Tantangan Bank Syariah
Times Indonesia (20 Mei 2024)
Hilma Fanniar Rohman
Mengoptimalkan Potensi Ekonomi Islam di Indonesia Wakil Presiden Ma’ruf Amin baru-baru ini mengemukakan pandangan yang unik dan menarik tentang pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia. Dalam sambutannya pada acara perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) di Gedung Kantor Pusat BSI, Jakarta Selatan, Ma’ruf Amin dengan bercanda menyebut bahwa pertumbuhan Bank Syariah terhambat karena banyak “setan” yang mengganggu. Ia menjelaskan bahwa setan-setan tersebut membuat nasabah ragu untuk beralih dari Bank Konvensional ke Bank Syariah, sehingga pangsa pasar Bank Syariah masih stagnan di angka 10%.
Meski pernyataan tersebut disampaikan dengan nada bercanda, ada pesan serius di baliknya. Wapres Ma’ruf Amin menyoroti masalah mendasar yang dihadapi oleh industri perbankan syariah di Indonesia, yaitu kurangnya kepercayaan dan pemahaman dari masyarakat. Padahal, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi syariah, termasuk perbankan syariah.
Tantangan Perbankan Syariah
Salah satu tantangan utama yang dihadapi perbankan syariah adalah persepsi bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional. Banyak masyarakat yang masih meragukan keunggulan Bank Syariah, baik dari segi keuntungan finansial maupun dari segi kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Hal ini diperparah oleh kurangnya edukasi dan sosialisasi tentang manfaat dan mekanisme operasional bank syariah.
Selain itu, infrastruktur dan teknologi yang mendukung perbankan syariah juga masih perlu ditingkatkan. Meskipun aset keuangan syariah nasional terus meningkat, penetrasi pasar masih rendah dibandingkan dengan Bank Konvensional. Ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pelaku industri perbankan syariah untuk menarik minat dan kepercayaan masyarakat.
Potensi yang Belum Tergarap
Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor perbankan syariah. Dengan 87% penduduknya beragama Islam, seharusnya pasar perbankan syariah dapat tumbuh lebih pesat. Namun, potensi ini belum tergarap secara optimal. Salah satu langkah penting yang dapat diambil adalah meningkatkan edukasi dan literasi keuangan syariah kepada masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan masyarakat akan lebih percaya dan tertarik untuk menggunakan layanan perbankan syariah.
Selain itu, inovasi dalam produk dan layanan juga perlu ditingkatkan. Perbankan syariah harus mampu menawarkan produk yang kompetitif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern. Penggunaan teknologi digital juga harus dimaksimalkan untuk meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan bagi nasabah.
Langkah ke Depan
Untuk mengatasi “setan-setan” yang menghambat pertumbuhan perbankan syariah, semua pihak harus bekerja sama. Pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat harus bersinergi dalam mengembangkan sektor ini. Pemerintah dapat mendukung dengan kebijakan yang proaktif dan memberikan insentif bagi pertumbuhan perbankan syariah.
Pelaku industri perlu terus berinovasi dan meningkatkan kualitas layanan mereka. Sementara itu, masyarakat juga harus lebih terbuka dan aktif mencari informasi tentang keunggulan perbankan syariah.
Dalam jangka panjang, dengan upaya yang terkoordinasi dan konsisten, perbankan syariah di Indonesia dapat tumbuh lebih pesat dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional. Dengan mengusir “setan-setan” keraguan dan ketidakpercayaan, kita dapat mengoptimalkan potensi besar yang dimiliki oleh ekonomi syariah di Indonesia.