Mahasiswa PBSI Belajar kepada Sastrawan Malaysia
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) berkesempatan menghadirkan sastrawan dari Malaysia untuk mengisi kuliah umum. Usia semester yang terbilang cukup muda membarakan semangat peserta dalam merespons kegiatan ini. Ruang Aula Islamic Center lantai I Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kebanjiran peserta. Bahkan, kursi yang sudah disediakan panitia tak mencukupi peserta yang datang. Tak menyurutkan semangat dalam berburu ilmu kesusastraan, akhirnya mereka ada yang lesehan di ujung belakang ruangan.
Muhammad Ghazali Husein sangat senang karena sambutan yang diberikan oleh mahasiswa sangat bagus. Ia didampingi tujuh sastrawan dari Malaysia saat bertamu ke Indonesia. Mereka telah menghasilkan buku dan karya. Salah satu pembicara ini memberi kuliah umum tentang sastra dari negeri Jiran. Menurutnya, peserta sangat meminati perkembangan sastra dan bahasa Melayu.
Sastrawan dari negeri Jiran ini berbagi inspirasi menulis yang didapatkan dari pengalaman hidup, pengalaman kerja, pergaulan antara teman-teman rekan kerja, dan para sastrawan yang memunculkan inspirasi untuk menghasilkan karya. Tentu hal ini akan menjadi motivasi tersendiri bagi mahasiswa untuk semangat menulis. Apalagi sastrawan lain negara itu telah membuktikan dengan beberapa karyanya sebagai wujud perjalanan kepenulisan.
Bagi Muhammad, pembelajaran sastra harus didekatkan. Harapannya, mereka bisa melakukan kolaborasi dengan Indonesia dan mengembangkan karya sastra antara kedua negara. Ia berpandangan, sastra Indonesia mempunyai pendukung yang begitu ramai dan perkembangannya bagus. Alasan inilah yang mendorongnya datang ke Indonesia untuk mendapatkan pengalaman yang lebih mengenai karya sastra dan berjumpa dengan sastrawan Indonesia.
Pada dasarnya, tidak ada batasan mempelajari karya sastra. Membaca karya sastra dari berbagai negara merupakan rutinitas dunia kesusastraan di Malaysia. Sebagai bahan menghasilkan karya supaya lebih bagus, mereka juga bergaul dengan sesama sastrawan. Selama ini, cerpen dan puisi dijadikan sebagai bengkel untuk siswa dan mahasiswa. Mereka melakukan pengembangan untuk mendekatkan mahasiswa dengan sastra karena nantinya mereka yang akan mengganti posisi sastrawan masa kini. Kalau tidak dibagi peluang untuk mengembangkan minat dan bakat, maka mereka akan merugikan dunia sastra.
Bagi sastrawan yang sudah kenal baik dengan Dr. Rina Ratih Sri Sudaryani, M.Hum. ini, mempunyai hambatan dalam berkarya merupakan hal yang biasa. Bahkan bisa mendorong supaya berusaha lebih keras. Segala halangan, masalah yang dihadapi bila dapat diselesaikan maka melahirkan ilham untuk menghasilkan karya.
“Kami mengembara ke sini untuk memberi inspirasi kepada mahasiswa supaya sanggup menghadapi tantangan. Selain itu juga untuk berkongsi pengalaman dan mendorong mereka untuk berkarya. Melalui hambatan dan masalah, mahasiswa tak perlu cemas, jadikan motivasi untuk berkarya,” tutupnya pada 1-10-19. (Dew)