Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Era Covid-19
Lembaga Ocean Conservancy memaparkan data, sejak pandemi Covid-19 dimulai, setiap bulan manusia menghasilkan 129 miliar sampah masker dan 65 miliar sarung tangan sekali pakai. Sebagian besar sampah itu tidak dibuang dengan benar dan berakhir di laut. Permasalahan sampah menjadi hal yang penting untuk dibicarakan, karena banyak orang yang belum memikirkan masalah lingkungan. Fokus mereka teralihkan tentang kesehatan dan ekonomi.
“Di era pandemi, ada tambahan jenis sampah medis seperti masker, sarung tangan, dan alat pelindung diri (APD). Jika dulu sampah semacam itu dihasilkan oleh rumah sakit, maka sekarang dari rumah tangga juga ikut menyumbang. Sampah yang menumpuk berpotensi jadi media penyebar virus sehingga sampah medis yang bercampur dengan sampah rumah tangga lainnya menjadi sangat berbahaya,” ungkap Dr. Surahma Asti Mulasari, S.Si., M.Kes. selaku dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan (UAD).
Menurut riset yang dilakukan Surahma dan tim, terjadi peningkatan 20% sampah masker dari rumah tangga. UAD telah melakukan riset soal pengelolaan sampah terhadap mahasiswa yang mudik. Hasilnya, lebih dari 85% mahasiswa tidak tahu cara mengelola sampah medis sehingga masih mencampur dengan sampah lainnya. Artinya, masyarakat perlu edukasi tentang pengelolaan sampah yang benar. Dilipat, digunting, dipisahkan dengan sampah lainnya, serta dimasukkan ke kantong plastik lalu ditutup, merupakan cara yang tepat untuk mengelola sampah medis.
“UAD melalui Satuan Tugas Covid-19 sudah melakukan imbauan dan penerapan protokol kesehatan, serta menyediakan tempat khusus sampah medis di lingkungan kampus. Saat ini bisa digunakan berbagai macam cara untuk mengedukasi masyarakat soal pengelolaan sampah medis, misalnya lewat webinar dan media sosial. UAD juga mengadakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Ekuivalen 2020 yang berisi penjelasan kepada masyarakat soal ketahanan keluarga, pencegahan virus, serta pengelolaan sampah medis sebagai upaya menciptakan hidup yang lebih sehat,” paparnya dalam bincang Langkah Pakar di YouTube Universitas Ahmad Dahlan. (JM)