Suara Merdeka (17 Desember 2021)
Purwoko
Tatkala covid-19 tidak seganas pada pertengahan 2021, dampak yang ditimbulkan masih sekejam cabikan kuku macan yang merobek mangsanya. Covid-19 mengakibatkan perekonomian Indonesia compang-camping. Berbagai upaya telah dilakukan, namun tidak gampang untuk membangkitkan kembali ekonomi masyarakat.
Selengkapnya Menata Ekonomi 2022
Kedaulatan Rakyat (9 November 2021)
Iis Suwartini
Cerita anak ‘Awas Manusia’ karya Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menghadirkanfabel jenaka tentang kehidupan binatang di hutan. Tentunya tidak jauh berbeda dengan kenyataan yang ada bahwa hewan di hutan tidak terlepas dari perburuan liar. Cerita tersebut dikemas dengan bahasa yang lugas namun sarat akan makna. Hal tersebut tentunya memudahkan anak untuk memahami hikmah yang terkandung di dalamnya.
Selengkapnya Ajarkan Anak Bijak Bertindak
Koran Merapi (25 November 2021)
Yosi Wulandari
Sontak bunyi gelegar pun memenuhi istana. Gedung istana tempat menyimpan batu pun hancur luluh lantak oleh ledakan petir. Melihat kejadian tersebut masyarakat pun kaget dan terheran-heran dengan kejadian yang begitu cepat dan diluar dugaan. Setelah diketahui ada wanita penyusup yang datang dan menyiram batu tersebut Kanjeng Sultan pun memberikan penjelasan kepada seluruh masyarakat.
Selengkapnya Kiai Ageng Sela Sang Penurun Raja-Raja Mataram-Petir Lelaki dan Petir Wanita Bersatu Lagi
Koran Merapi (23 November 2021)
Yosi Wulandari
Kiai Ageng menanamkan pengaruh kepada masyarakat lewat syair yang ditulis sebagai Pepali. Pepali inilah yang menjadi warisan kepada keturunan yang memuat isi atau ajaran tentang kesusilaan, kebatinan dan keagamaan. Filsafat hidup yang diajarkan Kiai Ageng Sela merupakan perpaduan dari unsur-unsur keagamaan Islam dan Hindu. Pengaruh yang disebarkan sang filsuf ini mampu menjadikan desa yang ia tempati dinamai desa Sela.
Selengkapnya Kiai Ageng Sela Sang Penurun Raja-Raja Mataram-Memiliki Murid Kesayangan Bernama Mas Karebet
Koran Merapi (22 November 2021)
Yosi Wulandari
Jaka Tingkir dengarlah pesan ini, segala hal terkait keturunan saya akan berhubungan dengan wahyu yang ada dalam dirimu. Mendengarkan pesan gurunya, Jaka Tingkir pun mengangguk paham dan mengerti apa yang menjadi kekecewaan dalam diri gurunya tersebut. Jaka Tingkir pun tetap berusaha menjadi murid yang terbaik.
Selengkapnya Kiai Ageng Sela Sang Penurun Raja-Raja Mataram-Ditolak Jadi Prajurit Demak karena Dianggap Takut Darah
Koran Merapi (24 November 2021)
Yosi Wulandari
Kemudian, dengan sigap Kiai Ageng Sela mengikat Petir tersebut di pohon Gandrik. Penduduk desa pun tenang perasaannya, mereka sudah tidak takut lagi disambar petir jika ke sawah. Penduduk desa yang ketakutan tadi pun menyambut Ki Ageng Selo penuh rasa haru dan menyalami tangannya dengan mencium tangannya sembari mengucapkan terima kasih.
Selengkapnya Kiai Ageng Sela Sang Penurun Raja-Raja Mataram-Berhasil Menangkap Petir, Kanjeng Sunan Kudus Makin Kagum
Koran Merapi (20 November 2021)
Yosi Wulandari
Alkisah, Prabu Brawijaya terakhir beristri putri Wandan kuning dan mempunyai anak laki-laki bernama Bondan Kejawan/Kiai Ageng Lembu Peteng, tetapi tidak diakuinya karena ramalan ahli nujum anak ini akan membunuh ayahnya sehingga dititipkanlah kepada juru sabin raja, yaitu Kiai Buyut Masharar. Setelah dewasa Bondan Kejawan ini diberikan kepada Kiai Ageng Tarub untuk berguru agama Islam dan Ilmu Kesaktian.
Selengkapnya Kiai Ageng Sela Sang Penurun Raja-Raja Mataram-Tumbuh Jadi Pemuda yang Baik dan Gemar Bekerja
Koran Merapi (29 November 2021)
Yosi Wulandari
Perintis lainnya yang dianggap berjasa besar terhadap terbentuknya Kesultanan Mataram seperti: Bondan Kejawan, Kiai Ageng Wonosobo, Nyai Ageng Ngerang dan Kiai Ageng Ngerang, Kiai Ageng Made Pandan, Kiai Ageng Saba, Kiai Ageng Pakringan, Kiai Ageng Sela, Kiai Ageng Enis dan tokoh lainnya dari keturunan masing-masing.
Selengkapnya Kiai Ageng Sela Sang Penurun Raja-Raja Mataram-Tiga Serangkai yang Berjasa Terbentuknya Kesultanan Mataram
Koran Merapi (26 November 2021)
Yosi Wulandari
Syahdan, suatu ketika ada dua orang pemuda yang bertamu ke rumah Kiai Ageng Sela. Mereka hendak belajar ilmu agama pada Kiai Ageng Sela. Menghargai tamu dan menyambut niat baik mereka, Kiai pun menghidangkan nasi dan makanan kepada mereka. Namun pemuda tersebut menolak hidangan Kiai Ageng dengan alasan masih kenyang. Selanjutnya Kiai Ageng pun dengan senang hati memberikan ilmu agama dan mengajarkan kepada pemuda tersebut.
Selengkapnya Kiai Ageng Sela Sang Penurun Raja-Raja Mataram-Tak Ada yang Berani Berjualan Nasi di Sekitar Makamnya
Koran Merapi (27 November 2021)
Yosi Wulandari
Dahulunya, pengambilan api di makam Kiai Ageng Sela dilakukan dengan memakai arak-arakan, agar setiap pangeran juga dapat mengambil api itu dan dinyalakan di tempat pemujaan di rumah masing-masing. Api yang diambil di makam Kiai Ageng Sela itu mencerminkan iasas kekuasaan bersinari. Bahkan sinar itu juga melambang kekuasaan raja-raja di dunia yang bersinar. Bayi Ken Arok bersinar, pusat Ken Dedes bersinar, perpindahan kekuasaan dari Majapahit ke Demak diwujudkan karena adanya perpindahan sinar, adanya wahyu kraton juga diwujudkan dalam bentuk sinar cemerlang.
Selengkapnya Kiai Ageng Sela Sang Penurun Raja-Raja Mataram-Pintu Masuk Masjid Agung Demak Disebut Lawan Bledheg