Job Fair UAD, Fasilitasi Alumni dengan Dunia Kerja
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melalui Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) menggelar acara Job Fair 2019. Acara yang menghadirkan 13 perusahaan dari berbagai sektor ini berlangsung di kampus utama UAD, Jln. Lingkar Selatan, Tamanan, Bantul, Yogyakarta, Rabu−Kamis, 24−25 Juli 2019.
Dalam rangkaian acara diadakan seminar training dan job training bagi alumni dan mahasiswa UAD serta umum. Beberapa perusahaan maupun instansi yang mengikuti Job Fair UAD 2019 juga langsung mengadakan perekrutan.
Dr. Kasiyarno, M.Hum. Rektor UAD, dalam sambutan sekaligus membuka acara mengatakan, selama ini sebagai perguruan tinggi yang sudah dikenal dunia internasional, UAD ingin terus bekerja sama dengan berbagai perusahaan.
“Harapannya kerja sama tersebut menjadi simbiosis yang saling menguntungkan. Alumni UAD banyak yang bekerja, dan perusahaan dapat mengakses informasi tentang UAD. Misalnya mengenai lulusan dan kapasitasnya,” jelasnya.
Ia melanjutkan, alumni UAD tidak cuma dibekali dengan transkrip nilai ataupun Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Alumni UAD dibekali dengan berbagai soft skill dan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).
Saat ini UAD terus melakukan upaya untuk membekali alumni supaya memiliki intelektualitas, spiritualitas, dan keterampilan yang mumpuni. Pengalaman dunia kerja juga sudah dikenalkan saat jadi mahasiswa (red: magang) di kancah nasional maupun internasional.
Sementara Kepala Bimawa Dr. Dedi Pramono, M.Hum. menjelaskan, pihaknya ingin menjalin relasi yang baik antara UAD, perusahaan, serta alumni. Oleh karenanya Job Fair UAD akan dilangsungkan tiga kali dalam setahun sejalan dengan agenda wisuda.
“Dalam hal ini, job fair bisa dianggap sebagai pasar kerja. Pertemuan antara penyedia dan kebutuhan tenaga kerja. Di sini tidak hanya alumni UAD saja, tapi terbuka bagi umum,” tandasnya.
Di sisi lain, Direktur Kemahasiswaan Belmawa Kemenristekdikti, Dr. Didin Wahidin, mengungkapkan Indonesia harus meningkatkan daya saing bangsa, utamanya di kancah internasional. Indonesia harus kompetitif di segala bidang.
“Untuk bisa memiliki daya saing yang kompetitif, indeks inovasi menjadi penentu utama. Indeks inovasi juga harus ditopang dengan pengelolaan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang baik,” katanya saat menjadi pembicara seminar training.
Menurutnya, inovasi hanya bisa ditingkatkan dengan kreativitas. Sementara, di Indonesia, 70 persen kreativitas ditentukan di dunia pendidikan. Iklim kreativitas harus dibentuk di dunia pendidikan. Iklim kreativitas yang kondusif untuk meningkatkan inovasi yang bermuara pada daya saing global Indonesia. (ard)