Empat Tahap Proses Kreatif Menulis
Krismarliyanti, penulis buku Lentera, Edelweiss Putih, dan Mahar, membicarakan soal Sastra: Ruang Ekspresi Empiris, Imajinasi dan Logika, di depan mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Acara yang digagas oleh Forum Apresiasi Sastra (FAS) ini bertempat di Perpustakaan Kampus Utama UAD, Rabu (25-9-2019).
Sastra adalah alat yang digunakan penulis untuk wadah kreativitas. Selain itu bisa dimaknai sebagai ruang gerak kata-kata, bebas, dan liar. Sastra menampung kegelisahan manusia, alat eksistensi melalui kata-kata, juga tempat manusia mengekspresikan dirinya.
“Bicara tentang proses kreatif dalam sebuah karya, terdiri atas empat tahap yaitu ide, riset, sketching, dan eksekusi. Ide adalah identitas kita, menunjukkan orisinalitas pikiran. Saya tertarik dengan human behavior. Human behavior adalah gambaran sebuah peradaban, kebudayaan, grup, atau masyarakat tertentu. Karya saya fokus terhadap makna hidup dan kecerdasan emosi manusia,” ujar Krismarliyanti.
Ia banyak melakukan riset untuk novel Edelweiss Putih, seperti riset soal tokoh, latar belakang, asal, dan daerah. Risetnya interdisipliner, seperti ilmu sosial, psikologi, sejarah, dan tata letak kota. Menurutnya, riset merupakan bagian yang menyusahkan namun memperkaya tulisan.
“Tahap setelah riset adalah sketching atau penentuan plot cerita. Plot adalah pola pikir dan cara berpikir. Menulis sesuai pola pikir akan lebih menarik, yang membedakan kita dengan penulis lain adalah harus cerdas memilih teori yang sesuai dengan kepribadian kita. Eksekusi, setelah dapat ide, ide-ide itu saya break down. Saat menulis, saya mencatat hal-hal secara detail. Proses kreatif itu seperti bersenang-senang dengan kreativitas dan ketertarikan kita,” tutupnya. (JM)