Dwi Nugroho Adhiasto S.Si,. M.A. pemateri pada acara Webinar Pemanfaatan Teknologi Untuk Pelestarian Lingkungan Pend. Biologi UAD (Foto: Farida)
“Isu konservasi menjadi isu yang penting, karena Indonesia merupakan satu dari tujuh belas negara biodiversity di dunia. Namun sebagai negara biodiversity, Indonesia juga terancam oleh kelestarian rancamnya, seperti kepunahan satwa, kerusakan habitat. Sehingga hal ini menjadi tanggung jawab dan tantangan kita semua untuk bisa menjadi generasi penerus menanggulangi atau menahan kerusakan yang ada di muka bumi,” ucap Dwi.
Pemilik nama lengkap Dwi Nugroho Adhiasto, S.Si., M.A. selaku Ketua Yayasan Scents itu menjadi narasumber dalam acara webinar yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), bertajuk “Pemanfaatan Teknologi untuk Pelestarian Lingkungan”.
Kegiatan berlangsung pada Minggu, 13 Maret 2022, secara daring melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube HMPS Pendidikan Biologi UAD. Tak hanya Dwi yang menjadi narasumber, Ramadhani Jaka Saputra selaku Kader Hijau Muhammadiyah turut serta membersamai acara tersebut.
Dwi menyampaikan, teknologi merupakan bagian dari mesin dan peralatan yang dikembangkan dari penerapan ilmu ilmiah. Teknologi saat ini sudah mulai berkembang, hingga dapat membantu para konservasi menyelamatkan kehidupan liar seperti camera traps, tracking tags, satellite remote sensing, acoustic sensors, drones, data management tools, machine learning and AI, computer facial recognition, biologger tags, network sensors, dan environment DNA (Edna). Saat ini ada tiga teknologi inovasi yang paling sering dibicarakan dan sangat berpotensi untuk dipakai, dan memberikan kontribusi yang positif untuk penyelamatan kehidupan liar dan habitatnya, yaitu AI (specifically machine learning and computer vision), environment DNA and genomics, dan network sensors.
Sementara itu, Rama selaku pemateri kedua menambahkan, memasuki Era Society 5.0, teknologi sudah bukan menjadi alat tetapi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Potensi zaman dengan kemajuan teknologi menjadikan semua informasi dapat diterima dengan mudah. Sekarang, informasi sangat terbuka luas hingga siapa saja bisa mengakses, tidak harus menjadi profesor lingkungan untuk berbicara tentang lingkungan. Usaha-usaha pelestarian lingkungan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengedukasi kepada masyarakat, memberikan perlindungan dan pemeliharaan ekosistem, monitoring lingkungan, serta advokasi penegakkan hukum lingkungan. Konservasi di era digital hanya membutuhkan smartphone, internet, dan diri sendiri dengan melakukan kampanye digital.
“Untuk membangun masyarakat yang sadar ekologi atau memberantas tuna ekologi, yaitu kesadaran magis dengan berpikir yang masih alami, kemudian tingkat berikutnya adalah kesadaran naif yang hanya bersifat subjektif. Selanjutnya, kesadaran kritis dengan membangun kesadaran bersama untuk menjaga lingkungan,” papar Rama.
Di akhir penyampaian, ia berharap agar siapa pun dapat bersama-sama melakukan konservasi, semua orang harus terintegrasi untuk melakukan konservasi, sehingga mampu menumbuhkan atau membangun masyarakat yang melek ekologi. (frd)