• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Menjadi Cerdas dengan Puisi, Kenapa Tidak?

19/06/2012/0 Comments/in Terkini /by Super News

foto_evi_idawatiBanyak cara bagi manusia untuk mengungkapkan rekaman yang telah dilakukan terhadap fakta-fakta kehidupan. Salah satunya adalah dengan menuliskannya kambali. Hasil tulisan yang dihasilkan ada yang disebut dengan puisi. Puisi adalah tubuh dalam kata. Tubuh yang hidup dan terus bertumbuh bersama isinya: yaitu penafsiran yang ada dalam diri kita. Puisi sering dianggap sebagai cara yang tepat untuk mengungkapkan pikiran, emosi juga harapan-harapan dan mimpi dari seseorang ketika dia berhadapan dengan realitas di sekitarnya.

Suminto A Sayuti, salah satu penyair sekaligus Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni UNY dalam bukunya yang berjudul Berkenalan dengan Puisi menyatakan bahwa puisi adalah pilihan kata-kata terbaik dalam suasana terbaik, merupakan penggunaan bahasa yang sempurna. Setiap orang bisa saja menulis, bahkan tidak sedikit orang yang telah menulis puisi. Pertanyaannya adalah apakah mereka sudah dapat menulis puisi dengan baik, benar dan indah? Hal ini seperti yang dilontarkan oleh Evi Idawati, seorang penyair wanita dan juga aktris Yogyakarta ketika dia didaulat menjadi pemateri dalam Pelatihan Menulis dan Membaca Puisi yang diselenggarakan oleh Divisi Pelatihan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama UAD, Minggu, 17 Juni 2012 bertempat di Kampus II UAD.

“Puisi memang harus baik, benar, indah. Ketiganya tidak bisa berdiri sendiri-sendiri tetapi menjadi satu kesatuan yang utuh. Baik jika tidak benar akan menjadi tidak indah. Begitupun benar tetapi tidak indah menjadi tidak baik. Pada titik ini, menegaskan kita, bahwa puisi bukan hanya membuang gelisah, tetapi sebuah proses kreativitas yang memerlukan kecerdasan dan pengetahuan.” Ujar Evi penuh semangat.

Evi juga memaparkan bahwaa selain mencipta tentu ada sisi lain dari puisi yaitu membaca puisi. Membaca puisi bukan hanya dimaknai membaca di atas panggung saja namun juga membaca dalam arti yang luas berupa keseluruhan makna (tekas dan konteks) dari sebuah puisi. Sebagaimana dalam proses menulis puisi, dalam pembacaan puisi pun ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu baik, benar dan indah. Baik apabila pembaca mampu mengolah kemampuan keaktorannya. Benar jika pembaca berhasil menerjemahkan teks tanpa adanya penyimpangan nilai-nilai yang terkandung dari puisi. Indah jika pembaca mampu menyampaikan pesan dalam puisi kepada penonton atau pendengarnya. Oleh karena itu, proses menulis dan membaca puisi bukan hal yang stagnan namun hal yang harus terus diolah dan dilatih karena keduanya merupakan proses mempelajari, mengetahui, dan memahami.

Untuk memahami ketiga proses di atas, Dra. Rina Ratih S.S., M.Hum., selaku ketua panitia kegiatan mengatakan “Kami dari Divisi Pelatihan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan umat khususnya di bidang seni, budaya, dan olahraga. Semoga acara ini dapat bermanfaat sehingga akan muncul kader-kader yang nantinya dapat diandalkan.” ungkapnya saat pelatihan berlangsung. (FM)

foto_evi_idawatiBanyak cara bagi manusia untuk mengungkapkan rekaman yang telah dilakukan terhadap fakta-fakta kehidupan. Salah satunya adalah dengan menuliskannya kambali. Hasil tulisan yang dihasilkan ada yang disebut dengan puisi. Puisi adalah tubuh dalam kata. Tubuh yang hidup dan terus bertumbuh bersama isinya: yaitu penafsiran yang ada dalam diri kita. Puisi sering dianggap sebagai cara yang tepat untuk mengungkapkan pikiran, emosi juga harapan-harapan dan mimpi dari seseorang ketika dia berhadapan dengan realitas di sekitarnya.

Suminto A Sayuti, salah satu penyair sekaligus Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni UNY dalam bukunya yang berjudul Berkenalan dengan Puisi menyatakan bahwa puisi adalah pilihan kata-kata terbaik dalam suasana terbaik, merupakan penggunaan bahasa yang sempurna. Setiap orang bisa saja menulis, bahkan tidak sedikit orang yang telah menulis puisi. Pertanyaannya adalah apakah mereka sudah dapat menulis puisi dengan baik, benar dan indah? Hal ini seperti yang dilontarkan oleh Evi Idawati, seorang penyair wanita dan juga aktris Yogyakarta ketika dia didaulat menjadi pemateri dalam Pelatihan Menulis dan Membaca Puisi yang diselenggarakan oleh Divisi Pelatihan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama UAD, Minggu, 17 Juni 2012 bertempat di Kampus II UAD.

“Puisi memang harus baik, benar, indah. Ketiganya tidak bisa berdiri sendiri-sendiri tetapi menjadi satu kesatuan yang utuh. Baik jika tidak benar akan menjadi tidak indah. Begitupun benar tetapi tidak indah menjadi tidak baik. Pada titik ini, menegaskan kita, bahwa puisi bukan hanya membuang gelisah, tetapi sebuah proses kreativitas yang memerlukan kecerdasan dan pengetahuan.” Ujar Evi penuh semangat.

Evi juga memaparkan bahwaa selain mencipta tentu ada sisi lain dari puisi yaitu membaca puisi. Membaca puisi bukan hanya dimaknai membaca di atas panggung saja namun juga membaca dalam arti yang luas berupa keseluruhan makna (tekas dan konteks) dari sebuah puisi. Sebagaimana dalam proses menulis puisi, dalam pembacaan puisi pun ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu baik, benar dan indah. Baik apabila pembaca mampu mengolah kemampuan keaktorannya. Benar jika pembaca berhasil menerjemahkan teks tanpa adanya penyimpangan nilai-nilai yang terkandung dari puisi. Indah jika pembaca mampu menyampaikan pesan dalam puisi kepada penonton atau pendengarnya. Oleh karena itu, proses menulis dan membaca puisi bukan hal yang stagnan namun hal yang harus terus diolah dan dilatih karena keduanya merupakan proses mempelajari, mengetahui, dan memahami.

Untuk memahami ketiga proses di atas, Dra. Rina Ratih S.S., M.Hum., selaku ketua panitia kegiatan mengatakan “Kami dari Divisi Pelatihan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan umat khususnya di bidang seni, budaya, dan olahraga. Semoga acara ini dapat bermanfaat sehingga akan muncul kader-kader yang nantinya dapat diandalkan.” ungkapnya saat pelatihan berlangsung. (FM)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Super News https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Super News2012-06-19 18:30:242012-06-19 18:30:24Menjadi Cerdas dengan Puisi, Kenapa Tidak?
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

You must be logged in to post a comment.

TERKINI

  • Kolaborasi KKN UAD dan Warga Ngestiharjo: Seminggu Penuh Kreasi, Edukasi, dan Kebersamaan30/06/2025
  • Mengungkap Kriminalitas Lewat Sains: Kuliah Umum Forensik Molekuler bersama Puslabfor POLRI30/06/2025
  • Sinergi Mahasiswa KKN UAD Alternatif ke-97 dan KWT Krapyak Kulon Tanam Tanaman Herbal30/06/2025
  • Mahasiswa KKN UAD dan Warga Kalipucang Berkolaborasi Kelola Sampah Organik30/06/2025
  • Sivitas Akademika UAD Dukung Peluncuran Kalender Hijriah Global Tunggal30/06/2025

PRESTASI

  • Tapak Suci UAD Raih Juara Umum II di Kejuaraan Nasional Bhayu Manunggal Championship 202530/06/2025
  • Mahasiswa UAD Torehkan Prestasi di Kejuaraan Nasional UPI Karate Cup V 202526/06/2025
  • Mahasiswa FK UAD Raih Juara 3 Lomba Artikel Ilmiah Nasional25/06/2025
  • Mahasiswa UAD Juara 2 Lomba Fotografi dengan Karya Bertema Edukasi Islami24/06/2025
  • Ahmad Syaiful Hadi Raih Juara 1 Baca Puisi di Festival Kenduri Sastra #420/06/2025

FEATURE

  • Menyemai Sila Pertama, Menuai Takwa30/06/2025
  • Krisis Identitas di Kalangan Mahasiswa, Kamu Salah Satunya?30/06/2025
  • Penyampaian materi tentang Digital Public Health oleh Kepala BKPK Kemenkes RI dalam kuliah pakar Prodi Magister Kesmas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Isah)Digital Public Health Competencies30/06/2025
  • Mendidik Anak Tak Semudah Memindahkan Air28/06/2025
  • Apakah AI Dapat Dimintai Pertanggungjawaban jika Menyebarkan Disinformasi dan Deepfake?28/06/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top