• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Milad Muhammadiyah ke-111: Merayakan Perjalanan Panjang Pengabdian dan Pembaruan

05/12/2023/in Feature /by Ard

Sambutan Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Global Forum for Climate Movement (Dok. Bidang Humas & Protokol UAD)

Muhammadiyah, sebuah gerakan Islam yang lahir di Indonesia pada tahun 1912, merayakan miladnya yang ke-111 pada tahun ini. Milad, atau hari jadi, bukan sekadar peringatan usia, tetapi juga momentum untuk merenung, memperingati perjalanan panjang, dan merayakan pencapaian. Seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah telah tumbuh menjadi salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki dampak yang signifikan dalam bidang pendidikan, sosial, kesehatan, hingga lingkungan.

Berkaitan dengan hal tersebut, isu lingkungan dan masa depan alam semesta dibahas dalam Global Forum for Climate Movement, sebuah forum kolaborasi antara Muhammadiyah dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI). Kegiatan ini diselenggarakan pada 17–18 November 2023 di Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam sambutannya mengatakan bahwa kondisi lingkungan, terutama iklim global, semakin memburuk. Saat ini, bahkan dunia tidak lagi menghadapi fase global warming, melainkan fase global boiling. Haedar menyebut istilah perubahan iklim sekarang ini lebih tepat disebut dengan istilah krisis iklim.

Ia tidak hanya menyoroti kompleksitas isu krisis iklim, tetapi juga memberikan panggilan kepada semua peserta forum untuk bersatu dalam mengambil tindakan nyata. Ia menyampaikan, Muhammadiyah sebagai organisasi yang memiliki pengaruh besar di masyarakat, terutama di Indonesia, memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian alam.

Kontribusi Muhammadiyah dalam Pendidikan dan Pembaruan Sosial

Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan sebagai respons terhadap kondisi masyarakat Islam yang kala itu tengah menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi sosial maupun pendidikan. Kini Muhammadiyah terus berkembang dalam membangun masyarakat yang berdasarkan nilai-nilai Islam yang sejati, serta memperkuat keyakinan dan pengetahuan umat Islam.

Salah satu aspek yang paling mencolok dari perjalanan Muhammadiyah adalah kontribusinya dalam bidang pendidikan. Sejak awal berdiri, Muhammadiyah telah menekankan pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk mengangkat martabat umat Islam. Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi wadah penting dalam membentuk karakter dan memberikan akses pendidikan kepada masyarakat.

Muhammadiyah dalam kiprahnya di masyarakat juga aktif dalam bidang sosial. Melalui berbagai program kemanusiaan dan kesejahteraan sosial, organisasi ini telah membantu masyarakat yang membutuhkan, terutama dalam situasi bencana alam atau konflik sosial. Semangat gotong-royong dan kepedulian terhadap sesama menjadi landasan dalam menjalankan misi sosialnya.

Dalam dua dekade terakhir, Muhammadiyah memiliki perhatian yang khusus pada lingkungan hidup dan persoalan-persoalan ekosistem di ranah global, salah satunya adalah perubahan iklim/krisis iklim. “Kita hari ini melakukan ikhtiar untuk pertemuan di tingkat global, Global Forum, membahas bukan hanya persoalan mengenai perubahan iklim, tetapi gerakan untuk mengatasi perubahan iklim,” tuturnya.

Pemahaman Agama dan Peran Manusia dalam Menghadapi Krisis Iklim

Krisis iklim telah menjadi salah satu isu paling mendesak yang dihadapi manusia pada abad ke-21. Dalam beberapa dekade terakhir, peningkatan suhu global, perubahan pola cuaca, dan dampak ekstrem lainnya telah menjadi lebih nyata. Haedar menyebutkan bahwa dampak dari krisis iklim lebih berbahaya dari bom nuklir. Hal ini dikarenakan kerusakan yang ditimbulkan bersifat multidimensi dan jika terus berlanjut, kerusakannya tidak dapat dipulihkan.

Ia menegaskan bahwa ajaran Islam menekankan konsep khalifah, atau pemimpin yang bertanggung jawab terhadap bumi. Oleh karena itu, melibatkan diri dalam pelestarian lingkungan bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga panggilan spiritual. Ia menjelaskan ajaran-ajaran agama dapat menjadi panduan dalam upaya menjaga keberlanjutan planet ini.

Haedar menggarisbawahi urgensi kerja sama global dalam menghadapi perubahan iklim. Ia menekankan nilai-nilai Islam yang mendorong umat Islam untuk menjadi pelindung bumi (khalifah fil ardh) dan pandangan ini sejalan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan. Ia pun menyoroti dampak perubahan iklim yang tidak merata, memengaruhi terutama negara-negara berkembang dan berbagai komunitas. Dalam konteks ini, ia menegaskan pentingnya kerja sama internasional yang adil dan berkeadilan.

“Kami mendeklarasikan sebuah pandangan yang berada dalam perspektif teoantroposentris. Paradigma ini memosisikan langit dan bumi sebagai satu kesatuan. Sehingga manusia sebagai khalifah fil ardh, punya nilai, punya etika, yang harus kita jaga dan lestarikan bersama,” ujarnya.

Menurutnya, krisis iklim merupakan masalah global yang memerlukan perhatian dan tindakan segera karena kondisi bumi saat ini akan berdampak serius dan menjadi pertaruhan masa depan peradaban manusia. “Kondisi kehidupan akan menyerupai kiamat, baik secara harfiah, maupun secara metaforis membawa dampak kematian dan kiamatnya ekosistem serta kehidupan ekonomi, sosial, politik, maupun budaya,” jelas Haedar.

Bersama dengan para pembicara dari 13 negara, Muhammadiyah memandang dan meyakini bahwa Global Forum for Climate Movement ini kemudian tidak hanya dapat menginspirasi dan menjadi pandangan alternatif, tetapi juga dapat membangun dan menyelamatkan alam dengan paradigma membangun tanpa merusak, menghadirkan gerakan yang dimiliki bersama oleh masyarakat dunia dari setiap bangsa.

Komitmen Muhammadiyah pada Keberlanjutan

Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, tidak hanya memiliki peran penting dalam pengembangan spiritualitas umat, tetapi juga turut ambil bagian dalam upaya pelestarian lingkungan. Keberlanjutan dan keadilan lingkungan adalah bagian integral dari ajaran Islam, dan Muhammadiyah berkomitmen untuk mengembangkan pemahaman dan tindakan berbasis lingkungan.

Sebagai bagian dari Global Forum for Climate Movement, Muhammadiyah secara resmi mengumumkan berbagai inisiatif dan program keberlanjutan. Hal ini mencakup kampanye edukasi lingkungan di sekolah-sekolah dan pesantren, pengembangan energi terbarukan, serta advokasi untuk kebijakan lingkungan yang lebih berkelanjutan.

Haedar memimpin langkah-langkah ini dengan memberikan contoh nyata melalui program-program di berbagai lembaga di bawah naungannya. Dalam hal ini, Muhammadiyah bukan hanya mengambil peran sebagai agen perubahan di Indonesia, tetapi juga sebagai bagian dari gerakan global untuk melindungi planet kita. Lebih lanjut, Muhammadiyah dalam kesempatan yang sama turut membangun dan mengembangkan Muhammadiyah Climate Center (MCC), sebuah wadah yang akan menjadi instrumen gerakan baru dalam menghadapi perubahan iklim untuk menyelamatkan dunia.

Visi dan Peran Muhammadiyah dalam Menyelamatkan Alam Semesta

Muhammadiyah memiliki peran yang amat penting dalam membangun kesadaran masyarakat akan isu-isu lingkungan. Global Forum for Climate Movement yang diinisiasi oleh Muhammadiyah bersama Kemlu RI merupakan wadah untuk mendiskusikan tantangan lingkungan global dan mencari solusi yang inklusif. Komitmen Muhammadiyah lainnya juga diwujudkan dengan pendirian MCC yang telah disebutkan sebelumnya, yang diinisiasi sebagai upaya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan perlindungan lingkungan.

Muhammadiyah Climate Center merupakan penegasan dari kegiatan Muhammadiyah di bidang lingkungan hidup sejak tahun 2005 melalui Lembaga Lingkungan Hidup (yang sekarang menjadi Majelis Lingkungan Hidup). Selain itu, sejak pandemi, ‘Aisyiyah juga terlibat dalam menghadapi krisis iklim dan membangun ketahanan keluarga dan masyarakat Indonesia. Muhammadiyah juga telah memobilisasi Idulfitri Hijau dan Iduladha Hijau, selain organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang telah melakukan aksi untuk iklim yang melibatkan 2.000 pelajar dari 80 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

MCC hadir bukan hanya sebagai sebuah inisiatif untuk mengurangi dampak perubahan iklim, tetapi juga sebuah upaya untuk membentuk pemahaman yang lebih baik mengenai keterkaitan antara ajaran agama dan perlindungan lingkungan. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama, pendidikan, dan keterlibatan masyarakat, MCC diharapkan akan menjadi motor perubahan yang signifikan dalam menjaga keberlanjutan bumi bagi generasi mendatang.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Dalam merayakan milad ke-111, Muhammadiyah dihadapkan pada berbagai tantangan zaman, seperti globalisasi, teknologi, dan perubahan sosial. Namun, semangat keislaman, ketangguhan, dan semangat pengabdian yang telah menjadi ciri khas Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi pilar kokoh dalam menghadapi perubahan ini.

Milad Muhammadiyah ke-111 menjadi kesempatan bagi seluruh anggota dan simpatisan untuk merenung, merayakan pencapaian, dan merancang langkah-langkah ke depan. Dengan warisan nilai-nilai Islam yang kuat dan semangat pelayanan kepada masyarakat, Muhammadiyah dapat terus menjadi kekuatan positif dalam membangun Indonesia yang lebih baik.

Tantangan krisis iklim, menurut Haedar memerlukan kesadaran dan aksi bersama. Ia menekankan bahwa solusi untuk perubahan iklim tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga memerlukan transformasi nilai-nilai dan budaya.

Harapannya, berbagai inisiatif yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah dapat menjadi pemicu kesadaran global tentang pentingnya pelestarian alam serta dapat menginspirasi masyarakat untuk berkontribusi dalam menjaga kelestarian bumi. Tak lupa, ia memotivasi masyarakat untuk bersatu dalam usaha melindungi bumi sebagai amanah yang harus dijaga bersama.

Partisipasi masyarakat diharapkan dapat menjadi tonggak penting dalam mewujudkan upaya Muhammadiyah untuk mengatasi tantangan krisis iklim. Melalui visi dan komitmennya, Muhammadiyah bukan hanya menjadi pelaku lokal tetapi juga bagian dari gerakan global yang berfokus pada keberlanjutan.

Dengan kesadaran yang meningkat, kerja sama internasional, dan keputusan bijak dalam kebijakan lingkungan, kita dapat berkontribusi pada perlindungan planet ini untuk generasi yang akan datang. Setiap langkah kecil yang diambil oleh individu dan komunitas dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan melestarikan bumi kita. (Lid)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sambutan-Prof.-Dr.-Haedar-Nashir-M.Si_.-Ketua-Umum-Pimpinan-Pusat-Muhammadiyah-dalam-Global-Forum-for-Climate-Movement-Dok.-Bidang-Humas-Protokol-UAD.jpg 1000 1500 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-12-05 12:20:182023-12-05 12:20:18Milad Muhammadiyah ke-111: Merayakan Perjalanan Panjang Pengabdian dan Pembaruan

Pentingnya Kolaborasi Global dalam Mengatasi Perubahan Iklim

30/11/2023/in Feature /by Ard

Sambutan H.E. Retno Lestari Priansari Marsudi, LL.M. selaku Menteri Luar Negeri RI dalam pembukaan acara Global Forum for Climate Movement di UAD (Dok. Istimewa)

Global Forum for Climate Movement yang beberapa waktu lalu telah digelar di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) merupakan kolaborasi antara Muhammadiyah dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI). Berkaitan dengan hal ini, H.E. Retno Lestari Priansari Marsudi, LL.M. selaku Menteri Luar Negeri RI turut menyampaikan sambutannya dalam pembukaan acara secara daring melalui sebuah tayangan video. Retno menyoroti tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini terkait perubahan iklim dan mendukung upaya bersama untuk menghadapi krisis lingkungan global.

Lebih lanjut, sambutannya juga mencerminkan komitmen pemerintah Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan mempromosikan kerja sama global untuk menjaga keberlanjutan alam semesta.

Langkah-Langkah Konkret yang Diambil oleh Pemerintah Indonesia dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Sebagai negara yang memiliki keragaman alam dan budaya, Indonesia memahami betul urgensi pelestarian lingkungan. Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan Indonesia termasuk kebijakan energi terbarukan, pelestarian hutan, peningkatan ketahanan pangan, dan program-program inovatif lainnya yang bertujuan untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Retno mengungkapkan kontribusi Indonesia dalam mendukung net zero emission melalui pengurangan emisi pada tahun 2030 yang tertuang dalam Laporan Iklim dan Pembangunan Negara (Country Climate and Development Report atau CCDR). Ia mengatakan bahwa Indonesia meningkatkan target iklim dalam bentuk Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional atau Nationally Determined Contribution (NDC) tanpa syarat dari 29% menjadi 31,89% dan NDC bersyarat dari 41% menjadi 43,2%.

Peran Aktif Muhammadiyah dalam Gerakan Iklim Global

Retno menyoroti bahwa upaya bersama atau diplomasi iklim dalam mengatasi perubahan iklim bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan kontribusi aktif dari semua pihak. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat sipil, sektor swasta, hingga organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah dalam merumuskan solusi yang berkelanjutan dalam rangka menghadapi perubahan iklim.

“The magnitude of the climate crisis and the urgent need for action required innovative partnership. Government alone can not reach this commitment, we need the whole national ecosystem to pitch in, including Muhammadiyah. The engagement of faith-based organizations can really make a real difference to build on Indonesia’s ongoing climate efforts and Global commitment,” jelasnya.

Ia juga memberikan apresiasi kepada Muhammadiyah atas peran aktifnya dalam gerakan iklim global. Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki potensi besar untuk memobilisasi masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan. Lebih lanjut, ia menyambut baik upaya Muhammadiyah dalam mengedukasi dan melibatkan masyarakat dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Retno juga menyampaikan tiga hal mengenai pentingnya organisasi keagamaan dalam mendukung upaya penyelamatan bumi dari krisis iklim. “Pertama, membangun hubungan dengan masyarakat untuk menyebarluaskan informasi dan kesadaran tentang iklim. Kedua, kontribusi intelektual, terutama bagi generasi muda agar terinformasi, termotivasi, dan berkontribusi. Ketiga, memberikan panduan moral dan etika dengan menyebarluaskan gagasan dan praktik ramah lingkungan, seperti yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah.”

Muhammadiyah Climate Center

Dalam kesempatan yang sama, Muhammadiyah sekaligus meluncurkan Muhammadiyah Climate Center. Retno dalam hal ini memberikan sambutan hangatnya perihal pendirian Muhammadiyah Climate Center yang merupakan sebuah upaya baru dari Muhammadiyah dalam rangka menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks.

Sebagai seorang diplomat ulung, ia turut memberikan apresiasi yang tinggi terhadap langkah proaktif Muhammadiyah dalam menghadapi isu global seperti perubahan iklim. Ia menyatakan bahwa langkah diadakannya Global Forum for Climate Movement dan pendirian Muhammadiyah Climate Center merupakan sebuah tindakan nyata Muhammadiyah dalam mendukung upaya dunia dalam mengurangi dampak buruk perubahan iklim. Keberadaan Muhammadiyah Climate Center menjadi bukti konkret bahwa Indonesia bersama-sama dengan elemen-elemen masyarakatnya, termasuk organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah, berperan aktif dalam merintis jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Komitmen Indonesia dan Muhammadiyah akan Terus Berlanjut

Kolaborasi internasional, langkah-langkah konkret, dan peran aktif organisasi masyarakat Indonesia seperti yang dilakukan Muhammadiyah menjadi elemen kunci dalam membangun masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. Melalui upaya bersama ini, Indonesia bersama Muhammadiyah di dalamnya tentu akan terus berkomitmen untuk menjadi kontributor dalam menjaga keberlanjutan planet kita. (Lid)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sambutan-H.E.-Retno-Lestari-Priansari-Marsudi-LL.M.-selaku-Menteri-Luar-Negeri-RI-dalam-pembukaan-acara-Global-Forum-for-Climate-Movement-di-UAD-Dok.-Istimewa.jpg 1009 1794 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-11-30 11:52:262023-11-30 11:52:26Pentingnya Kolaborasi Global dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Perubahan Iklim: Tantangan Global yang Mendesak untuk Dihadapi Bersama

30/11/2023/in Feature /by Ard

Sambutan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. dalam pembukaan acara Global Forum for Climate Movement di UAD (Dok. Bidang Humas & Protokol UAD)

Pada tahun 2023, Muhammadiyah merayakan milad ke-111 dengan tema yang menginspirasi, “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta”. Muhammadiyah, sebagai organisasi Islam yang berperan besar dalam pengembangan pendidikan, sosial, dan kesehatan, menandai perjalanan panjangnya dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Rangkaian milad ke-111 tahun Persyarikatan Muhammadiyah dibuka dengan diselenggarakannya forum lingkungan internasional yakni Global Forum for Climate Movement: Promoting Green Culture, Innovation, and Cooperation. Acara ini digelar di Ruang Amphitarium Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada 17–18 November 2023.

Pada sesi sambutan, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. menyebut bahwa ada sebanyak 13 negara yang terlibat sebagai pembicara pada forum ini. Adapun mereka memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari akademisi, praktisi, hingga pembuat kebijakan (policy maker) yang telah mendedikasikan hidupnya untuk merawat alam semesta.

“In this context, Muhammadiyah wants to bring this issue as a part of our commitment to save the nature and also to nurture the nature. It is our responsibility as human beings and also as muslims to be the Khalif of God. And one of the responsibilities of the Khalif of God is to nurture and to create prosperity on this earth,” tutur Abdul Mu’ti.

Perubahan iklim merupakan isu yang sangat kompleks karena menyangkut teologi, ekologi, sekaligus budaya. Ia menambahkan bahwa Muhammadiyah dalam hal ini berfokus untuk meningkatkan kesadaran manusia sebagai khalifah di muka bumi tentang tantangan lingkungan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim di dalam maupun di luar Persyarikatan Muhammadiyah.

“But here we want to bring to be a more practical in relation to how we could contribute to the issue of climate change, not only from the intellectual perspective but also how we could have movement in order that we could save the nature as a part of our responsibility as God’s Khalif in the earth,” jelasnya.

Sekilas tentang Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Organisasi ini bertujuan untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat melalui pendidikan, dakwah, dan kesejahteraan sosial. Seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah berkembang menjadi salah satu kekuatan utama dalam memajukan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Komitmen ini terus dikembangkan hingga Muhammadiyah memperluas cakupannya untuk terlibat dalam isu-isu kontemporer, termasuk tantangan lingkungan seperti perubahan iklim.

Dengan memilih tema “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta” untuk milad ke-111, Muhammadiyah ingin menekankan pentingnya peran umat Islam dalam menjaga keberlanjutan dan keseimbangan alam. Ikhtiar atau usaha yang dimaksudkan dalam hal ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pelestarian lingkungan, pengembangan ekonomi berkelanjutan, hingga kepedulian terhadap kesejahteraan sosial.

Perhatian serius Muhammadiyah terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim, kata Mu’ti, sebetulnya telah digaungkan sejak Muktamar ke-47 di Makassar pada tahun 2015. Pada sisi praktis, lembaga pendidikan Muhammadiyah bahkan telah banyak yang menyisipkan kurikulum terpadu dan berbagai inisiatif untuk aksi penyelamatan lingkungan, seperti program Sedekah Sampah.

Global Forum for Climate Movement

Global Forum for Climate Movement merupakan sebuah forum yang berfungsi sebagai platform bagi para pemimpin, cendekiawan, aktivis, dan praktisi untuk berkumpul dan mendiskusikan strategi untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Forum ini menekankan pentingnya memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Tujuan Utama Forum

Terdapat beberapa tujuan utama hadirnya forum ini. Pertama, inisiatif pendidikan. Muhammadiyah menyadari pentingnya pendidikan dalam menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu perubahan iklim. Forum ini dapat menampilkan program dan inisiatif pendidikan untuk memberdayakan individu dengan pengetahuan yang diperlukan untuk berkontribusi pada praktik-praktik berkelanjutan.

Kedua, kolaborasi dan kemitraan. Membangun kolaborasi dan kemitraan dengan organisasi global, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat lainnya merupakan hal yang sangat penting dalam mengatasi perubahan iklim. Forum ini menyediakan ruang bagi Muhammadiyah untuk terlibat dalam kemitraan yang bermakna untuk aksi kolektif.

Ketiga, advokasi kebijakan. Melalui forum ini, Muhammadiyah dapat mengadvokasi kebijakan di tingkat lokal, nasional, dan internasional yang mendorong praktik-praktik ramah lingkungan dan mengatasi akar penyebab perubahan iklim.

Perspektif Islam tentang Perubahan Iklim

Muhammadiyah, yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam, menekankan tanggung jawab umat manusia sebagai khalifah di bumi. Forum ini mengeksplorasi bagaimana ajaran Islam dapat menginformasikan dan memandu upaya-upaya untuk mengatasi perubahan iklim, dengan menyoroti keterkaitan antara kesejahteraan lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Global Forum for Climate Movement merupakan bukti komitmen Muhammadiyah dalam menjawab tantangan kontemporer melalui kombinasi nilai-nilai Islam, pendidikan, kolaborasi, dan advokasi. Dengan berpartisipasi aktif dalam diskusi global tentang perubahan iklim, Muhammadiyah berkontribusi pada upaya kolektif yang diperlukan untuk membangun masa depan yang berkelanjutan dan tangguh bagi generasi mendatang.

Pesan Kebersamaan

Dalam merayakan milad ke-111, Muhammadiyah mengajak semua pihak, tidak hanya anggota organisasi, untuk bersama-sama berikhtiar dalam menjaga keberlanjutan semesta. Kebersamaan umat Islam, kolaborasi dengan berbagai pihak, dan upaya nyata dalam menjaga alam adalah kunci untuk mencapai visi dan misi Muhammadiyah.

Milad ke-111 Muhammadiyah dengan tema “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta” bukan hanya merayakan sejarah panjang organisasi ini, tetapi juga menjadi panggilan bagi semua pihak untuk ikut serta dalam upaya menyelamatkan semesta. Dengan pendidikan, dakwah, dan pelayanan sosial sebagai pondasi, Muhammadiyah terus berkomitmen untuk menjadi kekuatan positif dalam membangun masyarakat yang adil, beradab, dan berkelanjutan. (Lid)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sambutan-Sekretaris-Umum-Pimpinan-Pusat-Muhammadiyah-Prof.-Dr.-Abdul-Muti-M.Ed_.-dalam-pembukaan-acara-Global-Forum-for-Climate-Movement-di-UAD-Dok.-Bidang-Humas-Protokol-UAD.jpg 1000 1500 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-11-30 11:10:402023-11-30 11:10:40Perubahan Iklim: Tantangan Global yang Mendesak untuk Dihadapi Bersama

LOGO MILAD KE-63 UAD

21/11/2023/in Feature /by Ard

Logo Milad ke-63 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Bidang Humas dan Protokol UAD)

Download Logo Milad ke-63 Universitas Ahmad Dahlan (UAD)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Logo-Milad-ke-63-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Bidang-Humas-dan-Protokol-UAD.jpg 2084 2084 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-11-21 10:53:092023-11-21 10:53:09LOGO MILAD KE-63 UAD

Tantangan PTS Hadapi Penurunan Mahasiswa Baru dan Upaya Mengatasinya

07/11/2023/in Feature /by Ard

Breakfast Seminar Pelatihan Peningkatan Kepemimpinan Melalui Program iHiLead Erasmus+ di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Humas dan Protokol UAD)

Berdasarkan Peraturan Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri dari Permendikburistek No. 48 tahun 2022, kuota Seleksi Jalur Mandiri di Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) sampai 50 persen. Hal tersebut berdampak pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di seluruh Indonesia yang mengalami penurunan jumlah mahasiswa baru tahun 2023.

Berkaitan dengan hal itu, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar Seminar Pelatihan Peningkatan Kepemimpinan Perguruan Tinggi melalui program Leadership and Management Development Program (LMDP) Indonesian Higher Education Leadership (iHiLead) Erasmus+. Seminar berlangsung pada Jumat, 27 Oktober 2023 di Ruang Amphitheater Gedung Fakultas Kedokteran UAD. Kegiatan tersebut merupakan langkah dan upaya PTS untuk menghadapi tantangan penurunan jumlah mahasiswa baru.

Lebih lanjut, Rektor UAD Prof. Dr. Muchlas, M.T. mengungkapkan, “UAD mengalami penurunan jumlah mahasiswa baru yang cukup signifikan pada tahun 2023. Beberapa fakultas yang mengalami penurunan di antaranya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Sains, dan Keagamaan.”

Kemudian Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. yang merupakan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah V DIY sekaligus Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) mengatakan bahwa waktu yang tepat untuk penutupan Penerumaan Mahasiswa Baru (PMB) PTN adalah akhir Juli. Selain itu, penambahan kursi PTN yang tidak wajar menjadi salah satu penyebab penurunan mahasiswa.

Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D. yang merupakan Plt. Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V DIY menyampaikan beberapa penyebab penurunan mahasiswa baru di PTS beberapa tahun ini di antaranya sebagai berikut.

  1. Pandemi Covid-19.
  2. Pelaksanaan PMB Jalur Mandiri di PTN baik dari sisi kuota dan jalur mandiri yang terlalu besar dan waktu pendaftaran yang terlalu panjang yakni sampai 15 Agustus 2023, yang masih memungkinkan menerima mahasiswa baru di Jalur Mandiri sepanjang kuota 50 persen tersebut belum tercapai.
  3. Kondisi ekonomi.

Menanggapi hal tersebut beberapa upaya yang dilakukan pemerintah melalui LLDikti ialah berikut ini.

  1. Pembinaan mutu PTS.
  2. Bimbingan Teknis dan Workshop Penjaminan Mutu dalam rangka peningkatan mutu PTS baik dari Akreditasi Perguruan Tinggi maupun Akreditasi Prodi.
  3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Perguruan Tinggi kepada Badan Penyelenggara.
  4. Pembinaan dalam rangka peningkatan kualifikasi dosen.
  5. Penyaluran beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
  6. Pendampingan, verifikasi, dan evaluasi pelaporan PDDikti.

Selanjutnya, langkah bagi PTS untuk meningkatkan mutu, relevansi, dan daya saing ialah sebagai berikut.

  1. PTS dapat lebih adaptif dengan kondisi saat ini dengan memanfaatkan media sosial yakni dalam hal promosi secara masif pada kanal-kanal sosial serta situs web.
  2. Peningkatan citra PTS melalui tiga aspek utama yaitu keuangan, pengelolaan, dan infrastruktur atau sarana prasarana.
  3. Kolaborasi PMB melalui Jogjaversitas.

Di samping upaya yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat usulan yang perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah yaitu meminta negara untuk meninjau ulang konsep PTN-BH yang menjadi alasan PTS mencari sumber dana alternatif. (umh)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Breakfast-Seminar-Pelatihan-Peningkatan-Kepemimpinan-Melalui-Program-iHiLead-Erasmus-di-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Humas-dan-Protokol-UAD-1.jpg 1116 2000 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-11-07 08:47:332023-11-07 08:47:51Tantangan PTS Hadapi Penurunan Mahasiswa Baru dan Upaya Mengatasinya

HKI UAD Adakan Talkshow Desain Industri Potensi Komersial

24/10/2023/in Feature /by Ard

Talkshow Desain Industri Potensi Komersial oleh Dr. Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si. selaku narasumber (Dok. Zahro)

Peringati Milad Sentra Hak Kekayaan Industri (HKI) ke-12, HKI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta adakan talkshow desain industri bertajuk “Desain Industri Potensi Komersial” pada Kamis, 19 Oktober 2023 di Hall Gedung Utama Kampus IV UAD. Acara dipandu oleh Vani Dias Adiprabowo, S.Sn., M.Sn. selaku moderator.

Hadir sebagai narasumber Dr. Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si. yang merupakan Wakil Dekan Fakultas Psikologi sekaligus dosen Program Studi Psikologi UAD, menjelaskan bahwa dalam talkshow tersebut ada tanya jawab dari moderator dan pemaparan oleh pemateri serta tanya jawab dari peserta dan pemaparan oleh pemateri.

Desain industri merupakan suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi warna dan garis atau garis dan warna, atau gabungan dari itu semua, yang berbentuk 3 dimensi atau 2 dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola 3 dimensi atau 2 dimensi, serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.

Mengapa desain industri itu penting dan perlu dilindungi?

Desain industri itu penting dan perlu dilindungi karena teknologi yang terus berkembang dan desain industri juga harus terus dikembangkan dan untuk komersialisasi produk dengan desain yang bermanfaat. “Flashdisk merupakan salah satu contoh alat desain industri komersial. Karena teknologi terus berkembang maka selalu ada kebaruan dalam desainnya agar lebih efektif dan mudah digunakan. Jadi, desain industri itu kita membuat desain yang memang menjadi daya jual di masyarakat,” kata Tenta.

Lebih lanjut Tenta menuturkan bahwa sebab lain desain industri perlu dilindungi ialah memiliki nilai komersialisasi karena adanya penampilan atau desain suatu produk, faktor penentu keputusan konsumen membeli suatu produk, mencegah penggunaan atas penampilan suatu produk secara tidak sah, meningkatkan kreativitas dalam menciptakan produk yang beragam (mengikuti perkembangan zaman), serta mendorong pembangunan ekonomi.

Elemen Desain Industri

Dalam desain industri, elemen ini menjadi salah satu hal yang penting dan menentukan konsumen membeli suatu produk atau tidak. Tenta menyebutkan bahwa ada beberapa elemen desain industri, di antaranya bentuk merupakan sebuah rupa yang memiliki 3 dimensi, konfigurasi yaitu ornamen-ornamen yang terdapat pada produk. Ornamen dapat diartikan sebagai dekorasi atau hiasan dapat menjadi fungsi tambahan dan estetis membuat produk lebih lucu dan unik. Selanjutnya, komposisi yaitu pola tambahan berupa elemen 2 dimensi, komposisi garis atau warna yaitu garis saja cukup atau warna biru saja cukup. “Terakhir komposisi garis dan warna atau gabungannya yaitu tulisan warna merah, ada gunungnya warna hijau, dan ada airnya warna putih kebiru-biruan. Kemudian gabungan yaitu ada botol bentuknya, ada lekukan di bawah konfigurasinya dan komposisi garis warna,” imbuhnya.

Tenta pun menyampaikan salah satu jenis desain industri adalah desain industri keseluruhan. Ini merupakan desain yang satu keseluruhan, misalnya satu keseluruhan ponsel yang dilindungi. “Desain industri yang tidak bisa mendapat perlindungan adalah memuat HKI milik orang lain, melanggar kesusilaan atau ketertiban umum atau meresahkan, memuat kreasi milik umum atau negara, dan menistakan keyakinan atau agama tertentu,” ujarnya.

“Berikut adalah produk yang bukan desain industri, di antaranya produk alami, kreasi yang semata-mata berasal dari proses alamiah, kata-kata tanpa adanya elemen gambar, semata-mata hanya fungsi teknis, bangunan atau patung atau monumen, lukisan yang belum diaplikasikan pada produk atau barang, serta wewangian dan irama atau bunyi,” tutup Tenta. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Talkshow-Desain-Industri-Potensi-Komersial-oleh-Dr.-Fatwa-Tentama-S.Psi_.-M.Si_.-selaku-narasumber-Dok.-Zahro.jpg 679 1208 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-10-24 09:56:462023-10-24 09:56:46HKI UAD Adakan Talkshow Desain Industri Potensi Komersial

Urgensi Pengendalian Tembakau dalam Mitigasi Bencana

20/10/2023/in Feature /by Ard

Kuliah tamu “Urgensi Pengendalian Tembakau dalam Mitigasi Bencana” oleh Rizanna Rosemary, Ph.D. (Dok. Isah)

Rizanna Rosemary, Ph.D. selaku dosen tamu dari Universitas Syiah Kuala Aceh didapuk sebagai narasumber dalam kuliah tamu Tobacco Control di Kampus III Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada 14 Oktober 2023. Pada kesempatan tersebut, Rizanna menyampaikan tentang urgensi pengendalian tembakau dalam mitigasi bencana.

“Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang belum meratifikasi kerangka kerja pengendalian tembakau yang dicanangkan oleh World Health Organization (WHO). Padahal, upaya tersebut bertujuan untuk mengurangi beban penyakit, kematian, maupun dampak ekonomi yang timbul dari perokok atau orang yang terpapar rokok. Sama halnya dengan komunikasi, pengendalian tembakau juga hakikatnya interdisciplinary sehingga perlu melibatkan banyak sektor,” ungkapnya.

MPOWER FCTC

Rokok itu seperti alkohol, tidak bisa dibumihanguskan, tetapi bisa dikendalikan. Hal inilah yang melatarbelakangi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) meluncurkan strategi untuk mengendalikan tembakau di dunia melalui MPOWER pada tahun 2008. MPOWER merupakan singkatan dari beberapa kebijakan yang dibuat oleh WHO, yaitu M untuk monitoring tobacco use and prevention policies (kebijakan pencegahan dan pemantauan penggunaan tembakau), P untuk protecting people from tobacco smoke (melindungi masyarakat dari rokok), O untuk offering help to quit tobacco use (menawarkan bantuan untuk berhenti menggunakan produk tembakau), W untuk warning about the dangers of tobacco (peringatan tentang bahaya produk tembakau), E untuk enforcing bans on tobacco advertising, promotion, and sponsorship (menegakkan larangan iklan, promosi, dan sponsor rokok), dan R untuk raising taxes on tobacco (menaikkan pajak atas produk tembakau). Dengan kata lain, ini adalah kegiatan monitoring penggunaan dan cara mencegah atau mengurangi konsumsi tembakau. Di antaranya perlindungan terhadap paparan asap rokok, optimalisasi dukungan bagi orang yang ingin berhenti merokok, waspadakan masyarakat terhadap bahaya tembakau, eliminasi iklan, promosi dan sponsorship tembakau, serta raih peningkatan pajak dan cukai rokok.

“FCTC seyogyanya sudah komprehensif karena berisi panduan-panduan atau instrumen yang bisa membantu sebuah negara untuk mengendalikan tembakau dan sudah diratifikasi oleh banyak negara di Asia Tenggara,” kata Rizanna.

CSR Washing

Tanggung jawab sosial Corporate Social Responsibility/CSR Washing merupakan beragam kegiatan yang seakan-akan memaksimalkan dampak positif dan mengesampingkan dampak negatif. CSR Washing menjadi strategi industri rokok untuk menutupi dampak negatif yang ditimbulkan dengan tetap menjaga citra instansi melalui beasiswa pendidikan, pemberian suplai makanan korban bencana alam, pemberian alat pelindung diri (APD) untuk nakes, dan sebagainya.

“Meskipun banyak kegiatan positif yang dilakukan oleh industri rokok, mereka cenderung lupa mengurusi dampak negatif akibat mengkonsumsi produknya, seperti hipertensi, sesak napas, maupun beban penyakit lain yang tidak ditanggung oleh instansi, melainkan ditanggung individu itu sendiri. CSR di mata masyarakat awam dianggap hal baik, padahal terdapat banyak kejanggalan di dalamnya,” terang Rizanna.

Urgensi Tobacco Control dalam Mitigasi Bencana

Risiko yang ditimbulkan dari bencana bisa berupa fisik maupun psikis seperti halnya pandemi Covid-19 (bencana kesehatan). Kebijakan work from home membuat orang lebih aktif merokok sehingga terjadi second hand smoker yakni anggota keluarganya dan perokok tersebut menjadi kelompok rentan yang terkena wabah bencana Covid-19. “Mereka biasanya akan lebih memilih merokok daripada makanan karena rokok diklaim mampu menghilangkan stres sehingga dapat memperburuk kondisi kesehatan masyarakat,” ungkap Rizanna.

Selanjutnya, ia mengungkapkan bahwa upaya mitigasi bencana belum sepenuhnya berjalan dengan optimal. “Mitigasi bencana seharusnya dilakukan pada prabencana, saat bencana, juga pascabencana. Namun kenyataannya, orang-orang hanya akan bergerak pada saat bencana. Padahal, preventif menjadi fokus utama dari kesehatan masyarakat termasuk dalam pengendalian tembakau. Lemahnya dukungan pemerintah maupun stakeholder serta keterbatasan riset terkait sebagai bahan advokasi, menjadi tantangan besar bagi pengendalian tembakau di Indonesia hingga saat ini. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan riset dan juga advokasi yang agresif kepada para stakeholder agar CSR Washing tidak beroperasi terus-menerus,” pungkasnya. (ish)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kuliah-tamu-Urgensi-Pengendalian-Tembakau-dalam-Mitigasi-Bencana-oleh-Rizanna-Rosemary-Ph.D.-Dok.-Isah-scaled.jpg 1440 2560 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-10-20 11:24:402023-10-20 11:24:40Urgensi Pengendalian Tembakau dalam Mitigasi Bencana

Anugerah Terbaik bagi Manusia

13/10/2023/in Feature /by Ard

Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H. Khatib Jumat Masjid Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta (Dok. Zahro)

“Ada 4 macam makhluk yang diciptakan oleh Allah menurut imam Al-Ghazali. Pertama yaitu makhluk yang diberi Allah akal tetapi tidak diberikan hawa nafsu, hal ini disebut dengan malaikat. Kedua, makhluk yang diberi oleh Allah hawa nafsu tetapi tidak dengan akal, maka hal ini dikenal dengan hewan atau binatang. Ketiga, Allah juga menciptakan makhluk yang tidak diberikan hawa nafsu maupun akal, maka dikenal dengan benda mati. Terakhir, yaitu makhluk yang diberi akal dan hawa nafsu yaitu manusia,” terang Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H.

Ia menyampaikan khotbah yang diselenggarakan secara rutin setiap Jumat di Lantai 2 Masjid Islamic Center (IC) Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube.

Ustaz Budi melanjutkan, manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sempurna daripada makhluk lainnya. Dalam Q.S. At-Tin ayat 4 memberikan pandangan bahwa manusia memiliki kelebihan dan keistimewaan. Jika dilihat secara kasat mata fisik manusia tentu berbeda dengan makhluk lainnya. Namun, tidak hanya itu Allah Swt. menurunkan kepada manusia sebuah keistimewaan, yakni manusia memiliki 2 anugerah yang Allah berikan yaitu akal pikiran dan hawa nafsu.

Ia menambahkan, dari 4 macam makhluk Allah ini, imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa 2 anugerah terbaik kepada manusia adalah akal dan hawa nafsu. Akal memiliki energi positif, karena hal itu akal dapat memberikan wawasan informasi dan pertimbangan apakah itu baik atau buruk.

“Berbeda dengan hawa nafsu yang memiliki energi negatif, yang mendorong dan memotivasi manusia untuk melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan hal itu baik atau tidak,” imbuhnya.

Ketika akal mampu mengontrol hawa nafsu sehingga manusia berada di atas hawa nafsunya, maka manusia akan menjadi makhluk yang mulia. Sebagaimana yang termaktub dalam Q.S. An-Nazi’at ayat 40–41 yang artinya: “Dan adapun bagi orang-orang yang takut apabila ia berdiri di mahkamah Tuhannya, (untuk dihitung amalnya), serta ia menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”

Dari 2 ayat tersebut, secara jelas Allah memberikan cara dalam potensi akal untuk menguasai hawa nafsu dan mengantarkan kebaikan manusia menuju surga-Nya. Ketika dirinya telah mampu mengontrol hawa nafsu, maka manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang diridai oleh Allah Swt. Sebaliknya ketika hawa nafsu menguasai akalnya, maka manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh Allah Swt.

“Marilah kita senantiasa berusaha untuk berjuang sebaik-baiknya agar mampu mengendalikan hawa nafsu yang telah dianugerahkan kepada kita, dengan menjadikan akal pikiran sebagai pengevaluasi diri dari hawa nafsu yang ada dalam diri kita. Oleh karena itu, kita harus memperbanyak pengetahuan sehingga dapat mengerti yang hak dan yang batil,” tutupnya. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Budi-Jaya-Putra-S.Th_.I.-M.H.-Khatib-Jumat-Masjid-Islamic-Center-IC-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Yogyakarta-Dok.-Zahro-scaled.jpg 1439 2560 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-10-13 10:31:232023-10-13 10:31:23Anugerah Terbaik bagi Manusia

Meneladani Kepedulian Sosial Nabi Muhammad saw.

04/10/2023/in Feature /by Ard

M. Khaeruddin Hamsin, Lc., LLM., Ph.D. selaku Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Narasumber Pengajian Maulid Nabi LPSI UAD (Dok. Zahro)

Lembaga Pusat Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyelenggarakan pengajian untuk para dosen, tenaga pendidik, dan sivitas akademika UAD dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. Acara ini diselenggarakan secara luring di lantai 2 Masjid Islamic Center (IC) UAD dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube LPSI UAD pada Rabu, 27 September 2023. Hadir sebagai pemateri M. Khaeruddin Hamsin, Lc., LLM., Ph.D. selaku Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Tema yang dibahas kali ini adalah tentang “Meneladani Kepedulian Sosial Nabi Muhammad saw.”.

“Maulid Nabi Muhammad saw. menjadi momen untuk merenungkan pentingnya dakwah, kesederhanaan, maupun kepedulian sosial yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Selain itu juga untuk memperkuat iman dan cinta kepada Allah serta Rasul-Nya,” jelas Khaeruddin di awal pembicaraannya.

Lebih lanjut ia menerangkan, keteladanan Rasulullah dipahami oleh para ulama sebagai sesuatu yang tidak selalu berada di pikiran kita, tetapi ada dalam diri kita. Sehingga, banyak orang yang menyebutnya keteladanan itu harus menyatu dengan tubuh kita atau yang dikenal dengan bahasa Arabnya adalah uswah amaliah. Artinya, keteladanan harus terimplementasi dalam kehidupan ataupun perilaku.

“Jadi, Rasulullah itu harus menyatu dengan kita. Jika Rasulullah sudah menyatu, maka akan muncul 2 permasalahan yaitu Rasulullah sebagai manusia dan sebagai nabi. Rasulullah sebagai manusia artinya sejak ia lahir sampai meninggal dunia. Rasulullah sebagai nabi ialah sejak umur 40 tahun sampai meninggal dunia,” imbuh Khaeruddin.

Meneladani Rasulullah dengan ittiba’us sunnah, memiliki maksud keteladanan itu bisa terjadi sejak Rasulullah lahir sampai meninggal dunia. Sebagai umat, kita harus mengikuti apa yang sudah menjadi doktrin Rasulullah sejak menjadi nabi sampai meninggal dunia.

Selain itu, perbuatan Rasulullah oleh para ahli usul fikih dibagi menjadi 3. Pertama, jibiliyah bashariyah yaitu hasrat biologis yang artinya Rasulullah itu manusia. Maka, hasrat biologisnya ini tentu berbeda dengan perbuatan Rasulullah sebagai ajaran agama. Kedua, tasyri yaitu Rasulullah menyampaikan sesuatu karena itu doktrin agama. Ketiga, perbuatan Rasulullah yang khusus kepada dirinya sendiri yang tidak perlu diikuti oleh umatnya. Persoalan yang sering terjadi adalah tidak bisa membedakan apakah yang dilakukan Rasulullah itu hasrat biologis atau sesuatu yang memang harus disampaikan. Hal tersebut menimbulkan berkembangnya ittiba’us sunnah di kalangan masyarakat yang berbeda.

Berbicara tentang uswah, Khaeruddin menjelaskan bahwa uswah ini penting untuk selalu bicarakan karena mengikuti kehidupan kita dan ada di tengah-tengah kita. Uswah adalah meneladani cara makannya, bukan alat yang digunakan untuk makan. Rasulullah mengatakan, “Aku makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang” itulah yang harus diteladani, karena proses itu adalah proses jibiliyah bashariyah.

“Sedangkan, proses tasyri seperti wahyu yang turun itu sendiri masih di dalam persoalan. Apakah wahyu itu menjadi sesuatu yang di dalamnya ada tuntutan atau ada pilihan di dalam wahyu itu. Jika di dalamnya ada tuntutan berarti tidak bisa memilih, jadi harus melakukannya atau harus meninggalkannya. Jika di dalamnya pilihan, maka harus melihat atau memilih. Memilih artinya kedudukannya sama antara melakukan atau meninggalkan,” tutup Khaeruddin. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/M.-Khaeruddin-Hamsin-Lc.-LLM.-Ph.D.-selaku-Majelis-Tarjih-dan-Tajdid-Pimpinan-Pusat-PP-Muhammadiyah-Narasumber-Pengajian-Maulid-Nabi-LPSI-UAD-Dok.-Zahro.jpeg 752 1005 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-10-04 11:39:542023-10-07 08:11:17Meneladani Kepedulian Sosial Nabi Muhammad saw.

Rabiulawal: Bulan Mengingat Rasul

04/10/2023/in Feature /by Ard

Sahibus Samahah Prof. Dato’ Arif Perkasa Dr. Mohd Asri bin Zainul Abidin selaku Mufti Negeri Perlis Malaysia, Pemateri Kajian Rutin Ahad Pagi Masjid IC UAD (Dok. Zahro)

Masjid Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengadakan Kajian Rutin Ahad Pagi. Kajian ini disiarkan langsung melalui kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD dan berlangsung secara luring di kompleks masjid tersebut dengan tema serta pemateri yang berbeda setiap pertemuan. Pemateri pada pertemuan kali ini adalah Sahibus Samahah Prof. Dato’ Arif Perkasa Dr. Mohd Asri bin Zainul Abidin selaku Mufti Negeri Perlis Malaysia. Tema yang dibawakan adalah, “Rabiulawal: Mounth of Death of the Prophet?”.

Bulan Rabiulawal menjadi bulan yang istimewa karena bulan tersebut Nabi Muhammad saw. lahir ke muka Bumi ini. Ada beberapa pendapat yang berbeda terkait tanggal kelahiran Nabi. Pendapat pertama disampaikan oleh Imam Ibnu Ishaq bahwa Nabi lahir tanggal 12. Pendapat kedua, oleh Imam Al-Humaidi bahwa Nabi lahir tanggal 8. Kemudian ketiga, dinukilkan oleh Ibnu Dihyah bahwa Nabi lahir tanggal 10. Keempat, ada yang mengatakan Nabi Muhammad lahir tanggal 9.

Dari pendapat-pendapat tersebut, titik perbedaan yang muncul di antara para ulama terletak pada tanggal kelahiran Nabi saw. Adapun hari dan bulan, Nabi saw. pernah mengatakan sendiri bahwa beliau dilahirkan pada hari Senin bulan Rabiulawal. Dan tidak ada yang berbeda juga dalam penanggalan wafat Nabi saw. yaitu tanggal 12 Rabiulawal.

Mohd Asri menjelaskan bahwa perbedaan tanggal yang muncul pada kalangan ulama itu karena penanggalan hijriah baru dimulai jauh setelah Nabi lahir, tepatnya ketika Nabi dan para sahabat hijrah ke Madinah. “Kelahiran bukanlah sesuatu yang berat. Tentu kelahiran itu membuat kita bahagia. Apalagi dengan lahirnya Nabi saw. The first generation of Islamic or salafussalih, mereka tidak ada satu perayaan. Semua sejarawan bersepakat, bahwa perayaan pertama dilakukan pada masa dinasti Fatimiyah yang diprakarsai oleh Ubaid Al-Mahdi. Tidak hanya itu, juga merayakan hari lahir Sayyidina Ali, Fatimah, dan lainnya, kemudian (ketika runtuhnya Fatimiyah) datang dari kalangan Sunni memadamkan perayaan (yang tidak sesuai syariat Islam) dan mempertahankan perayaan maulid,” terangnya.

Ia juga menyebutkan bahwa di Perlis, bulan Rabiulawal disebut bulan Zikru Rasul (mengingat rasul). Mulai dari kelahiran, perjalanan hidup, sampai dakwahnya selama 23 tahun dengan berbagai cobaan yang dihadapinya. Ia menceritakan bahwa kelahiran Nabi saw., terjadi sesuatu yang disebut dengan Irhas (kejadian-kejadian luar biasa). Namun, sebagian kejadian itu tidak dapat dibuktikan melalui riwayat yang sahih. Seperti cerita ketika waktu malam Nabi lahir, datangnya Aisyah dan Maryam yang menjadi bidan atau menyambut kelahiran Nabi (ini tidak ada riwayatnya).

Ketika di tengah kehidupan Makkah jahiliah, Nabi saw. mulai berdakwah kepada keluarga terdekatnya yaitu Bani Hasyim dan akhirnya diterima oleh Ali bin Abi Thalib dan Abu Thalib, pamannya. Ini episode paling penting dalam kehidupannya. Apabila Nabi saw. dijadikan rasul, maka dia telah mengubah cara pikir menurut sikap dan sudut pandang orang-orang Makkah kepada Nabi Muhammad saw.

Lebih lanjut, Mohd Asri menerangkan ketika berdakwah, Nabi dianggap gila bahkan dilempar batu dan kotoran hewan. Hal ini karena banyak penentang mengintimidasi pengikut Nabi agar meninggalkannya dan banyak yang mengkhawatirkan bahwa Nabi Muhammad akan merusak penyembahan berhala yang sudah dilakukan sejak nenek moyang. “Bahkan sampai kaum Quraisy ingin membunuh Nabi saw. dan banyak sekali tuduhan yang didapatkan oleh Nabi saw. Namun, Nabi tidak membalasnya, padahal jika Nabi berdoa maka Allah akan segera mengabulkannya,” imbuhnya.

Mohd Asri pun menceritakan tentang Nabi Muhammad saw. sedang menjalankan ibadah di Makkah dan melaksanakan Khutbatul Wada’. Dalam Khutbatul Wada’ yang sangat menyentuh sanubari jamaah, di dalamnya menekankan bahwa sangat penting menjaga hubungan yang baik dengan sesama. “Perlu diperhatikan tentang menjaga kebersihan hati, bahkan Nabi saw. memperhatikan hak-hak wanita, sehingga Nabi saw. memuliakan sosok wanita,” tutupnya. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sahibus-Samahah-Prof.-Dato-Arif-Perkasa-Dr.-Mohd-Asri-bin-Zainul-Abidin-selaku-Mufti-Negeri-Perlis-Malaysia-Pemateri-Kajian-Rutin-Ahad-Pagi-Masjid-IC-UAD-Dok.-Zahro.jpeg 853 1280 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-10-04 11:12:562023-10-07 08:09:33Rabiulawal: Bulan Mengingat Rasul
Page 30 of 67«‹2829303132›»

TERKINI

  • Turnamen Tenis Meja: Dari Hobi Menjadi Prestasi di Tengah Masyarakat01/07/2025
  • Dosen UAD Manfaatkan Pati Singkong dan Bunga Telang Jadi Kemasan Pangan Ramah Lingkungan01/07/2025
  • Dosen UAD Kembangkan Produk Sehat Berbasis Rumput Laut Merah dengan Pendekatan Design Thinking01/07/2025
  • Toleransi Itu Peduli, Bukan Acuh01/07/2025
  • Belajar Menjadi Pemimpin Lewat Organisasi01/07/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa FK UAD Raih Juara I Lomba Menyanyi Nasional01/07/2025
  • Tapak Suci UAD Raih Juara Umum II di Kejuaraan Nasional Bhayu Manunggal Championship 202530/06/2025
  • Mahasiswa UAD Torehkan Prestasi di Kejuaraan Nasional UPI Karate Cup V 202526/06/2025
  • Mahasiswa FK UAD Raih Juara 3 Lomba Artikel Ilmiah Nasional25/06/2025
  • Mahasiswa UAD Juara 2 Lomba Fotografi dengan Karya Bertema Edukasi Islami24/06/2025

FEATURE

  • Ijazah Saja Tak Cukup, Begini Strategi Lulusan Baru Hadapi Dunia Kerja01/07/2025
  • Menyemai Sila Pertama, Menuai Takwa30/06/2025
  • Krisis Identitas di Kalangan Mahasiswa, Kamu Salah Satunya?30/06/2025
  • Penyampaian materi tentang Digital Public Health oleh Kepala BKPK Kemenkes RI dalam kuliah pakar Prodi Magister Kesmas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Isah)Digital Public Health Competencies30/06/2025
  • Mendidik Anak Tak Semudah Memindahkan Air28/06/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top