Ajarkan Mengenal Produk Halal
“Setiap mata kuliah, kami sisipkan pentingnya mengenal proses atau bahan halal kepada mahasiswa,” terang Amalya Nurul Khairi, S.T.P.,M.Sc., dosen Teknologi Pangan Universitas Ahmad Dahlan saat ditemui di ruangannya Senin, (3/9/2018).
Bagi dosen asal Magelang ini, sangat penting mengenal produk halal, baik dari proses, alat, dan bahannya. Sekarang banyak produk dari luar yang menggunakan bahan gelatih dari babi. Tentu saja bagi orang beragama Islam perlu waspada. Apalagi, banyak produk yang tidak terdaftar sebagai produk halal. Tercatat dalam data sertifikasi halal LPPOM MUI pusat Oktober 2017, terdapat jumlah perusahaan 1.169 dengan jumlah produk 52.982, tetapi jumlah produk yang sudah tersertifikasi halal hanya 1.516.
“Sekarang konsumen meningkat tinggi. Bagi kami, itu peluang sekaligus persoalan. Banyaknya produk yang menggunakan bahan gelatih dari babi membuat kami was-was, terlebih produk dari luar. Apalagi masyarakat kita yang konsumtif sangat minim pengetahuan tentang halal dan tidak halal. Untuk itu, kami Program Studi Teknologi Pangan terus mencari solusi agar tidak makan makanan yang mengandung gelatih dari minyak babi. Hal itu juga menjadi peluang bagi kami untuk membuat produk makanan yang bisa terjamin halal. Kami ingin tetap menjaga kualitas makanan tanpa menggunakan bahan dari gelatih,” terang dosen yang pengampu mata kuliah Sifat Fisik Bahan Pangan itu.
Menurutnya, gelatih dari bahan babi paling bagus, selain itu juga murah. Sebenarnya gelatih bahan babi bisa diganti dengan kitosan dari minyak ikan, udang, dan sapi. Hanya saja memang lebih mahal.
“Kami terus mengkaji dalam penelitian. Agar lebih maksimal, kami mengikuti banyak pelatihan tentang produk halal, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Upaya tersebut kami lakukan agar mendapatkan solusi yang tepat.”
Lebih lanjut dosen yang sedang meneliti “Efek Fortifikasi Ekstrak Gambir pada Mutu Mie Ketela Khas Pundong” itu menjelaskan, “Kami juga akan membuat produk sendiri sebagai penganti produk yang tidak halal. Hal itu juga kami dorong kepada mahasiswa untuk membuat produk pangan. Kami mengikutsertakan mahasiswa dalam penelitian dosen. Harapannya, kami akan lebih mudah menyampaikan perihal produk halal dan tidak halal.”
Agar lebih kreatif dan semakin terasah, mahasiswa diminta untuk ikut lomba baik tingkat regional maupun nasional. Selain itu, mahasiswa Teknologi Pangan juga mengadakan lomba khusus, tujuannya agar mahasiswa terlatih, kreatif, dan semakin bersemangat, baik mendalami pelajaran maupun untuk mendapatkan gelar juara.
Testimoni Mahasiswa Tepang
1. Amanda Dwi OA (Jambi) (18) Program Studi Teknologi Pangan.
Setelah masuk jurusan Teknologi Pangan UAD, saya banyak tahu tentang produk halal. Tidak hanya sebatas bahan saja tapi bagaiama proses, alat, bahkan pada sumber makanan sendiri. Bahan hasil mencuri termasuk tidak halal.
2. Isti Nugihartati (Mangelang) (19) Program Studi Teknologi Pangan.
Sejak kuliah di Teknologi Pangan, saya baru tahu kalau mei itu bisa dibuat dari tepung berbahan singkong. Selama ini saya mengira mei itu hanya bisa dibuat dari tepung terigu. Saya juga baru sadar kalau di kampung saya banyak bahan makanan yang bisa dikembangkan. Hal itu membuat saya semakin bersemangat belajar untuk mengembangkan kampung dengan mengolah bahan makan yang ada di sekitar.
3 Ana Balqis (Yogyakarta) (19) Program Studi Teknologi Pangan.
Dosen Teknologi Pangan sangat dekat dengan mahasiswa. Jadi saya tidak segan bertanya. Saya sering bertanya baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Saya jadi banyak tahu tentang pemaksimalan bahan makanan. Saya juga baru tahu banyak bahan makanan yang bisa dijadikan minuman.