Koran Merapi (4 Februari 2022)

Iis Suwartini

Pada suatu ketika Raden Mas Said mengajukan permohonan untuk mendapatkan kenaikan pangkat. Namun permohonan tersebut tidak disetujui, ia bahkan dituduh terlibat dalam pemberontakan yang dilakukan orang-orang Cina. “Rasanya tidak pantas pemberontak sepertimu untuk naik pangkat.” “Ucapan Tuan tidak beralasan.” Belanda pun geram dengan tingkah laku Raden Mas Said. Mereka lalu mencaci-maki Raden Mas Said. Sejak peristiwa itu, muncullah niatan untuk melakukan perlawanan terhadap VOC. Hal tersebut dikarenakan VOC terlalu ikut campur dalam urusan Kerajaan Mataram.

Selengkapnya Dampak Perjanjian Giyanti (2) Raden Mas Said Menghimpun Kekuatan Melawan Kekuasaan VOC

Koran Merapi (24 Januari 2022)

Yosi Wulandari

Amangkurat sangat mengenal Panembahan Kajoran sebagai seorang ulama sepuh dan dapat menyembuhkan orang sakit. Oleh karena itu, putranya yang cacat dibawa ke Kajoran untuk dimintakan penyembuhan. Kajoran pun merasa bahwa kesempatan ini menjadi kesempatan baik agar keturunannya menjadi raja Mataram. Anak Wiramanggala dikembalikan ke Amangkurat I dengan berdalih bahwa upaya penyembuhan telah berhasil.

Selengkapnya Kiai Ageng Giring Sang Pemilik Wahyu Jatmika (9) Situasi Politik Memaksa Kerajaan Mataram Berpindah-pindah

Koran Merapi (21 Januari 2022)

Yosi Wulandari

Istri Panembahan Senopati ini, yakni Kanjeng Ratu Waskitha Jawi ialah putri dari Kiai Ageng Penjawi seorang Bupati Pati dan ibunya dari kalangan Wali Sanga yang bernama Raden Ayu Panengah, seorang putri Kanjeng Sunan Giri Paepen di Gresik. Syahdan, kisah asal usul Kiai Ageng Penjawi cukup berbobot. Ayah beliau ialah Kiai Ageng Ngerang, seorang tokoh masyarakat Juwana. Sementara itu, Kiai Ageng Ngerang merupakan anak Kiai Ageng Getas Pendawa ialah Raden Bondan Kejawan dan Dewi Nawangsih.

Selengkapnya Kiai Ageng Giring Sang Pemilik Wahyu Jatmika (7) Kiai Ageng Penjawi Dikirim Melanjutkan Pendidikan di Persia

Koran Merapi (19 Januari 2022)

Yosi Wulandari

Raden Ajeng Waskitha sebagai istri Raja Mataram pun memberikan sumbangan untuk membangun ibukota kerajaan Mataram di Kotagedhe. Perannya sebagai seorang permaisuri kerajaan tidak hanya secara finansial, tenaga, pikiran pun juga diberikannya untuk kebesaran Kerajaan Mataram. Kecerdasan, kekayaan, dan kewibawaan yang dimiliki putri Bupati Pati ini memancar bersinar cerah mewarnai Kerajaan Mataram.

Selengkapnya Kiai Ageng Giring Sang Pemilik Wahyu Jatmika (5) Raden Ajeng Waskitha Turut Membangun Ibukota Kerajaan Mataram