kompas.id (13 Januari 2020)
Taufik Hidayat
Setiap kali membicarakan pusat keuangan dan ekonomi syariah, pandangan dan perhatian orang umumnya akan tertuju ke Malaysia dan negara-negara Timur Tengah. Kondisi ini tak dapat disalahkan mengingat selama ini beberapa indikator yang diukur dan dikeluarkan berbagai lembaga pemeringkat internasional menunjukkan kondisi demikian.
Selengkapnya https://www.kompas.id/baca/opini/2020/01/13/global-hub-ekonomi-syariah
Republika (17 Desember 2020)
Qaem Aulassyahied
Tahun 2020 barangkali menjadi salah satu tahun bersejarah yang akan diingat oleh masyarakat Indonesia. Hingga pengujung tahun ini, berbagai rentetan peristiwa silih berganti menimpa. Kejadian-kejadian yang sejatinya memperlihatkan wajah dari dinamika persoalan yang harus dihadapi umat. Mulai dari pandemi Covid-19 yang tak kunjung reda. Dilanjutkan dengan adanya menteri yang tertangkap tangan oleh KPK melakukan tindak korupsi. Sampai pada kasus tewasnya enam anggota Front Pembela Islam (FPI) beberapa waktu lalu, yang menurut versi FPI ditembak polisi, sedangkan menurut kepolisian keenamnya meninggal setelah sebelumnya terjadi baku tembak.
Selengkapnya fenomena pembunuhan dan karamah al-insaniyyah
Koran Merapi (24 Desember 2020)
Iis Suwartini, M.Pd.
Sebelum kepergiannya Onggoloco memberi wasiat kepada penduduk setempat.
“Jagalah Hutan Wonosadi seperti ia menjaga keberlangsungan hidup kalian. Barangsiapa merusaknya maka akan datang pada masanya bencana yang besar.”
“Kami akan berusaha semampu kami untuk menjaga dan melestarikan Hutan Wonosidi.”
Selengkapnya barang siapa merusak hutan akan ada bencana besar
Koran Merapi (23 Desember 2020)
Iis Suwartini, M.Pd.
Dalam pertapaannya di Kembung Lampir akhirnya ia mendapat petunjuk dari Sunan Kalijaga bahwa wahyu karaton berada di Dusun Giring, Desa Sodo, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul. Wahyu keraton (dalam cerita tutur sering disebut wahyu Gagak Emprit) yang bersemayam di dalam sebuah kelapa.
Selengkapnya membuka perguruan keprajuritan bernama lembah
Koran Merapi (21 Desember 2020)
Iis Suwartini, M.Pd.
Sesampainya di sungai para prajurit pun mematuhi titah Onggoloco mereka sangat berhati-hati untuk tidak merusak hutan dan isinya. Jika ikan yang ditangkap berukuran kecil mereka pun mengembalikan ke sungai. Selesai menyantap ikan mereka bersiap-siap melanjutkan perjalanan.
Selengkapnya masuk di hutan larangan hanya berputar putar
Koran Merapi (22 Desember 2020)
Iis Suwartini, M.Pd.
Beberapa jin terluka parah. Mereka terus melakukan penyerangan. Gadingmas meyakinkan prajurit bahwa pertarungan ini hanya fatamorgana. Bangsa jin tidak bisa melukai manusia di alam nyata. Derajat manusia lebih tinggi, memiliki akal budi pekerti. Kalian hanya perlu menanamkan keyakinan. Apa yang kalian lihat semua hanya ilusi, tapi jika kalian lengah kalian akan tersesat ke alamnya.
“Panglima jumlah mereka sangat banyak.”
“Tidak perlu cemas yakinlah kita bisa mengalahkannya.”
Selengkapnya ditanam pohon mangga emprit untuk tolak bala
Koran Merapi (19 Desember 2020)
Iis Suwartini, M.Pd.
Onggoloco meyakinkan ibunya bahwa semua akan baik-baik saja. Mereka pun sepakat beristirahat dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Para prajurit yang sudah kelelahan pun beristirahat beralaskan tanah. Onggoloco dan Gadingmas masih terjaga mengawasi keadaan sekitar. Bulan purnama nampak bulat sempurna dengan semburat merah menyala.
Selengkapnya ada puluhan pasang mata bercahaya yang mengawasi
Koran Merapi (18 Desember 2020)
Iis Suwartini, M.Pd.
Masuknya Islam di Kerajaan Mataram dipenuhi dengan konflik dengan agama Hinduyang disebarkan dari Kerajaan Majapahit. Banyak cerita pelarian Majapahit di Gunungkidul. Selain di Pantai Ngobaran, pelarian dari Keraton Mangkunegaran yang juga keturunan Majapahit diyakini melakukan moksa atau menghilang dari muka bumi di salah satu hutan Dusun Duren, Desa Beji, Kecamatan Ngawen. Sebuah cerita yang sampai sekarang dilanjutkan dengan budaya Nyadran ini berawal dari cerita Eyang Onggoloco bersama Nyi Gading Mas yang melarikan diri sampai sebuah tempat sehingga harus berhenti.
Selengkapnya diamanahi melakukan perjalanan mengikuti petunjuk gaib
Koran Merapi (4 Desember 2020)
Iis Suwartini, M.Pd.
Pagi ini kecelakaan bus lagi-lagi terjadi. Entah sudah berapa banyak menelan korban. MInggu lalu truk terguling, bulan lalu mini bus entah siapa lagi yang akan menjai korban. Samingun yang hendak pergi bekerja langsung berhenti. Ia bersama warga turut mengamati lokasi kejadian. Anehnya bus tersebut terguling di tengah sawah padahal jalan aspal sangat luas tanpa lobang sedikit pun. Jalannya hanya lurus tanpa tikungan. Rasanya aneh jika melihat kondisi jalan yang begitu baik. Samingun semakin yakin bahwa kecelakaan tersebut ada hubungannya dengan kejadian yang dialaminya semalam.
Selengkapnya jalan lain ke alam gaib
Koran Merapi (12 November 2020)
Iis Suwartini, M.Pd.
Sebelum iring-iringan kebo giro terdengar, Nur harus melaksanakan ritual terlebih dahulu. Sebetulnya ia tidak percaya dengan segala mitos yang berlaku di daerahnya. Setiap perempuan yang akan melepas masa lajangnya mau tidak mau harus menjalankan ritual sebagaimana mestinya. Bagaimana bisa, seorang sarjana hukum mempercayainya. Belik mata air yang tidak pernah kering sejatinya digunakan untuk kebutuhan masyarakat tidak perlu dikeramatkan. Nur berharap jikalau harus menggunakan adat tradisi yang sewajarnya saja. Mandi kembang tujuh rupa dengan tujuh sumber mata air sepertinya sudah cukup tidak perlulah pergi ke belik. Ia kerap bersihtegang dengan orang tuanya perihal ritual tersebut.
Selengkapnya ritual pengantin di belik keramat