Peluang Menjelajah Dunia dengan Mengajar Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berada di peringkat 26 dari 250 bahasa asing saat ini. Diperkirakan angka peminat belajar bahasa Indonesia akan meningkat tiap tahunnya. Bahkan, sekarang sudah tercatat ada 168 lembaga pendidikan formal maupun nonformal yang ada di 75 negara, telah mewajibkan bahasa Indonesia sebagai pembelajaran.
Ada juga negara yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Aturan ini ditetapkan pada tahun 2007. Di Australia, bahasa Indonesia sudah banyak dipelajari. Sementara di Jepang, sudah ada 26 perguruan tinggi dengan 12.500 peserta mengikuti tes kemampuan bahasa Indonesia.
“Pengajar bahasa Indonesia sangat dibutuhkan di dunia sekarang, apalagi pengajarnya langsung dari Indonesia, mereka pasti lebih percaya,” tutur Agus Suharjono selaku pembicara dalam acara Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA), yang diselenggarakan pada Sabtu (20/01/2018), pukul 09.00-15.00 WIB. Acara menarik ini berlangsung di auditorium Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jln. Ringroad Selatan, Tamanan, Banguntapan, Bantul.
Banyak Dubes Luar Negeri yang belajar bahasa Indonesi di BIPA, seperti Dubes Australia, Eropa, Swedia, Norwegia, Inggris, dan Menteri Perkonomian Selandia Baru. Dubes tersebut belajar bahasa Indonesia dengan tujuan untuk membantu lebih menyukseskan pekerjaannya saat berkomunikasi dengan orang Indonesia.
Jika menjadi pengajar di BIPA, bisa juga bertemu dan akrab dengan Kemeterian Luar Negri, Sultan, serta Dubes.
“Peserta yang hadir di sini, bisa berpeluang untuk menjadi pengajar di BIPA, dan kebetulan di UAD ini, belum ada yang bergabung dengan kami. Kalian bukan hanya menjadi guru, tetapi juga bisa keliling dunia dengan mengajar bahasa Indonesia. Setiap tahun, BIPA mengirim 80-220 pengajar ke kancah internasional, dan bekerja sama dengan PPSDK,” imbuh Agus.
BIPA sendiri sudah dipentingkan oleh Badan Bahasa, BPKLN, Kemenristekdikti, APPBIPA, Lembaga Penyelenggaraan BIPA, dan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (ASE)