Iqbal H Saputra Sampaikan Orasi di Panggung Sastra
Iqbal H Saputra kembali ke Yogyakarta setelah setahun berkegiatan di Belitung. Alumnus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini diberi kesempatan mengisi orasi di malam puncak Panggung Sastra dalam acara Festival Bulan Bahasa dan Sastra. Beberapa wejangan seputar bahasa dan sastra ia suguhkan dalam orasi tersebut.
Baginya, sastra jangan hanya dipandang sebagai sebuah karya saja. Wujud buku puisi dan cerpen hanya sebuah materiilnya. Sastra selain memiliki fungsi materiil sebagai sebuah hasil karya, juga sebagai laku spiritual.
Nilai estetika sastra bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, kejujuran berkarya yang terwujud dalam kejujuran tingkah laku, serta etos menulis terwujud pada etos bekerja. Hal itulah yang kemudian menjadi implementasi sastra. Jangan terjebak sebagai konstelasi sastra sebagai sebuah karya sastra. Apa gunanya jika tidak teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari?
Berangkat dari keresahan yang dijumpai oleh Ketua Dewan Kesenian Belitung ini, maka muncul Jejak Imaji. Iqbal dengan rekan-rekannya menciptakan Jejak Imaji karena merasa kegiatan belajar di kampus saja dirasa kurang. Ia tahu dosen mempunyai segudang kegiatan, tidak hanya mengurus mahasiswa. Oleh karena itu, ia dan rekan-rekannya saat itu ingin maju bersama mahasiswa. Menurutnya, mahasiswa mempunyai tugas wajib melestarikan kesastraan, terlebih jurusan PBSI.
Berbekal buku yang memenuhi banyak rak, ia membuat perpustakaan di Kotagede. Lalu, ia mengundang teman dekat satu sampai dua orang dari PBSI. Mereka kemudian mengundang teman terdekat lainnya. Selanjutnya dibuatlah polarisasi.
“Sastra tidak hanya menjadi sebuah hal yang monoton, tapi sastra seperti sebagai tingkah laku hidup. Mereka saya ajarkan bukan tentang puisi dahulu. Namun mengajarkan tentang kesukaannya. Misal suka memancing, saya ajak menulis pengalaman tentang memancing. Pelan-pelan saya masukkan unsur intrinsik dan ekstrinsik sastra dalam pengalaman mereka. Membuat karya sastra itu mudah. Pelan-pelan dari hal yang disukai,” pesannya pada 26-10-19 di Kampus Utama UAD. (Dew)