Awet Muda lewat Berbagi Ilmu dan Kedisiplinan
Hizbul Wathan (HW) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mempunyai tujuan melatih kemandirian dan tolong-menolong sejak dini. Kali ini, HW UAD berkunjung ke SD Muhammadiyah Karangturi yang terletak di Bantul. Setiap Kamis, Anissa Fatmalia, Ayunda (sebutan untuk pelatih HW perempuan), dan Rakanda (sebutan untuk pelatih HW laki-laki) dari pasukan HW UAD, melatih soft skill para siswa dengan permainan kreatif. Sistem belajarnya tidak hanya teori di kelas, tetapi juga permainan kreatif dan berkunjung ke alam sekitar.
Awalnya, pihak guru dari sekolah mencari pengajar eksternal melalui dewan alumni. Pihak sekolah meminta tiga pengajar. Setiap kelas, ada satu pengajar. Tapi, karena siswa banyak, jadi idealnya ada dua pengajar dalam satu kelas. Pengajar dari HW UAD ada Anissa Fatmalia, Saadatul, Riska Usna Nurfiah, Indah Tri Astuti, dan Rasyid. Siswa yang ikut latihan terdiri atas kelas 3, 4, dan 5. Kisaran umur mereka adalah 9−12 tahun. Kelas 5 sudah dikenalkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama atau tingkat Pandu Pengenal. Tingkatan HW ada Pandu Athfal, Pengenal, Penghela, dan Penuntun.
“Kalau materi saja di kelas mungkin saja kurang, jadi bisa dikembangkan melalui HW. Sebab, mengembangkan akademik bisa dilakukan melalui permainan saat latihan, dan dikaitkan dengan disiplin ilmu yang kami punya. Saat latihan, kami mengajarkan cara berbaris yang lurus sesuai dengan regu para siswa,” ujar Anissa Fatmalia atau biasa disapa Lia, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru PAUD angkatan 2015.
Lia sebagai penanggung jawab menambahkan, saat latihan mereka mencoba memupuk kedisiplinan diri dan menjaga lingkungan. Hal ini dilakukan supaya siswa terlatih mencintai lingkungan sejak dini. Karena dari HW sendiri mempunyai karakter mencintai lingkungan.
Pada taraf SD, siswa harus membersihkan lingkungan dan menolong. Jadi, siswa dilatih melakukan hal yang bisa mengubah tanah air supaya menjadi lingkungan yang lebih baik. Jika ditanamkan dari sekarang, tujuannya supaya menjadi kebiasaan dan dibawa sampai ke tingkat pandu selanjutnya.
“Menurut saya yang menyenangkan dari HW adalah mendapat ilmu, bisa melihat alam luar, dan melatih kemandirian. Hukuman yang paling mengerikan adalah push-up satu porsi dari 10 sampai 20 kali. Kalau telat biasanya dihukum. Namun, sering kali hanya disuruh memungut sampah sesuai angka tanggal hari latihan,” kata Bela Laubna Salsabila, siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Karangturi.
Hukuman dijatuhkan kepada siswa yang telat latihan dan perlengkapan tidak lengkap. Siswa ditanya dan dikumpulkan menjadi satu. Mereka harus bertanggung jawab atas kesalahannya. Keputusan hukuman sering kali dari kesepakatan.
Rakanda dan Ayunda dari HW UAD memberi hukuman membersihkan lingkungan atau meminta maaf kepada teman-teman. Hukuman yang sudah diterapkan yaitu operasi semut, mengambil sampah yang berserakan dan membuangnya ke tempat sampah. Hukuman dilakukan supaya anak-anak bisa belajar dari kesalahan, kemandirian, dan mencintai lingkungan.
“Manfaat bagi HW UAD yaitu menambah jaringan dan belajar dari pengalaman melatih dua acara di sekolah ini, sampai mendapat juara dari kepanduannya,” ungkap Lia.
“Bagi saya, mengikuti HW ialah mencoba menjadi pandu sejati, memahami karakter anak, banyak belajar, saling memahami, mendapatkan pengalaman, dan mendapat bekal untuk menjadi calon guru. Saya harap anak didik saya bisa menjadi pandu, mengamalkan Undang-Undang Dasar, dan Janji Pandu Athfal. Saya suka dengan anak-anak karena menggemaskan. Kalau melihat anak-anak insya Allah awet muda,” kata Riska Usna Nurfiah mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) semester 6 saat ditemui di SD Muhammadiyah Karangturi usai mengajar. (Dew)