih awal dan berlari lebih cepat untuk menyelamatkan diri dari harimau. Sementara itu, harimau yang gagah dan kuat pun tetap harus bergerak cepat agar bisa berburu dengan sukses. Hal ini menjadi pelajaran bahwa dalam kehidupan, keberuntungan bukan ditentukan oleh posisi atau kekuatan, melainkan oleh kesiapan dan usaha seseorang dalam melakukan percepatan, demikian pula dalam beribadah, seseorang yang senantiasa mempercepat langkahnya dalam amal saleh, tidak menunda kebaikan, dan selalu berusaha lebih baik dari sebelumnya, akan menjadi orang yang beruntung.

Ustaz Ali Yusuf juga menekankan pentingnya persiapan sejak awal dalam menghadapi bulan Ramadan. Ia mengingatkan bahwa lailatulkadar adalah hadiah spesial yang diberikan kepada orang-orang yang rajin dan istikamah dalam ibadah sejak awal Ramadan. Banyak orang berharap mendapatkan kemuliaan malam lailatulkadar, tetapi jika mereka hanya mengandalkan ibadah di sepuluh malam terakhir tanpa persiapan sejak awal, maka mereka bisa saja kehilangan kesempatan tersebut. Oleh karena itu, percepatan amal saleh sejak awal Ramadan sangat penting agar bisa mendapatkan keberkahan yang berlipat ganda di malam penuh kemuliaan itu, mengingatkan bahwa kematian adalah sesuatu yang sangat dekat dan tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu, setiap muslim harus selalu siap dengan mempercepat amal saleh sebelum ajal menjemput.

Sering kali manusia menunda-nunda kebaikan dengan berbagai alasan, baik karena kesibukan duniawi, rasa malas, atau menunggu waktu yang tepat. Padahal, tidak ada yang tahu kapan kehidupan ini akan berakhir. Maka dari itu, siapa pun yang ingin sukses di dunia dan akhirat harus segera mempercepat langkahnya dalam kebaikan, baik dalam hal ibadah, sedekah, maupun membantu sesama.

Lebih lanjut, Ustaz Ali Yusuf menjelaskan bahwa akselerasi tidak hanya berlaku dalam urusan ibadah, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan lainnya. Aspek fisik terdiri atas percepatan gerakan dalam aktivitas sehari-hari dan peningkatan kekuatan dan daya tahan tubuh melalui olahraga dan pola hidup sehat. Sementara itu, aspek non-fisik meliputi peningkatan ilmu dan keterampilan melalui pembelajaran yang berkelanjutan, percepatan dalam pendidikan seperti program percepatan belajar bagi siswa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, serta efisiensi dalam manajemen waktu agar lebih produktif dalam kehidupan sehari-hari.

Keberuntungan bukanlah tentang siapa yang lebih kuat atau lebih cepat secara fisik, tetapi siapa yang mampu mempercepat dirinya dalam berbuat baik dan tidak menunda amal saleh. Dengan mempercepat ibadah, memperbanyak amal kebaikan, dan terus meningkatkan kualitas diri, seseorang akan mendapatkan keberkahan hidup dan kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Sebagai penutup, Ustaz Ali Yusuf mengajak para jamaah untuk selalu mengingat bahwa waktu adalah aset berharga yang tidak boleh disia-siakan. Maka, jangan menunggu esok untuk berbuat baik, karena kematian bisa datang kapan saja. Percepat langkah dalam amal saleh, dan jadilah pribadi yang selalu siap menyambut rahmat dan keberkahan dari Allah Swt. (Lin)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kajian-Ahad-Pagi-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Doc-IC-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-03-06 10:21:422025-03-11 12:46:52Belajar dari Harimau dan Kancil: Percepatan Amal Saleh Menjelang Ramadan

Teladan Abdan Syakuro dari Nabi Nuh as.

05/03/2025/in Feature /by Ard

Kajian Ahad Pagi Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H. (Dok. IC UAD)

Kajian Ahad Pagi berlangsung dengan penuh antusias di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Minggu, 2 Februari 2025. Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H. hadir menyampaikan materi berharga bertajuk β€œAbdan Syakuro dalam Al-Qur’an”. Tema ini mengingatkan umat Islam akan pentingnya bersyukur dalam setiap aspek kehidupan. Termasuk jamaah yang menghadiri kajian, yakni sedang bersyukur. Istilah abdan syakuro sendiri bermakna hamba yang bersyukur, yaitu seseorang yang selalu mengingat dan mengapresiasi nikmat Allah dengan hati, lisan, dan perbuatan. Kehadiran jamaah dalam majelis ilmu tersebut pun merupakan salah satu bentuk rasa syukur, karena menuntut ilmu adalah ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah Swt.

Ustaz Budi mengutip pandangan ulama terkait makna syukur. Menurut Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan, syukur merupakan wujud nyata rasa terima kasih kepada Allah yang dapat dilakukan melalui perkataan maupun perbuatan. Sementara itu, dari KH. Suprapto Ibnu Juraimi bentuk syukur sejati adalah menggunakan segala nikmat yang telah diberikan Allah sesuai dengan kehendak-Nya. Seorang muslim yang bersyukur tidak hanya sekadar mengucapkan alhamdulillah, tetapi juga menjadikan setiap nikmat sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak amal kebajikan dan menghindari perbuatan yang dilarang.

Melalui kajian tersebut, Ustaz Budi juga mengupas tafsir dari Ibnu Katsir mengenai Surah Al-Isra, yang menekankan bahwa ayat tersebut mengingatkan manusia agar selalu mengenang nikmat dan karunia Allah. Dalam ayat tersebut Allah mengingatkan keturunan Nabi Nuh untuk meneladani nenek moyang mereka yang selamat dalam bahtera karena ketaatan dan kesyukurannya. Ini menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa bersyukur bukan hanya sekadar ucapan, tetapi harus diimplementasikan dalam tindakan nyata. Nabi Nuh as., mendapatkan gelar abdan syakuro, karena kebiasaannya yang senantiasa mengingat Allah dalam berbagai keadaan. Hal itu menunjukkan bahwa syukur bukan sekadar perasaan sesaat, melainkan sebuah kebiasaan yang harus tertanam dalam diri seorang mukmin.

Lantas, bagaimana cara menjadi abdan syakuro dalam kehidupan sehari-hari? Ustaz Budi menjelaskan bahwa ada beberapa langkah yang bisa dilakukan setiap muslim untuk menumbuhkan sifat syukur. Pertama, selalu mengucapkan hamdalah atas setiap nikmat, sekecil apa pun itu. Kedua, menjalankan ibadah wajib dengan penuh kesungguhan, karena ibadah adalah bentuk pengabdian kepada Allah sebagai wujud rasa terima kasih atas nikmat yang diberikan. Ketiga, mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, karena kepatuhan adalah salah satu bentuk syukur yang paling utama. Keempat, senantiasa meningkatkan amal kebaikan, baik dalam bentuk ibadah, sedekah, maupun membantu sesama. Dengan menjalankan keempat langkah ini, seorang muslim akan lebih dekat dengan Allah dan memperoleh keberkahan dalam hidupnya.

Kajian Ahad Pagi ini menjadi pengingat berharga bagi para jamaah bahwa rasa syukur harus selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjadi abdan syakuro, seseorang tidak hanya akan memperoleh ketenangan hati, tetapi juga mendapatkan rahmat dan rida Allah. Sebagai umat Islam, kita diajak untuk senantiasa meneladani Nabi Nuh dan para hamba yang bersyukur, agar hidup semakin bermakna dan penuh keberkahan. (Lin)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kajian-Ahad-Pagi-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-bersama-Ustaz-Budi-Jaya-Putra-S.Th_.I.-M.H.-Dok.-IC-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-03-05 09:47:132025-03-05 09:47:13Teladan Abdan Syakuro dari Nabi Nuh as.

Bagai Menimba Air, Ilmu yang Jernih Berasal dari Sumber yang Jernih Pula

02/03/2025/in Feature /by Ard

Khutbah Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dari Ustaz Fauzan Muhammadi, Lc., LL.M. (Dok. IC UAD)

Ustaz Fauzan Muhammadi, Lc., LL.M. dalam khutbahnya pada Jumat, 31 Januari 2025, bertempat di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), menyampaikan tentang pentingnya ilmu dalam kehidupan seorang muslim. Ia menekankan bahwa salah satu bentuk keberuntungan bagi seorang hamba adalah ketika ia mampu meningkatkan ketakwaannya kepada Allah Swt. Keberuntungan ini tidak hanya berkaitan dengan amalan ibadah semata, tetapi juga dengan usaha yang sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu sebagai bekal dalam menjalani kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Ustaz Fauzan mengingatkan bahwa kehidupan dunia tidak dapat dijalani dengan baik tanpa pemahaman yang benar, yang hanya bisa diperoleh melalui ilmu yang murni dan bersumber dari ajaran Islam yang sahih. Rasulullah saw. pun telah memperingatkan umatnya bahwa akan datang suatu masa ketika ilmu akan sirna, bukan dalam arti lenyap begitu saja, tetapi karena para ulama sebagai pewaris ilmu akan diwafatkan oleh Allah Swt. Akibatnya, masyarakat akan kehilangan sumber ilmu yang benar, yang berpotensi menimbulkan kebingungan dalam membedakan antara yang hak dan yang batil. Dalam kondisi seperti ini, ada risiko besar di mana kebenaran bisa dianggap salah dan kebatilan justru diterima sebagai kebenaran. Oleh karena itu, umat Islam perlu menyadari pentingnya menjaga ilmu agar tetap murni dan tidak tercampur dengan pemahaman yang keliru.

Lebih lanjut, Ustaz Fauzan menekankan bahwa menuntut ilmu adalah bagian dari prinsip hidup seorang muslim. Ilmu bukan sekadar alat untuk memahami hukum-hukum agama, tetapi juga menjadi panduan dalam setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, setiap muslim harus memiliki kesadaran untuk terus belajar sepanjang hayatnya dan memastikan bahwa ilmu yang diperoleh berasal dari sumber yang sahih dan tepercaya. Menimba air jernih menghasilkan air yang jernih pula, seorang pencari ilmu harus memastikan bahwa ilmu yang didapatkan adalah ilmu yang jernih dan tidak tercemar oleh kesalahan atau penyimpangan. Sebab, dengan ilmu yang benar, seseorang dapat beramal dengan baik dan tidak terjebak dalam kebingungan yang dapat menyesatkan.

Sebagai penutup, Ustaz Fauzan mengajak seluruh jamaah untuk senantiasa berdoa kepada Allah Swt. agar diberikan ilmu yang bermanfaat, serta dimudahkan dalam memahami dan mengamalkan ilmu tersebut dengan sebaik-baiknya. Ia juga mengingatkan agar umat Islam tidak berhenti belajar dan selalu mencari kebenaran dari sumber yang jelas, sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh keberkahan dan tetap berada di jalan yang diridai oleh Allah Swt. (Lin)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Khutbah-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dari-Ustaz-Fauzan-Muhammadi-Lc.-LL.M.-Dok.-IC-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-03-02 10:12:112025-03-02 10:12:11Bagai Menimba Air, Ilmu yang Jernih Berasal dari Sumber yang Jernih Pula

Persiapan Diri Menuju Ramadan: Hari Ini Harus Lebih Baik, Bulan Ini Harus Lebih Baik, Ramadan Ini Harus Lebih Baik

01/03/2025/in Feature /by Ard

Kajian Ahad Pagi Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Bersama Ustaz Dr. H. Nur Ahmad Ghazali, M.A (Doc. IC UAD)

Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan kegiatan rutin Kajian Ahad Pagi pada 26 Januari 2025 dengan tema β€œKeluarga Bahagia Menyambut Ramadan”. Dalam kajian yang penuh hikmah ini, Ustaz Dr. H. Nur Ahmad Ghazali, M.A. menyampaikan bahwa keberkahan tidak hanya dicari saat Ramadan tiba, tetapi harus menjadi doa dan usaha sepanjang waktu. Setiap hari harus lebih baik dari hari sebelumnya, dan setiap bulan harus lebih bermakna dari yang lalu bahkan, bulan sebelum Ramadan sebaiknya lebih baik dari Ramadan itu sendiri agar kita benar-benar siap menyambutnya dengan hati dan amal terbaik.

Ustaz Nur menjelaskan bahwa para sahabat Rasulullah saw. memiliki cara yang luar biasa dalam mempersiapkan diri menyambut bulan suci. Mereka tidak hanya sekadar menunggu, tetapi benar-benar menjemput Ramadan dengan penuh harapan dan persiapan yang matang. Bahkan, selama enam bulan sebelum Ramadan tiba, mereka senantiasa berdoa agar diberikan kesempatan bertemu dengan bulan penuh berkah ini. Kemudian, setelah Ramadan berlalu, mereka berdoa selama enam bulan berikutnya agar semua amal yang telah dilakukan diterima oleh Allah Swt. Apa yang bisa kita pelajari dari mereka? Ramadan bukan sekadar momen tahunan yang datang dan pergi, melainkan sebuah anugerah yang harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar Ramadan benar-benar menjadi bulan penuh keberkahan bagi kita dan keluarga.

Bulan Ramadan adalah bulan penuh rahmat dan ampunan, maka wajar jika para sahabat begitu mendambakannya. Mereka tak hanya berdoa agar bisa sampai pada Ramadan, tetapi juga meminta agar amal ibadah mereka diterima. Ini menjadi pengingat bagi kita bahwa Ramadan harus diperlakukan sebagai hadiah istimewa, bukan sekadar rutinitas tahunan. Sebelum memasuki Ramadan, para sahabat Rasulullah saw. senantiasa bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah Swt. Mereka ingin menyambut bulan suci dengan hati yang bersih dan jiwa yang lapang. Ini menunjukkan bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga cara untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan, dengan hati yang bersih, seseorang bisa lebih mudah meraih keberkahan dan menjalani Ramadan dengan penuh keikhlasan.

Satu hal yang sering dilupakan dalam persiapan Ramadan adalah menjaga kesehatan. Padahal, tubuh yang sehat akan memudahkan seseorang menjalani berbagai ibadah, mulai dari puasa, salat Tarawih, tadarus Al-Qur’an, hingga ibadah-ibadah lainnya. Para sahabat Rasulullah saw. selalu memastikan bahwa mereka dalam kondisi prima menjelang Ramadan, agar bisa menjalani bulan suci dengan penuh semangat dan keberkahan.

Kajian ini memberikan banyak pelajaran berharga bahwa Ramadan adalah momen istimewa yang harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Dengan doa, taubat, menjaga kesehatan, dan menuntut ilmu, kita bisa menyambut bulan suci dengan penuh kesiapan. Selain itu, keseimbangan antara bekerja dan beribadah juga harus diperhatikan, agar Ramadan tidak hanya menjadi bulan peningkatan spiritual, tetapi juga menjadi momentum untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Semoga kita semua dapat menjemput Ramadan dengan hati yang bersih, tubuh yang sehat, dan semangat ibadah yang tinggi. Mari jadikan Ramadan kali ini lebih bermakna dan penuh berkah daripada tahun-tahun sebelumnya! (Lin)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kajian-Ahad-Pagi-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Bersama-Ustaz-Dr.-H.-Nur-Ahmad-Ghazali-M.A-Doc.-IC-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-03-01 10:24:522025-03-01 10:24:52Persiapan Diri Menuju Ramadan: Hari Ini Harus Lebih Baik, Bulan Ini Harus Lebih Baik, Ramadan Ini Harus Lebih Baik

Mengapa Kita Tidak Merasakan Penderitaan Orang Lain dalam Falsafah Penciptaan dan Realitas Ketidakadilan?

24/02/2025/in Feature /by Ard

Penulis: Ilhamsyah Muhamad Nurdin (Mahasiswa Magister Psikologi UAD)

Falsafah penciptaan menegaskan bahwa manusia bukanlah individu yang terpisah dari yang lain, melainkan bagian dari komunitas tunggal di mana kebahagiaan seseorang seharusnya beresonansi dengan kebahagiaan orang lain. Begitu pula dengan penderitaan, luka satu manusia seharusnya dirasakan oleh manusia lainnya. Namun, realitas dunia hari ini menunjukkan bahwa prinsip ini telah terkikis. Ketidakadilan terjadi di mana-mana, dan yang melawan hanyalah mereka yang merasakan penderitaan tersebut, sementara yang tidak melawan adalah mereka yang tidak merasakan atau lebih buruk, memilih untuk tidak peduli. Bagaimana kita sampai pada titik ini? Apakah karena pemahaman kita tentang penciptaan manusia telah kabur?

Penciptaan sebagai Keterhubungan, Bukan Individualisme

Sejak awal, manusia diciptakan dalam kebersamaan. Tak ada manusia yang bisa hidup tanpa interaksi sosial. Dalam berbagai tradisi filsafat dan agama, manusia dianggap sebagai makhluk yang saling bergantung satu sama lain. Aristoteles menyebut manusia sebagai zoon politikonβ€”makhluk sosial yang secara alami mencari kehidupan bersama. Islam menegaskan konsep ini dalam berbagai ayat yang menyebut manusia sebagai khalifah di bumi, yang bertanggung jawab atas sesamanya. Namun, dalam dunia modern, kita justru semakin terisolasi dalam egoisme individual. Kapitalisme mengajarkan kita untuk mengejar kebahagiaan pribadi tanpa mempertimbangkan yang lain. Kita lebih fokus pada keuntungan sendiri, bahkan jika itu berarti menindas orang lain.

Ketidakadilan Hanya Dirasakan oleh yang Menderita

Ketidakadilan telah menjadi fenomena sistemik yang diterima sebagai bagian dari kehidupan. Orang miskin tetap miskin, sementara orang kaya semakin kaya. Yang tertindas tetap dalam penderitaan, sementara yang berkuasa terus menikmati hak istimewa mereka. Namun, yang lebih mengerikan dari ketidakadilan adalah kenyataan bahwa hanya mereka yang menderita yang benar-benar peduli. Orang-orang yang tidak mengalami penderitaan sering kali memilih diam atau bahkan mengabaikan realitas ini. Mereka tidak merasa perlu untuk bertindak karena merasa aman di zona nyaman mereka. Seolah-olah penderitaan orang lain bukanlah urusan mereka.

Mengapa ini terjadi? Jawabannya sederhana, empati telah dikikis oleh sistem yang kita jalani. Media membombardir kita dengan begitu banyak informasi sehingga tragedi dan ketidakadilan menjadi sekadar angka atau berita sesaat. Pendidikan lebih menekankan kesuksesan individu daripada kepedulian sosial. Masyarakat justru mendukung orang-orang yang β€œberhasil” tanpa mempertanyakan apakah kesuksesan mereka dibangun di atas penderitaan orang lain.

Kaburnya Pemahaman tentang Penciptaan

Berangkat dari pertanyaan mendasar tentang hakikat penciptaan manusia, kita perlu merenungkan kembali apakah selama ini kita telah keliru dalam memahaminya. Jika sejak awal diajarkan bahwa manusia adalah bagian dari satu komunitas besar, mengapa kita justru menjalani kehidupan dengan mentalitas yang terfokus pada diri sendiri? Pemahaman ini semakin kabur akibat beberapa faktor utama.

Sejak kecil, kita didorong untuk β€œmenjadi yang terbaik”, β€œmengutamakan diri sendiri”, dan β€œmengejar impian pribadi”. Slogan-slogan ini sekilas tampak positif, tetapi dalam praktiknya membentuk mentalitas egoistik. Keberhasilan sering kali diartikan sebagai kemenangan atas orang lain, padahal sejatinya, kesuksesan yang hakiki lahir dari kemampuan membangun dan mengangkat sesama. Indoktrinasi individualisme semacam ini menjauhkan kita dari esensi kebersamaan yang seharusnya menjadi dasar dalam kehidupan sosial.

Di sisi lain, kita semakin kehilangan sensitivitas moral terhadap penderitaan orang lain. Dekadensi moral dan ketidakpedulian sosial membuat kita hanya peduli pada ketidakadilan yang langsung menyentuh diri sendiri. Kita menutup mata terhadap eksploitasi pekerja, ketimpangan ekonomi, dan kebrutalan sosial. Bahkan, ketidakadilan kerap dinormalisasi dengan dalih bahwa β€œhidup memang tidak adil”. Sikap apatis semacam ini semakin mengikis empati dan memperkuat jurang perbedaan dalam masyarakat.

Selain itu, nilai agama dan budaya yang sejatinya mengajarkan kebersamaan serta empati sering kali mengalami distorsi. Banyak yang menjalankan ritual keagamaan tanpa benar-benar memahami makna substantifnya. Beragama tetapi tetap menindas, berbudaya tetapi tetap egoisβ€”inilah paradoks yang terjadi. Falsafah penciptaan yang seharusnya membentuk perilaku sosial kita akhirnya hanya menjadi teori kosong tanpa implementasi nyata.

Jika kita terus membiarkan hal ini berlanjut, kita akan semakin terasing dari makna sejati keberadaan kita. Mungkin kini saatnya untuk kembali bertanya, bukan hanya tentang siapa kita, tetapi juga bagaimana seharusnya kita hidup sebagai bagian dari satu kesatuan yang lebih besar.

Kembali ke Falsafah Penciptaan

Jika kita ingin membangun dunia yang lebih adil, kita harus kembali ke prinsip dasar penciptaan manusia sebagai komunitas yang saling terhubung. Kesadaran bahwa kebahagiaan sejati tidak bisa hanya dinikmati oleh segelintir orang harus tumbuh dalam diri setiap individu. Ada keinginan kolektif yang perlu dibangun untuk berbagi kebahagiaan dan meringankan penderitaan sesama.

Salah satu langkah penting adalah mereformasi pendidikan agar tidak hanya berorientasi pada pencapaian individu semata. Sistem pendidikan harus menanamkan nilai-nilai kebersamaan, kerja sama, dan solidaritas, menggantikan pola yang terlalu menekankan kompetisi. Dengan begitu, generasi mendatang akan tumbuh dengan kesadaran bahwa keberhasilan sejati adalah keberhasilan bersama.

Selain itu, empati perlu dihidupkan kembali sebagai landasan utama dalam kehidupan sosial. Kita harus membiasakan diri bertanya, β€œBagaimana perasaan orang lain? Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu?” daripada sekadar berfokus pada kepentingan pribadi. Sikap ini akan membangun hubungan yang lebih kuat antarindividu dan menciptakan lingkungan yang lebih peduli.

Akan tetapi, semua upaya ini tidak akan cukup tanpa tindakan nyata dalam melawan ketidakadilan. Ketidakadilan tidak akan hilang dengan sendirinya; perlu keberanian untuk menghadapi dan mengubahnya, baik melalui aksi langsung, edukasi, maupun pembangunan sistem yang lebih adil. Jika kita tidak merasakan penderitaan orang lain, bukan berarti kita harus menjauh, tetapi justru mencari cara untuk lebih memahami dan terlibat. Dengan begitu, kita dapat bersama-sama menciptakan dunia yang lebih berkeadilan dan penuh empati.

Sebagai penutup, falsafah penciptaan bukan sekadar teori, tetapi pedoman hidup yang seharusnya membentuk cara kita berinteraksi dengan dunia. Ketidakadilan yang terjadi di mana-mana adalah bukti bahwa kita telah melupakan prinsip ini. Kita telah terbiasa hidup dalam ketidakpedulian, hanya bereaksi jika kita sendiri yang terkena dampaknya. Ini bukan hanya kebutaan moral, tetapi pengkhianatan terhadap hakikat penciptaan kita sebagai manusia.

Jika kita ingin mengubah dunia, kita harus mulai dengan mengubah cara kita memahami diri sendiri dan orang lain. Kita harus kembali pada pemahaman bahwa semua manusia adalah bagian dari komunitas yang samaβ€”satu tubuh yang merasakan kebahagiaan bersama dan menderita bersama. Hanya dengan begitu, kita bisa membangun dunia yang lebih adil, di mana penderitaan satu orang menjadi keprihatinan bagi semua, dan kebahagiaan satu orang menjadi kebahagiaan bersama.

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Foto-Ilustrasi.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-02-24 12:51:482025-02-24 12:51:48Mengapa Kita Tidak Merasakan Penderitaan Orang Lain dalam Falsafah Penciptaan dan Realitas Ketidakadilan?

Motivasi Unik Mahasiswa Hukum UAD Raih 2 Prestasi Sekaligus di Kejuaraan Tapak Suci

15/02/2025/in Feature /by Ard

Ahmad Faishal, mahasiswa Fakuktas Hukum UAD (Dok. Salsya)

Tapak Suci (TS) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) telah berupaya menjadi sebuah jembatan bagi para pesilat di UAD untuk mengikuti perlombaan di berbagai ajang bergengsi dengan tujuan meninggalkan jejak prestasi yang gemilang. Upaya tersebut tentunya membuahkan hasil yang baik, dibuktikan bahwa pada Selasa 4 Februari 2025, TS UAD mampu menorehkan jejak prestasi pada Kompetisi Sumedang Challenge Piala Kemendikbudristek & PB Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) serta ajang Turnamen Tapak Suci tingkat nasional yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ahmad Faisal Rahman atau yang kerap disapa Faisal, mahasiswa Fakultas Hukum (FH), menjadi sosok yang mendapatkan juara pada ajang tersebut. Ia berhasil meraih juara III pada dua kompetisi tersebut. Selain itu, Faisal pun sebelumnya pernah mendapatkan juara pada ajang Internasional Pencak Silat Batam Open Championship dengan meraih juara III (kelas h) pada kegiatan yang berlangsung pada 3 November 2024 lalu. Saat ini pun, Faisal sedang menyiapkan pertandingan Kejuaraan Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diadakan oleh Pimpinan Pusat Tapak Suci pada 15 Februari 2025 mendatang.

Pada kejuaraan terbaru yang diraihnya, yang menarik dan mencuri perhatian adalah motivasi juga harapan yang ditanamkan dalam diri Faisal. Selain untuk membanggakan nama kampus UAD serta menambah jam terbang, hal unik yang dijadikan sebagai motivasi Faisal yakni agar dapat diunggah oleh Instagram FH UAD serta ingin memakai jaket yang terdapat nama Indonesia di area belakang jaket tersebut. Atau dengan kata lain, ia ingin menjadi Atlet Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas).

Tentunya motivasi unik itu dapat menjadi dorongan serta kunci oleh Faisal agar mampu memperoleh kejuaraan pada setiap ajang bergengsi yang ia ikuti. Pembina dan Pelatih Tapak Suci UAD pun sangat memberikan apresiasi kepada Faisal karena berhasil memenangkan kejuaraan tersebut.

β€œTidak ada kata kalah saat mengikuti sebuah ajang perlombaan, yang ada hanyalah kemenangan yang tertunda. Perjuangan tidak pernah membawa hasil yang sia-sia,” ujar Faisal. Ia juga berharap teman-teman Tapak Suci yang lain bisa meraih kemenangan. Tak lupa ia berterima kasih kepada Tapak Suci UAD karena telah membimbing dan memberikan kesempatan untuk dirinya dalam bertanding pada ajang bergengsi tersebut. (Salsya)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ahmad-Faishal-mahasiswa-Fakuktas-Hukum-UAD-Dok.-Salsya.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-02-15 14:26:402025-02-15 14:26:40Motivasi Unik Mahasiswa Hukum UAD Raih 2 Prestasi Sekaligus di Kejuaraan Tapak Suci

Terapkan Prinsip Kontinuitas, Dosen Hukum UAD Raih Gelar Doktoral

12/02/2025/in Feature /by Ard

Dosen Fakultas Hukum UAD Fauzan Muhammadi, Lc., LL.M., Ph.D. (Dok. Salsya)

Penerapan jaminan atau gadai dalam kontrak keuangan syariah tentunya menuai isu-isu yang sangat meresahkan banyak pihak, sehingga topik tersebut dijadikan disertasi oleh Fauzan Muhammadi, Lc. LL.M., Ph.D. Dosen sekaligus Ketua Program Studi (Kaprodi) Fakultas Hukum (FH) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) itu menyelesaikan studi S-3 di Universiti Malaya, Malaysia.

Disertasi yang ia teliti sangat selaras dengan gelar doktor yang sudah berhasil diraihnya dalam Bidang Fiqh dan Usul. Jika dikerucutkan, disertasi tersebut juga membahas mengenai persoalan penggabungan kontrak (kontrak hibrid), isu penjaminan pembiayaan yang sifatnya kerja sama, problem penerapan biaya pemeliharaan barang jaminan atau gadai, dan persoalan kewajiban pendaftaran barang jaminan, baik benda bergerak ataupun yang tidak bergerak dalam lingkup Lembaga Keuangan Syariah.

Fauzan Muhammadi diberi kesempatan untuk sidang doktoral (viva voce) pada Kamis, 3 Oktober 2024 lalu dan dinyatakan layak mendapatkan gelar Doktor Falsafah (Ph.D.) melalui yusidium pada Sabtu, 23 Januari 2025. Disertasi yang sudah ia teliti pun dipublikasikan di jurnal Asy-Syir’ah (dengan akreditasi di Science and Technology Index (SINTA) 2). Selain itu, saat menempuh pendidikan S-2 ia menulis tesis berjudul Indonesian Comparative Law Review (dengan akreditasi di SINTA 3).

Setelah meraih gelar doktor, Fauzan Muhammadi berharap sebagai dosen FH UAD ia akan terus berkarya dalam pengajaran, penelitian, dan pengabdian. Ia bersyukur karena Universiti Malaya, Malaysia, sangat mendukung mahasiswanya dalam menyelesaikan masa studi. Tidak lupa, ia terima kasih kepada para pembimbing sebagai supervisi dalam penelitian yang dilakukan, yaitu Associate Prof. Dr. Nor Fahimah binti Mohd Razif dan Associate Prof. Dr. Rahimin Affandi bin Abdul Rahim, karena telah membantu proses penyelesaian Fauzan Muhammadi dalam meraih gelar doktor.

Selain itu, ia sangat bersyukur dan berterima kasih kepada kampus UAD karena telah memberikan dukungan secara penuh dalam proses menempuh Pendidikan yang selama ini ia jalankan. Semoga kaum-kaum intelektual, berintegritas, dan humanisme akan selalu lahir dari kampus tersebut.

Pada kesempatan tersebut, ia ingin memberitahukan prinsip yang selama ini selalu diterapkan dan semoga bisa menjadi motivasi kepada bapak/ibu dosen FH UAD lainnya yang sedang berjuang untuk menimba ilmu. β€œPrinsipnya dalam proses menyelesaikan studi adalah kontinuitas, jangan berhenti dalam proses, terutama dalam proses penelitiannya,” ujarnya.

Ia berharap mahasiswa FH UAD tidak lelah untuk terus belajar, yang diiringi dengan pengembangan keadaban ke arah yang lebih positif dan jangan lupa membaca. Konsistensi membaca mempunyai pengaruh yang sangat baik dalam proses pengembangan berpikir kita sebagai manusia. Percayalah, setiap buku yang kita baca selalu ada halaman indah untuk dikunjungi. (Salsya)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Dosen-Fakultas-Hukum-UAD-Fauzan-Muhammadi-Lc.-LL.M.-Ph.D.-Dok.-Salsya.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-02-12 10:23:002025-02-12 10:23:00Terapkan Prinsip Kontinuitas, Dosen Hukum UAD Raih Gelar Doktoral

Berprestasi di Taekwondo, Mahasiswa FH UAD Raih Gelar Wisudawan Berprestasi

08/02/2025/in Feature /by Ard

Wisudawan Berprestasi Bidang Non Akademik FH UAD (Dok. FH UAD)

George Herdian Alfindo, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), berhasil menorehkan gelar Wisudawan Berprestasi di Bidang Non Akademik dalam Wisuda Periode Februari Tahun 2025 yang berlangsung di Jogja Expo Center (JEC). Ia mampu menyelesaikan proses studinya dalam jangka waktu 4 tahun 1 bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,56 dan berpredikat cum laude.

Jejak prestasi di bidang taekwondo yang ditinggalkan oleh George di antaranya juara I Kyorugi Putra Everest 2024, juara I Under 74 Kg Senior Putra Prabu, juara II Under 80 Kg Senior Putra Ganesha, Peraih Medali Perunggu Under 80 Kg, dan Peraih Medali Perunggu Poomsae Individu. Kejuaraan yang diraihnya merupakan sebuah capaian yang sangat mengesankan dan tentunya dapat menjadi dorongan untuk teman-teman lainnya, khususnya di bidang taekwondo, dalam mengikuti setiap ajang perlombaan.

Motivasi George saat mengikuti sebuah ajang kejuaraan taekwondo tidak lain adalah untuk mengukur sampai mana ia lihai, dan tentunya karena ia saat ingin memiliki jam terbang yang tinggi sehingga mampu memahami situasi dan kondisi lawan dalam setiap kompetisi. Tidak dapat dimungkiri, ia pun ingin mengharumkan nama baik UAD khususnya Taekwondo UAD dengan menghasilkan kemenangan pada setiap perlombaan.

β€œSelesaikan apa yang sudah dimulai, terus berjuang dan buktikan bahwa kita bisa.” George selalu berpegang teguh pada prinsip tersebut, sehingga dorongan untuk berprestasi semakin tinggi. Ia juga sangat berterima kasih kepada pelatih dan teman-teman Taekwondo UAD karena selalu mendukungnya. Tak lupa pula, ia berterima kasih kepada FH UAD terkhusus para dosen yang terus membimbing dan memberikan arahan positif selama masa perkuliahan.

Menekuni bidang non-akademik bukan berarti mengesampingkan pembelajaran dalam perkuliahan (akademik), George mengatakan bahwa belajar merupakan salah satu kewajiban sebagai mahasiswa, di samping itu komponen nilai dalam pembelajaran adalah hal yang penting dikarenakan terdapat rasa kebanggaan tersendiri atas hasil dari jerih payah dalam perkuliahan.

UAD merupakan kampus yang mampu mencetak mahasiswa berintegritas dengan profesionalitas yang tinggi. George sangat berharap UAD akan terus maju dan selalu memfasilitasi mahasiswa lainnya untuk terus berprestasi baik di bidang akdemik maupun non-akdemik. Ia berterima kasih karena UAD telah menjadi jembatan untuk dirinya dalam ajang kejuaraan di bidang taekwondo. (Salsya)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Wisudawan-Berprestasi-Bidang-Non-Akademik-FH-UAD-Dok.-FH-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-02-08 10:30:452025-02-09 12:24:32Berprestasi di Taekwondo, Mahasiswa FH UAD Raih Gelar Wisudawan Berprestasi

Devi Alya Dhiyana: Tips Lulus Tepat Waktu dan Jadi Wisudawan Terbaik

08/02/2025/in Feature /by Ard

Devi Alya Dhiyana, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Salsya)

Setiap takdir adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik, maka jangan sampai melewatkan kesempatan tersebut. Devi Alya Dhiyana, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang selalu berusaha untuk menjadi lebih baik, akhirnya berhasil memberikan suatu kebanggaan dan kesan manis di awal Periode I Wisuda Tahun 2025 dengan gelar Wisudawan Terbaik.

Wisuda yang diadakan pada Sabtu, 1 Februari 2025 di Jogja Expo Center (JEC) merupakan suatu kebahagiaan yang sangat berarti bagi Devi. Ia mengatakan bahwa sama sekali tidak terpikirkan akan menjadi Wisudawan Terbaik di FH UAD. Walau berhasil menyelesaikan masa studinya dalam waktu 4 tahun 1 bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3.87, Devi mengatakan bahwa IPK tidak bisa dianggap sebagai standar pengetahuan dan pemahaman bagi setiap mahasiswa. Tanpa mengurangi rasa bangga, Devi pun mengatakan bahwa selain IPK ia berharap yang terpenting adalah teman-teman harus memiliki prinsip lulus tepat waktu agar tidak membuang waktu untuk melanjutkan roda kehidupan selanjutnya.

Konsistensi Devi dalam dunia perkuliahan memang sangat luar biasa. β€œHarus mengumpulkan tugas tepat waktu walau tugas tersebut berat, selalu belajar terlebih saat ada ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS), dan yang paling penting adalah jangan meninggalkan bangku perkuliahan tanpa alasan,” ungkap Devi mengenai konsistensi kuliah.

Tidak hanya berfokus mengikuti pelajaran dalam perkuliahan (akademik) saja, Devi juga berperan aktif terhadap organisasi, komunitas, perlombaan, seminar, pengabdian, bahkan kepanitiaan. Menurutnya, pengalaman merupakan bagian penting dari kesempatan yang tidak boleh dilewatkan untuk mendapat takdir yang baik.

Bagi mahasiswa, masa-masa skripsi terbilang sangat berat, begitu pula yang dirasakan oleh Devi. Namun, ia termotivasi untuk membanggakan orang tua dan ingin lulus tepat waktu, sehingga selalu berusaha untuk menyelesaikan skripsinya dengan baik. Sebab baginya, skripsi yang baik adalah yang mampu diselesaikan hingga akhir.

Devi pun mengungkapkan rasa terima kasih kepada dosen-dosen FH UAD karena telah membimbing dan memberikan banyak ilmu kepadanya. Selain itu, ia berharap UAD selalu konsisten melahirkan generasi unggul yang beragama, berintegritas, dan berilmu. (Salsya)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Devi-Alya-Dhiyana-mahasiswa-Fakultas-Hukum-FH-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Salsya.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-02-08 09:58:022025-02-08 09:58:02Devi Alya Dhiyana: Tips Lulus Tepat Waktu dan Jadi Wisudawan Terbaik
Page 22 of 69«‹2021222324›»

TERKINI

  • Alfi Pujiasih, Mahasiswi PBSI UAD Asal Sintang, Raih Predikat Wisudawan Terbaik dengan IPK 3,9608/08/2025
  • Perjalanan Tira Oktavianda: Dari Atlet Silat ke Delegasi Nasional08/08/2025
  • Cerita Asra Al Habib: Dari Santri hingga Menjadi Atlet Berprestasi08/08/2025
  • Menjadi Fasilitator Keamanan Pangan, Cerita Adi Satria Tumbuh Bersama Sapa Kampus08/08/2025
  • Shifa Maulidya: Setiap Langkah Adalah Pilihan untuk Terus Tumbu07/08/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Raih Juara II Lomba Tangkas Terampil Perkoperasian Tingkat Provinsi08/08/2025
  • Putri Nirmalasari Raih Juara Harapan I dalam Kompetisi Poster Nasional 202507/08/2025
  • UKM Taekwondo UAD Borong 27 Medali di Kejuaraan Nasional06/08/2025
  • Kampanye Jamu Kekinian Bawa NusantaRise UAD Raih Juara Nasional04/08/2025
  • Tim CaNaRy ADEF UAD Raih Penghargaan di Ajang Global Youth Innovators Competition 202504/08/2025

FEATURE

  • Tujuh Pintu yang Mengundang Setan ke Hati02/08/2025
  • Burnout di Balik Jas Putih: Siapa yang Peduli?28/07/2025
  • Tantangan Hafiz dalam Meraih Medali Kyorugi Senior Putra U-5426/07/2025
  • Cerita Mahasiswa Hukum UAD Raih Medali Perak Kyorugi Senior Putri U-5323/07/2025
  • Efektivitas Ketepatan Data dan Kebijakan Publik22/07/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top