• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

SOLER dan Keterampilan Dasar Konseling Sebaya

03/05/2025/in Feature /by Ard

Bootcamp Konselor Sebaya Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. PKK Bimawa)

Pada sesi ketiga Bootcamp Konselor Sebaya Tingkat Program Studi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) 2025, Dr. Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons. membawakan materi bertajuk “Teknik Konseling SOLER”, sebuah pendekatan fundamental dalam seni mendampingi mahasiswa baru dengan kehadiran yang penuh empati dan efektif.

Dalam paparannya, Dr. Wahyu menegaskan bahwa perubahan psikologis dalam diri individu, terutama mahasiswa baru, kerap melalui fase-fase yang khas, yaitu tawar-menawar, marah, depresi, hingga akhirnya penerimaan. Pada fase depresi inilah, menurutnya, peran konselor sebaya menjadi sangat krusial. “Segera ulurkan tangan saat teman sedang dalam fase depresi,” pesannya, “temani mereka hingga melewati titik krisis menuju fase penerimaan.”

Konselor sebaya, tegas Dr. Wahyu, sejatinya merupakan perpanjangan tangan dari konselor profesional. Meski tidak menggantikan peran ahli, kehadiran mereka menjadi garda terdepan dalam memberikan dukungan emosional pertama yang dapat mencegah memburuknya kondisi psikologis mahasiswa.

Untuk menjalankan peran tersebut, terdapat keterampilan mendasar yang harus dimiliki setiap konselor sebaya. Pertama, adalah keterampilan dalam memberikan dukungan yang terangkum dalam prinsip look, listen, link, melihat dengan penuh perhatian, mendengarkan secara aktif, dan menghubungkan individu yang membutuhkan dengan sumber daya atau bantuan lanjutan yang relevan.

Kedua, keterampilan mendengarkan aktif, yang meliputi kehadiran penuh secara fisik dan emosional, menghadirkan empati tanpa menghakimi, serta mengombinasikan komunikasi verbal dan nonverbal secara harmonis. Gerakan tubuh yang terbuka, kontak mata yang tulus, serta nada suara yang hangat menjadi instrumen penting dalam membangun kepercayaan.

Selain itu, ia mengingatkan pentingnya peduli terhadap diri sendiri (self-care) bagi para konselor sebaya. Mengenali dan menyadari keterbatasan diri merupakan bentuk kedewasaan profesional yang harus dijunjung tinggi. Dengan memahami batas kemampuan, seorang konselor sebaya dapat menjaga kesehatan mentalnya sendiri sekaligus tahu kapan harus merujuk mahasiswa yang didampingi kepada tenaga profesional yang lebih berkompeten.

SOLER: Menghidupkan Kehadiran Empatik dalam Konseling Sebaya

Dalam dunia konseling sebaya, kehadiran seorang konselor bukan hanya diukur dari keahlian verbalnya, melainkan dari keseluruhan bahasa tubuh dan keterlibatan emosional yang ia tampilkan. Dr. Wahyu menggarisbawahi pentingnya penguasaan teknik SOLER sebagai fondasi membangun hubungan yang suportif dan efektif. SOLER, sebagai singkatan, memuat lima prinsip esensial yang harus diinternalisasi oleh setiap konselor sebaya.

  1. Squarely Face the Client
    Prinsip pertama menekankan pentingnya menghadapkan tubuh secara penuh kepada individu yang sedang didampingi. Dalam dunia komunikasi nonverbal, sikap tubuh ini menandakan kesiapan penuh untuk hadir secara utuh. Menghadapkan tubuh secara tegak lurus kepada lawan bicara menciptakan kesan keterbukaan, ketulusan, serta perhatian yang tidak terbagi. Sebaliknya, posisi tubuh yang menyimpang atau mengarah ke arah lain dapat menimbulkan kesan penolakan atau ketidakpedulian.
  2. Open Posture
    Postur terbuka adalah simbol kesiapan untuk menerima tanpa prasangka. Dalam praktiknya, konselor dianjurkan untuk tidak menyilangkan tangan atau kaki, serta menjaga ekspresi wajah yang bersahabat. Postur tubuh yang kaku, tertutup, atau defensif dapat menghalangi aliran komunikasi yang efektif. Postur terbuka mengundang keterbukaan dari mahasiswa yang didampingi, membentuk ruang dialog yang aman dan menumbuhkan rasa percaya diri untuk berbagi.
  3. Lean Towards the Client
    Sedikit membungkukkan badan ke arah individu yang berbicara merupakan isyarat nonverbal yang kuat atas ketertarikan dan empati. Gerakan ini menunjukkan bahwa konselor sepenuhnya terlibat dalam percakapan, bukan hanya hadir secara fisik tetapi juga secara emosional. Sikap ini mempererat hubungan interpersonal, meningkatkan rasa kedekatan, dan mempertegas bahwa setiap ungkapan yang diberikan dihargai dengan sungguh-sungguh.
  4. Eye Contact
    Kontak mata merupakan elemen krusial dalam membangun kepercayaan. Dalam praktik konseling, kontak mata yang tepat (tidak berlebihan maupun terlalu sedikit) memperlihatkan ketulusan, rasa hormat, serta memberikan validasi emosional kepada mahasiswa baru. Pandangan mata yang konsisten dan bersahabat memungkinkan konselor menangkap isyarat nonverbal dari klien, memahami emosi yang tersembunyi di balik kata-kata, serta membangun jembatan empatik yang kokoh.
  5. Relax
    Sikap santai tetapi terkontrol menciptakan suasana konseling yang nyaman dan suportif. Ketegangan yang tampak pada tubuh konselor dapat secara tidak sadar menular kepada individu yang sedang didampingi, memperburuk kecemasan atau ketidaknyamanan. Oleh sebab itu, konselor perlu menjaga ketenangan batin, mengelola ekspresi diri, dan menciptakan atmosfer komunikasi yang mengalir secara alami.

Melalui internalisasi prinsip-prinsip SOLER, konselor sebaya tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga pembimbing yang mampu menghadirkan kehadiran terapeutik, sebuah kehadiran yang tidak menghakimi, melainkan membebaskan, mendukung, dan membangkitkan semangat bertumbuh. Dalam era di mana tantangan emosional mahasiswa kian kompleks, SOLER menjadi lebih dari sekadar teknik, ia menjadi wujud nyata dari empati yang teraktualisasi dalam tindakan. Melalui teknik ini, peserta bootcamp tidak hanya dibekali kemampuan teknis, tetapi juga dibentuk menjadi pribadi pendamping yang berwibawa, empatik, dan reflektif, siap menjadi pelita bagi teman-teman sebaya dalam menghadapi tantangan dunia perkuliahan. (Mawar)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png 0 0 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-05-03 11:37:402025-05-03 11:37:40SOLER dan Keterampilan Dasar Konseling Sebaya

Membangun Pribadi Terapeutik, Optimis, Positif, dan Sukses

03/05/2025/in Feature /by Ard

Mulawarman, S.Pd., M.Pd., Ph.D. sebagai Pemateri Bootcamp Konselor Sebaya Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. PKK Bimawa)

Dalam lanjutan sesi Bootcamp Konselor Sebaya Tingkat Program Studi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) 2025, Mulawarman, S.Pd., M.Pd., Ph.D. membawakan sebuah materi yang menggugah dengan tema “On Becoming a Growth Peer Counselor: Pribadi Terapeutik, Optimis, Positif, dan Sukses (TOPS)”. Melalui paparan yang mendalam, ia mengurai kualitas esensial yang harus dimiliki oleh seorang konselor sebaya, sekaligus menanamkan paradigma baru mengenai peran mereka dalam dunia pengembangan remaja.

Menurutnya, menjadi konselor sebaya yang efektif bukan sekadar tentang kemampuan berbicara atau menasihati. Ada fondasi karakter yang harus ditumbuhkan, yakni empati yang tulus, keterampilan mendengarkan yang baik, kapasitas menjaga kerahasiaan, serta kecakapan dalam menyelesaikan masalah (problem solving). “Hidup itu sudah sepaket dengan masalah,” ujarnya, mengingatkan peserta bahwa menghadapi tantangan adalah bagian kodrati dari perjalanan kehidupan.

Berdasarkan fakta empiris, Dr. Mulawarman mengungkapkan bahwa remaja sangat membutuhkan keberadaan teman sebaya yang mampu mendampingi mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan. Kehadiran konselor sebaya yang suportif dan memahami kebutuhan emosional sejawatnya terbukti berkontribusi besar dalam membentuk kepribadian positif serta mempercepat pertumbuhan psiko-sosial remaja. Dalam hierarki aktivitas bantuan, konselor sebaya menempati tingkat pertama sebagai non-professional helpers, diikuti oleh generalist human service workers, dan akhirnya professional helpers seperti psikolog atau psikiater. Meski bukan terapis profesional, seorang konselor sebaya dapat membantu mengurai permasalahan psikologis ringan, tentu dengan syarat telah memperoleh pelatihan dan kompetensi dasar yang memadai.

Tugas fundamental konselor sebaya, menurut Dr. Mulawarman, adalah memberdayakan, bukan mengambil alih masalah, melainkan membangkitkan potensi yang ada dalam diri mahasiswa baru untuk menghadapi dan mengatasi tantangan mereka secara mandiri.

Lebih jauh, ia menekankan pentingnya pengelolaan pola pikir. Pola pikir atau mindset disebutnya sebagai “maut”, faktor penentu yang dapat mengubah hal-hal yang tampaknya mustahil menjadi mungkin, atau sebaliknya menggagalkan potensi hanya karena keraguan diri.

Melalui singkatan TOPS (terapeutik, optimis, positif, sukses), ia mengajak peserta untuk menumbuhkan pribadi terapeutik, yakni pribadi yang memiliki empati tulus, penghargaan mendalam (respect) terhadap sesama, dan secara intrinsik membawa daya penyembuhan. Seorang pribadi terapeutik mampu menjadi katalis pertumbuhan dan perkembangan positif orang lain, bahkan tanpa harus menawarkan solusi verbal.

Lebih rinci, terapeutik merujuk pada kualitas intrinsik untuk menciptakan rasa aman dan nyaman dalam interaksi, sehingga individu yang didampingi merasa didengar, dihargai, dan didukung dalam proses pertumbuhannya. Kemudian, optimis adalah sikap mental yang meyakini bahwa perubahan ke arah positif selalu mungkin, bahkan di tengah tantangan terberat. Konselor sebaya yang optimis menjadi sumber energi positif yang menginspirasi mahasiswa baru untuk tetap berdaya.

Sementara itu, positif mengandung makna sikap aktif dalam melihat potensi kebaikan dalam setiap individu dan situasi. Konselor sebaya dituntut untuk menumbuhkan harapan dan mengarahkan fokus pada solusi, bukan semata-mata pada masalah. Adapun sukses dalam konteks ini tidak diukur dari prestasi pribadi konselor, melainkan dari keberhasilan dalam memberdayakan mahasiswa baru untuk menjadi lebih mandiri, resilien, dan berkembang optimal. Dengan menghidupi nilai-nilai TOPS, konselor sebaya bukan hanya menjadi pendengar, melainkan menjadi agent of growth yang sejati, yang kehadirannya membawa dampak terapeutik bagi lingkungan sekitarnya.

Dalam refleksi akhirnya, Dr. Mulawarman mengingatkan, “Menjadi konselor sebaya berarti menjadi cahaya bagi pertumbuhan orang lain, tetapi cahaya itu harus terlebih dahulu dinyalakan dalam diri sendiri.” Bootcamp ini pun menjadi momentum penting bagi para peserta untuk tidak hanya memahami peran konselor secara konseptual, tetapi juga untuk menginternalisasi nilai-nilai luhur yang akan membentuk mereka menjadi agen perubahan di lingkungan kampus dan masyarakat luas. (Mawar)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Mulawarman-S.Pd_.-M.Pd_.-Ph.D.-sebagai-Pemateri-Bootcamp-Konselor-Sebaya-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-PKK-Bimawa.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-05-03 11:19:502025-05-03 11:19:50Membangun Pribadi Terapeutik, Optimis, Positif, dan Sukses

Menyatukan Resonansi: Konselor Sebaya TANGGUH dalam Mendampingi Dahlan Muda

03/05/2025/in Feature /by Ard

Dr. Gatot Sugiharto, S.H., M.H. sebagai Pemateri Bootcamp Konselor Sebaya Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. PKK Bimawa)

Dalam suasana penuh semangat pada Bootcamp Konselor Sebaya Tingkat Program Studi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tahun 2025, Dr. Gatot Sugiharto, S.H., M.H. membuka sesi pertamanya dengan mengajak para peserta untuk menyelami kembali esensi mendasar dari peran mereka: menyamakan resonansi dan niat, membangun frekuensi yang selaras untuk mengemban amanah sebagai konselor sebaya.

Dalam sesi bertajuk “Motivasi Menyemangati Konselor Sebaya Mendampingi Dahlan Muda TANGGUH”, Dr. Gatot memperkenalkan pendekatan sederhana tetapi filosofis. TANGGUH di sini merupakan singkatan dari takwa, amanah, nalar, gesit, gembira, ulet, dan humanis. Ia memulai dengan sebuah praktik interaktif, dua orang peserta diminta saling berhadapan, menutup mata, dan melakukan permainan sederhana “batu, gunting, kertas”. Hasil yang berbeda-beda dari praktik ini menjadi ilustrasi nyata betapa pentingnya penyamaan persepsi sebelum melangkah dalam peran mendampingi.

Lebih dalam, Dr. Gatot mengutip firman Allah dalam Surah Al-Isra’ ayat 7, yang artinya: “Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat buruk, maka keburukan itu pun kembali kepada dirimu.” Ayat ini menegaskan prinsip moral yang menjadi fondasi utama dalam menjalankan peran sebagai konselor, bahwa kebaikan yang ditanamkan kepada mahasiswa baru, pada akhirnya, akan berbalik menjadi kemuliaan bagi diri sendiri.

“Konselor sebaya,” lanjutnya, “adalah pintu masuk berbagai problematika mahasiswa baru.” Maka, keberadaan konselor bukan hanya untuk menjadi teman, melainkan juga penolong yang meringankan beban dan membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi generasi muda UAD.

Dalam dunia konseling, sikap TANGGUH menjadi keharusan. Dr. Gatot menekankan bahwa seorang konselor sebaya harus berani mengambil keputusan dan bertindak cepat di tengah dinamika yang kompleks. “Kita tidak bisa sekadar melihat kover seseorang lalu dengan tergesa menyimpulkan seperti apa ia sebenarnya,” ujarnya. “Apabila kita mendapati sesuatu yang tidak sesuai dengan logika pribadi, jangan terburu-buru menghakimi. Bertanyalah terlebih dahulu, ‘Mengapa bisa demikian?’ Barulah mengambil langkah dengan bijaksana.”

Lebih lanjut, ia mengajak peserta menghidupi semangat long live education, sebuah kredo yang bermakna mendalam: core values, innovation, adaptation, responsibility, and action. Nilai-nilai ini, menurutnya, bukan sekadar jargon, melainkan prinsip yang harus tertanam kuat dalam praktik pendampingan sehari-hari.

Core values menekankan pentingnya konselor sebaya untuk berpegang teguh pada nilai-nilai dasar moralitas, integritas, dan empati dalam setiap interaksi dengan mahasiswa baru. Innovation mengajarkan bahwa setiap permasalahan mahasiswa harus direspons dengan kreativitas dan pendekatan baru yang sesuai dengan karakter zaman. Adaptation menjadi kunci agar konselor mampu bersikap fleksibel terhadap dinamika perubahan karakter mahasiswa serta perkembangan sosial yang cepat.

Sementara itu, responsibility menggarisbawahi keharusan untuk bersikap bertanggung jawab atas setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam proses konseling. Terakhir, action menuntut keberanian untuk tidak berhenti dalam teori semata, melainkan menerjemahkan niat baik menjadi langkah konkret yang berdampak nyata bagi kemajuan mahasiswa yang didampingi.

Dengan menginternalisasi kelima prinsip tersebut, para konselor sebaya diharapkan tidak hanya menjadi fasilitator teknis, tetapi juga agen perubahan yang berkontribusi dalam membangun generasi Dahlan Muda yang cemerlang, tangguh, dan berdaya saing global.

Menjadi konselor sebaya tangguh tidak semata tentang ketajaman berpikir, melainkan juga keluwesan berperilaku. “Belajarlah untuk tersenyum,” pesannya. “Jadilah pendengar yang baik, berikan apresiasi, dan biasakan memberikan pujian yang tulus. Di atas semua itu, konselor sebaya dituntut untuk berperilaku otonom, mampu mengambil sikap secara sadar dan bertanggung jawab, tanpa dikendalikan oleh tekanan luar.”

Dalam suasana penuh refleksi tersebut, peserta bootcamp tidak hanya dibekali teori, tetapi juga diajak menapaki jalan menuju kedewasaan emosional dan moral. Sejalan dengan cita-cita UAD membentuk generasi TANGGUH, adaptif, dan berprestasi, para konselor sebaya diharapkan menjadi lentera yang menerangi perjalanan mahasiswa baru, membimbing mereka melewati lika-liku awal kehidupan akademik dengan jiwa besar, kecerdasan emosi, dan keikhlasan mendalam. (Mawar)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Dr.-Gatot-Sugiharto-S.H.-M.H.-sebagai-Pemateri-Bootcamp-Konselor-Sebaya-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-PKK-Bimawa.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-05-03 11:06:312025-05-03 11:06:31Menyatukan Resonansi: Konselor Sebaya TANGGUH dalam Mendampingi Dahlan Muda

Pentingnya Kemandirian BMT dan Penguatan UMKM

02/05/2025/in Feature /by Ard

Dr. Purwoko, M.M., selaku dosen Magister Manajemen (MM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Penyampaian Hikmah GBMT 2025 (Dok. Humas UAD)

Acara syawalan Gerakan Baitul Maal wa Tamwil (GBMT) se-DIY dilanjutkan dengan penyampaian hikmah oleh Dr. Purwoko, M.M. selaku dosen Magister Manajemen (MM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berlangsung sangat khidmat. Dalam penyampaiannya, ia mengisahkan awal keterlibatannya dengan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sejak tahun 1998. Ia menceritakan bahwa saat itu BMT baru mulai berkembang, dan izin operasionalnya hanya berupa selembar kertas seharga Rp25.000,00. Kini, BMT telah bertransformasi menjadi koperasi berbadan hukum yang kuat.

Dr. Purwoko menjelaskan, perjalanan BMT tidak lepas dari peran komunitas-komunitas Islam, salah satunya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Pusat Inkubasi Bisnis Kecil (PIBSK). Ia sendiri pernah menjabat sebagai sekretaris ICMI Jawa Tengah selama tujuh tahun. BMT lahir di tengah semangat reformasi ekonomi pascarezim Presiden Soeharto, khususnya pada masa kepemimpinan Presiden B.J. Habibie.

Menurut Dr. Purwoko, pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari era Presiden Soeharto hingga Presiden Joko Widodo belum sepenuhnya optimal. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, seperti program Kredit Usaha Tani (KUT), reformasi ekonomi era Habibie, program ekonomi kerakyatan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), stabilisasi ekonomi oleh Megawati Soekarnoputri, hingga Undang-Undang UMKM tahun 2008 di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tantangan pemberdayaan UMKM masih besar.

Ia juga menyoroti tentang Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Dr. Purwoko menyatakan koperasinya menolak pendanaan dari LPDB, karena koperasi yang dikelolanya mengutamakan kemandirian modal dari anggota. Sejak 12 Maret 2012, koperasi yang dipimpinnya telah menghentikan praktik mengumpulkan dana secara berlebihan, cukup menjaga kas sebesar 10–12 miliar rupiah. Dengan prinsip ini, koperasi dapat mandiri tanpa bergantung pada bantuan eksternal.

Saat ini, koperasi yang ia kelola memiliki 257 ribu anggota aktif. Dr. Purwoko menegaskan bahwa kekuatan koperasi terletak pada jumlah anggotanya, bukan semata pada jumlah uangnya. Semakin banyak anggota, semakin kuat koperasi tersebut, sejalan dengan prinsip Bung Hatta, Bapak Koperasi Indonesia.

Dalam pidatonya, Dr. Purwoko juga menyoroti tantangan besar yang dihadapi UMKM saat ini, antara lain keterbatasan modal, akses pasar yang sempit, rendahnya kompetensi sumber daya manusia (SDM), dan membanjirnya produk impor. Ia menilai UMKM sering kali hanya menjadi komoditas politik yang dipamerkan saat kampanye, tetapi diabaikan setelahnya.

Sebagai solusi, Dr. Purwoko mendorong pembentukan holding UMKM berbadan hukum koperasi, bukan sekadar mengoneksikan UMKM dengan industri besar sebagaimana program yang dicanangkan pemerintah. Konsep holding ini bertujuan untuk mengonsolidasikan UMKM sejenis dalam satu wadah, memperkuat posisi tawar mereka, meningkatkan kompetensi SDM, dan mengatasi masalah modal serta pemasaran.

Lebih lanjut, ia menguraikan strategi kerja holding UMKM dengan meniru model kemitraan Petrokimia Gresik dalam produksi pupuk organik, yakni memproduksi melalui kemitraan dengan standar mutu yang ketat. Produk UMKM akan dibeli secara tunai oleh holding, sehingga pelaku UMKM tidak perlu kesulitan mencari pasar.

Dr. Purwoko juga mengingatkan pentingnya efisiensi dalam produksi dan distribusi untuk menghadapi persaingan dengan produk impor yang murah dan berkualitas. Menurutnya, memperpendek jalur distribusi adalah salah satu langkah efektif untuk menekan harga produk lokal agar tetap kompetitif.

Sebagai penutup, Dr. Purwoko menegaskan pentingnya semangat kemandirian, sinergi, dan inovasi di kalangan UMKM. Ia berharap melalui penguatan koperasi dan pembentukan holding UMKM, sektor ini dapat menjadi pilar utama dalam membangun ekonomi bangsa. (Lus)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Dr.-Purwoko-M.M.-selaku-dosen-Magister-Manajemen-MM-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-pada-Penyampaian-Hikmah-GBMT-2025-Dok.-Humas-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-05-02 12:46:032025-05-02 12:46:03Pentingnya Kemandirian BMT dan Penguatan UMKM

UAD Kampus Tangguh Bencana: Pendidikan dan Mitigasi Kebencanaan untuk Masyarakat

02/05/2025/in Feature /by Ard

Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Prof. Dr. Muchlas, M.T., pada Seminar Kebencanaan (Dok. Humas UAD)

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan seminar kampus tangguh kebencanaan di Amphitarium UAD pada 30 April 2025, dalam seminar tersebut Rektor UAD Prof. Dr. Muchlas, M.T. menegaskan komitmennya dalam menghadapi tantangan kebencanaan melalui program hingga kebijakan. Menurut Rektor UAD, penting memberikan wawasan mengenai peran kampus dalam pendidikan kebencanaan dan kontribusi UAD dalam mitigasi kebencanaaan.

Muchlas menyampaikan bahwa kampus dapat menjadi sumber utama literatur dan pendidikan kebencanaan. Salah satu langkah konkret yang dilakukan UAD adalah dengan mengintegrasikan materi kebencanaan ke dalam kurikulum pendidikan yang melibatkan simulasi bencana untuk melatih kesiapsiagaan mahasiswa.

“UAD memiliki program kedokteran kebencanaan yang menjadi salah satu program unggulan. Program ini hanya dimiliki oleh sedikit universitas di Indonesia yang memungkinkan mahasiswa belajar langsung mengenai kebencanaan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

UAD terus berinovasi dalam pengembangan kebencanaan dengan mendirikan laboratorium kebencanaan yang berfokus pada penelitian dan pengabdian masyarakat terkait mitigasi bencana. UAD juga mendukung pembentukan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seperti Korps Sukarela (KSR), Mahasiswa Ahmad Dahlan Pecinta Alam (Madapala), dan tim SAR, yang berperan aktif dalam memberikan edukasi serta bantuan saat terjadi bencana.

UAD juga menunjukkan kepedulian besar terhadap masyarakat, terutama di daerah rawan bencana. Salah satu kontribusi nyata UAD adalah dengan menjadi fasilitator edukasi bagi masyarakat di daerah yang sering terkena bencana, termasuk di wilayah yang pernah mengalami bencana besar seperti Palu. Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik, UAD juga mendorong masyarakat untuk lebih siap menghadapi potensi bencana dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mitigasi bencana.

UAD tidak hanya berperan di level lokal, namun juga terlibat aktif dalam kebijakan kebencanaan yang melibatkan pemerintah. Sebagai bukti komitmennya, UAD telah menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) kebencanaan untuk memastikan kesiapsiagaan di kampus dalam menghadapi bencana. Berikut adalah beberapa poin penting dalam SOP Kebencanaan UAD:

“UAD sangat siap menghadapi persoalan kebencanaan dengan berfokus pada penguatan kapasitas baik di tingkat akademik maupun masyarakat. Dengan berbagai inisiatif tersebut, UAD berupaya untuk menjadi kampus yang tidak hanya unggul dalam pendidikan, tetapi juga tanggap dalam menghadapi bencana.” (daf)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Rektor-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Prof.-Dr.-Muchlas-M.T.-pada-Seminar-Kebencanaan-Dok.-Humas-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-05-02 11:31:292025-05-02 11:31:29UAD Kampus Tangguh Bencana: Pendidikan dan Mitigasi Kebencanaan untuk Masyarakat

Peran SDM dalam Membangun Budaya K3 dan Mencegah Kecelakaan Kerja

02/05/2025/in Feature /by Ard

Desy Anif Lestari, S.K.M. selaku Pemateri sekaligus Alumnus FKM Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Humas UAD)

Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK) adalah bagian dari sistem manajemen pelaksanaan pekerjaan konstruksi dalam rangka menjamin terwujudnya keselamatan konstruksi. SMKK dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4) dalam seluruh tahapan penyelenggaraan jasa konstruksi serta mencegah terjadinya kegagalan bangunan.

Dalam hal ini, tentu saja manajemen sumber daya manusia (SDM) dan karyawan memiliki peran penting dalam membangun budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta mencegah kecelakaan kerja. Manajemen harus memastikan kebijakan serta prosedur keselamatan diterapkan secara efektif dan karyawan perlu dilatih, diberi edukasi, dan terlibat aktif dalam kegiatan K3, termasuk memberikan masukan dan melaporkan potensi bahaya. 

Materi terkait peran SDM dalam membangun budaya K3 dan mencegah kecelakaan kerja, sangat relevan dalam Seminar Nasional K3 karena selaras dengan tema besar yaitu “Strategi Pengembangan SDM dalam Implementasi Sistem Manajemen K3 untuk Meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Kerja”. Seminar ini sukses digelar oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada 26 April 2025 di Ruang Amphitarium Kampus IV UAD.

Materi kali ini dipaparkan oleh Desy Anif Lestari, S.K.M. selaku alumnus FKM UAD yang bekerja sebagai health, safety, and environment (HSE) Administration di PT Adhi Karya. Ia mengatakan, “Risiko kecelakaan dapat dicegah jika budaya K3 diterapkan dengan baik. Budaya K3 bukan tanggung jawab manajemen, tetapi tanggung jawab kita bersama dengan meningkatkan nilai-nilai kepedulian, kesadaran dan tanggung jawab. Harapannya, risiko kecelakaan dapat dicegah jika budaya K3 diterapkan dengan baik.”

Peran manajemen dalam mengimplementasikan sistem K3 salah satunya yakni harus memastikan bahwa SMKK diterapkan secara efektif, mulai dari penyusunan kebijakan hingga pengawasan pelaksanaan di lapangan. Sedangkan peran karyawan dalam mencegah kecelakaan kerja adalah memahami risiko kecelakaan kerja dan berupaya mencegahnya dengan tindakan pencegahan yang tepat.

SDM yang terdiri atas manajemen dan karyawan memainkan peran fundamental dalam membangun budaya K3 yang kuat dan melibatkan semua pihak. Tujuannya agar kecelakaan kerja dapat dicegah dan lingkungan kerja yang aman dan sehat dapat diciptakan. (Salsya)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Desy-Anif-Lestari-S.K.M.-selaku-Pemateri-sekaligus-Alumnus-FKM-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Humas-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-05-02 11:12:182025-05-02 11:12:18Peran SDM dalam Membangun Budaya K3 dan Mencegah Kecelakaan Kerja

Penyebab Doa Tidak Diterima Allah Swt.

02/05/2025/in Feature /by Ard

Ustaz Ridwan Furqoni, S.Pd.I., M.P.I. sebagai Pemateri Kajian Ahad Pagi di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Darmawan)

Pengurus Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sukses menyelenggarakan Kajian Rutin Ahad Pagi, pada 27 April 2025. Ustaz Ridwan Furqoni, S.Pd.I., M.P.I. ditunjuk sebagai pemateri acara kali ini. Dalam tausiahnya, ia menyampaikan mengapa keinginan dan doa dari seorang mukmin tidak langsung dikabulkan oleh Allah Swt.

Ustaz Ridwan bercerita tentang seorang musafir yang sedang berdoa kepada Allah, tetapi dirinya dalam keadaan menghabiskan makanan dan minuman haram dan juga pakaian yang dipakai olehnya tidak sesuai syariat Islam. Maka dari itu itu, jika seorang hamba berdoa pada-Nya dalam keadaan tidak baik, maka dapat dipastikan doa yang dipanjatkan tidak akan diterima Allah Swt.

Perilaku tersebut diharapkan bisa menjadi cerminan diri kita dari makanan, minuman, pakaian, tempat yang dipastikan haram. Dalam agama Islam, terdapat dua macam haram yakni, haram lidzatihi (haram karena barangnya), ini adalah jenis haram yang berasal oleh zat atau keadaan asli dari suatu barang tertentu dan sudah ditetapkan haram dalam Qur’an dan hadis. Kemudian, haram lighairihi (karena sebab tertentu), yang merupakan jenis haram yang diakibatkan oleh situasi tertentu yang bukan karena barangnya sendiri.

Pemateri juga menyampaikan mengenai tantangan kaum muslim untuk menghindari makanan haram itu begitu besar, misalnya saat membeli makanan yang belum terbukti halal untuk dikonsumsi, karena tidak tahu proses dalam pembuatannya. Hanya ada dua bangkai yang dikategorikan halal yaitu, bangkai ikan dan juga belalang.

Sebagai penutup kajian kali ini, Ustaz Ridwan berpesan kepada para jamaah agar selalu berhati-hati dalam mengonsumsi makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh, hal ini penting untuk ditanamkan kepada diri sendiri. Sebab, akan mengalir dalam darah dan daging yang melahirkan keturunan kita kelak, sehingga perlu untuk selalu diperhatikan kehalalannya supaya doa kita bisa diterima oleh Allah Swt. serta dapat memberikan dampak positif ke depannya. (dar)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ustaz-Ridwan-Furqoni-S.Pd_.I.-M.P.I.-sebagai-Pemateri-Kajian-Ahad-Pagi-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Darmawan.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-05-02 10:49:402025-05-02 10:49:40Penyebab Doa Tidak Diterima Allah Swt.

Penguatan Kapasitas SDM dalam Penerapan Sistem Manajemen K3 untuk Meningkatkan Produktivitas

30/04/2025/in Feature /by Ard

Penyerahan Cinderamata kepada Pemateri Sistem Manajemen K3 FKM Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. FKM UAD)

Keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi primadona dalam seluruh perusahaan, tak terkecuali mengenai proses industri yang memiliki banyak tantangan terhadap lulusan K3 di dunia kerja. Perbedaan keilmuan antara teori yang dipaparkan oleh kampus dengan yang ada di perusahaan maupun tempat kerja menjadi tantangan yang paling signifikan. Adakalanya, lulusan masih kesulitan dalam mengaitkan K3 secara teori dengan penerapannya pada saat bekerja sehingga perlu dibangun jembatan antara keduanya, yakni dengan mengadakan pelatihan untuk menguatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM).

Oleh karena itu, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar kegiatan terkait hal tersebut pada 26 April 2025 di Ruang Amphitarium Kampus IV. Penguatan kapasitas SDM dalam menerapkan sistem manajemen K3 untuk meningkatkan produktivitas, khususnya terhadap lulusan baru nantinya, dipaparkan oleh Guru Besar K3 FKM Universitas Diponegoro (UNDIP) Prof. Dr. Yuliani Setyaningsih, S.K.M., M.Kes.

Prof. Yuliani mengatakan, “Posisi K3 FKM terbilang unggul dalam hal pemasaran dan branding sebagai disiplin ilmu yang secara spesifik mempelajari ilmu K3. Namun yang menjadi kelemahan K3 adalah keterbatasan pengetahuan mengenai proses industri,” ungkapnya. Ia pun mengatakan bahwa untuk mengatasi kelemahan tersebut, terdapat solusi yang sudah diterapkan di UNDIP dan bisa saja dilakukan juga oleh UAD yaitu “Alumni Mengajar”.

“Alumni Mengajar saya terapkan sebulan sekali dan yang menjadi pemateri nantinya adalah alumni yang sudah bekerja,” ujarnya. Dengan mengadakan alumni Mengajar, para pemateri akan memberikan pengetahuan mengenai proses industri di dunia kerja sehingga dan mengatasi kelemahan posisi K3 dan mampu menguatkan kualitas lulusan K3.

Peningkatan kualitas SDM (lulusan K3) dapat dicapai dengan mempertahankan track record yang baik di tempat kerja. Selain itu juga mempersiapkan pengetahuan tambahan di luar mata kuliah dengan menggandeng alumni atau stakeholder yang menjadi menambah nilai plus pada lulusan nantinya. Kemudian memiliki good attitude, soft skills, good mentality, dan body fitness serta memenuhi kebutuhan dasar industri juga penting. Dengan begitu, kita mampu mengidentifikasi regulasi dan bagaimana pemenuhannya pun menjadi cara untuk menguatkan kapasitas SDM.

Pentingnya memahami proses industri turut menjadi upaya untuk meningkatkan produktivitas lulusan K3 dalam Penerapan Sistem Manajemen K3. Sebab, gagal dalam memahami proses industri dapat berakibat pada ketidaktepatan dalam memberikan mitigasi terhadap bahaya dan risiko yang ada. Jika ingin menjadi ahli K3, maka sudah sepatutnya memahami konsep dasar dalam proses industri sebagai objek yang dihadapi sebelum menggunakan instrumen tertentu dalam melakukan penilaian risiko.

Selain itu, lulusan K3 juga harus menjaga relasi dengan alumni dan stakeholder lainnya yang dapat menjadi jembatan antara kampus dengan industri dalam menjelaskan K3 secara teori terhadap penerapannya. Pelibatan alumni dalam mempersiapkan kualitas lulusan K3 juga dapat memperkuat pemasaran lulusan K3 yang produktif. (Salsya)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Penyerahan-Cinderamata-kepada-Pemateri-Sistem-Manajemen-K3-FKM-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-FKM-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-04-30 11:13:342025-04-30 11:13:34Penguatan Kapasitas SDM dalam Penerapan Sistem Manajemen K3 untuk Meningkatkan Produktivitas

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Dunia Industri Pertambangan

30/04/2025/in Feature /by Ard

Ade Gunawan, S.K.M., Pemateri Praktisi Prodi Kesmas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Salsya)

Industri pertambangan merupakan kegiatan yang mencakup pencarian, penambangan, pengolahan, hingga pemanfaatan bahan galian seperti mineral dan batu bara. Kegiatan ini bertujuan untuk mengekstrak sumber daya alam dari dalam bumi dan mengolahnya menjadi produk yang bernilai ekonomis.

Potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di industri pertambangan tergolong sangat rawan. Di antaranya terjadinya kebakaran dikarenakan tambang batu bara sering mengandung gas metana yang mudah terbakar, kecelakaan seperti tertimpa benda berat, dan terlindas mesin alat berat disebabkan rem yang tidak berfungsi. Besarnya potensi K3 yang sangat berbahaya, akhirnya membuat Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan praktisi terkait “Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Dunia Industri Pertambangan” pada Jumat, 25 April 2025, melalui platform Zoom dan YouTube.

Ade Gunawan, S.K.M. selaku pembicara yang saat ini bekerja di PT Jhonlin Marine Lines sebagai health, safety, and environment (HSE) officer mengatakan bahwa “Penerapan SMK3 berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 orang atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi,” ujarnya. Penerapan tersebut bertujuan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Dalam menerapkan SMK3, perusahaan wajib melaksanakan penetapan kebijakan, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, serta peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3. Tidak dapat dimungkiri saat melaksanakan SMK3, pasti terdapat sebuah hambatan. Hambatan dari pemerintah seperti kurangnya tenaga pengawasan, anggaran, serta sanksi yang kurang tegas. Kemudian hambatan dari perusahaan yakni komitmen perusahaan, biaya, dan personal yang tidak kompeten. Sementara itu, hambatan dari tenaga kerja yakni kebutuhan dasar tidak terpenuhi, advokasi yang buruk, rasa tanggung jawab, dan kesadaran diri yang rendah.

Hambatan tersebut bukanlah menjadi penghalang untuk menerapkan SMK3. Untuk itu, diperlukan perencanaan K3 yang mampu mempertimbangkan hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko, serta pengetahuan terkait regulasi hukum. Pelaksanaan rencana K3 juga harus dilaksanakan oleh pengusaha dengan menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi disertai penyediaan prasarana dan sarana yang memadai.

Diperlukan pula tinjauan ulang SMK3 untuk menjamin kesesuaian dan keefektivan yang berkesinambungan. Hal ini guna mencapai tujuan SMK3 secara berkala yang mampu mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan. (Salsya)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ade-Gunawan-S.K.M.-Pemateri-Praktisi-Prodi-Kesmas-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Salsya.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-04-30 10:38:352025-04-30 10:38:35Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Dunia Industri Pertambangan

Anjuran Menjaga Lisan dalam Islam

30/04/2025/in Feature /by Ard

Khutbah Jumat oleh Prof. Zahrul Mufrodi di Masjid Kampus 5 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Faiq)

Khutbah Jumat di Masjid Kampus V Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Jumat, 25 April 2025, menghadirkan Prof. Dr. Ir. Zahrul Mufrodi S.T., M.T., IPM. sebagai pemateri. Ia merupakan dosen Program Studi Teknik Kimia UAD, yang kali ini membahas “Menjaga Lisan dalam Islam”.

Prof. Zahrul menyampaikan, lisan yang kita miliki haruslah dijaga dengan baik. Menjaga lisan tidak hanya diartikan secara harfiah sebagai lisan ataupun tindakan yang kita lakukan, tetapi lebih dari itu. Termasuk tulisan yang kita lakukan sehari-hari, misalnya dalam chat maupun unggahan di sosial media.

Cara menjaga lisan dalam Islam yang dianjurkan terdapat dua tahap yakni sebelum mengucapkan dan dalam melakukan. Sebelum mengucapkan, yang perlu dipersiapkan ialah niat yang baik dan sumber yang sesuai fakta. Sumber yang baik ini dapat berupa sumber yang sesuai dengan Al Qur’an dan hadis, sesuai dengan fakta yang ada di lapangan, ataupun sesuai dengan sumber-sumber yang tepercaya.

Selanjutnya, dalam menjaga lisan yang baik ialah dengan cara menyampaikan pesan yang baik pula. Bila sudah berniat dengan baik dan sumber yang tepercaya kesahihannya maka selanjutnya cara dalam menyampaikan pesan tersebut haruslah baik. Sebab, dengan cara yang baik lebih mudah diterima oleh orang lain.

Selain itu, Prof. Zahrul menyampaikan bahwa mengontrol lisan dalam menyampaikan pesan ialah menyesuaikan dengan situasi. Sebab, tidak semua pesan dapat disampaikan dalam berbagai kondisi tetapi hanya bisa disampaikan sesuai dengan kondisi yang ada. Sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik. Situasi yang baik tersebut juga haruslah disertai dengan audiens yang ada. Lebih lanjut dalam menjaga lisan, juga haruslah memperhatikan efek bila pesan itu disampaikan. Bila dirasa efek yang ditimbulkan buruk maka sebaiknya tidaklah disampaikan.

Prof. Zahrul menyampaikan bila kita dapat menjaga lisan maka akan diberikan ganjaran oleh Allah sebagaimana pada QS. Al-Ahzab ayat 71. Ketika kita menjaga lisan dengan baik maka akan ditambah oleh Allah amalan-amalan baik kita. Selain itu dosa-dosa akan diampuni oleh Allah Swt. (Faiq)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Khutbah-Jumat-oleh-Prof.-Zahrul-Mufrodi-di-Masjid-Kampus-5-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Faiq.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2025-04-30 10:14:442025-04-30 10:14:44Anjuran Menjaga Lisan dalam Islam
Page 11 of 64«‹910111213›»

TERKINI

  • IMM BPP UAD Gelar Diskusi Literasi Bertema Media Sosial dan Kesehatan Remaja18/06/2025
  • IMM PBII UAD Gelar Pelatihan Administrasi18/06/2025
  • HISKI UAD Gelar Pelatihan Menulis Cerpen bagi Siswa SMA se-Kota Yogyakarta18/06/2025
  • IMM FAI, IMM FTI UAD, dan LazisMu Mantrijeron Gelar Kurban Bersama18/06/2025
  • Demokrasi sebagai Bagian Pembelajaran Kepemimpinan Mahasiswa18/06/2025

PRESTASI

  • Mahasiswi UAD Raih Juara 1 Seni Tunggal Tangan Kosong Putri dalam Kejurnas Tapak Suci Semar VI18/06/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara 2 dalam Lomba Pidato Gebyar Ilmu Hadis 202518/06/2025
  • Tim Indynamics UAD Raih Prestasi di UNITY Competition #1317/06/2025
  • Mahasiswi Gizi UAD Raih Juara I Kelas C Putri di Kejurnas Tapak Suci Semar VI13/06/2025
  • UAD Raih Juara Umum II di Kejuaraan Nasional Tapak Suci Semar VI13/06/2025

FEATURE

  • Membangun Administrasi yang Rapi dan Visioner ala IMM18/06/2025
  • Salsabila Aulia Untsa dan Perjalanan 10 Sahabat di Lautan Kedokteran18/06/2025
  • Spirit HEBAT untuk Dokter UAD18/06/2025
  • Hidupkan Harapan, Kejar Impian di Universitas Ahmad Dahlan18/06/2025
  • Latar Belakang Lahirnya Surat Edaran tentang Larangan Penahanan Ijazah bagi Pekerja18/06/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top