Keluargaku, Sekolah Pertamaku
Avanti Vera Risti P
Dosen PG PAUD UAD
Keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dengan anak. Sebelum memasuki usia sekolah anak baru mengenal keluargan ayah, ibu, adek, kakak, atau kakek nenenkny. Merekalah yang menjadi guru pertama bagi anak dan rumah sekolah pertamanya. Hal tersebut berlangsung sampai sekitar usia 3 tahun, dikarenakan rata-rata usia anak masuk sekolah lebih kurang 3-4 tahun, sehingga selama usia anak belum masuk sekolah keluargalah sumber utama belajarnya. Anak akan belajar berbagai macam hal yang dia lakukan bersama dengan keluarganya, baik berperilaku, berbicara, maupaun pola berfikir. Semua anak pelajari tanpa paksaan namun secara natural.
Pengalaman belajar anak pertama kali berasal dari interaksi dengan keluarganya, karena anak belajar dari apa yang mereka alami. Anak mengalami pengalaman pertamanya bukan dari sekolah, guru, teman atau bukunya tetapi dari keluarganya. Ada kalimat yang menyatakan “children see children do”. Kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa apa yang anak lihat itu yang akan dilakukannya. Bila dalam keluarga tumbuh rasa menyanyangi, menghargai, kejujuran, atau rasa aman maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, penuh kasih sayang, adil, optimis dan sabar. Sebaliknya bila anak sering mendengar ejekan, kritikan, mendapat kekerasan, dan suka dipermalukan maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang suka melawan, belajar berkelahi, merasa malu dan perasaan bersalah. Kesemua itu diperoleh dari keluarga, sebagai komunitas yang paling dekat dengan anak.
Secara tidak sadar orang tua mengajarkan kepada anaknya, bagaimana dalam bersikap, berbicara, dan menanggapi persoalan. Hal tersebut karena keluargalah individu-individu yang pertama mereka kenali. Misalnya, anak belajar berbicara pertama kali dengan meniru bahasa ibunya, belajar perilaku dengan mellihat orang tuanya. Dia mengamati, meniru dan memodifikasi apa yang dia alami dan akan dikreasikan dalam perilaku sehari-hari. Terkadang anak membantah atau mengabaikan perkataan orang tuanya, tapi anak tidak akan berbuat seperti itu karena anak tidak pernah tidak meniru sikap seperti itu dikeluarganya.
Sikap, perbuatan, gaya hidup, pola kerja, status ekonomi, dan pengalaman orang tua mempengaruhi cara mengasuh atau mendidik anak dalam keluarga. Dengan berkembangnya teknologi, membuat anak semakin dijauhkan dari interaksi secara langsung dengan anggota keluarga. Ketika anggota keluarga berkumpul, mereka asyik dengan kegiatan masing-masing. Anak sibuk dengan mainan Play Station, orang tua sibuk dengan mobile celulernya ataupun gadget yang lain sehingga muncul kalimat bahwa, gadget “mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”. Waktu yang berkualitas antara anak dengan keluarga semakin berkurang, mengobrol atau bercerita sudah tidak menjadi rutinitas yang ditunggu tetapi menjadi peristiwa yang langka. Ditambah dengan kesibukan orang tua dengan pekerjaan menjadikan anak sebagai korban. Waktu anak lebih banyak dihabiskan dengan pengasuh, padahal tugas pengasuh hanya membantu bukan menggantikan orang tua.
Lingkungan keluarga sebagai pembentuk karakter anak sejak dini. Dengan perlakuan tertentu anak akan menjadi apa yang diinginkan oleh orang tuanya. Karakter anak dibentuk berdasarkan lingkungannya. Bila kita ingin anak menjadi seseorang yang gemar membaca, maka sejak kecil diperkenalkan dengan buku, gambar, cerita dan membiasakan anak mendengar dongeng sebelum tidur. Selain itu pula sediakan fasilitas yang mendukung anak agar nyaman ketika membaca seperti bantal besar sebagai tempat duduk, karpet yang nyaman. Sediakan juga rak buku yang tertata rapi, sehingga mudah dijangkau oleh anak. Orang tua juga menunjukkan bahwa membaca sebagai rutinitas sehari-hari, sehingga anak dengan sendirinya akan terpengaruh dan mulai menyukai kegiatan membaca.
Bergesernya peran orang tua dalam keluarga memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak. Interaksi dengan keluarga tidak dipengaruhi oleh kuantitas tetapi lebih kepada kualitas. Beri perhatian penuh kepada anak meskipun hanya dilakukan beberapa jam saja, dengan tindakan sederhana seperti menyingkirkan gadget selama berinteraksi dengan anak. Sebagai orang tua, jadikan keluarga sebagai tempat yang nyaman bagi anak untuk berbagi berbagai hal yang anak temui di luar. Ciptakan kegiatan yang bisa melibatkan seluruh anggota keluarga dengan memberikan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan anak. Paling tidak dalam satu minggu ada hari dimana seluruh anggota keluarga dapat menikmati waktu bersama-sama. Apabila anak lebih dekat dengan keluarga dibandingkan dengan lingkungan di luar maka kepribadian mereka akan mudah dipengaruhi hal-hal yang negatif. Namun bila dari awal keluarga adalah tempat yang nyaman untuk meraka belajar apa saja dalam kehidupan maka anak akan menjadi pribadi yang tangguh.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!