• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Cerita Narendra, Mahasiswa Sastra Indonesia UAD Gemar Ciptakan Puisi

23/11/2024/in Feature /by Ard

Narendra, Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Gemar Ciptakan Puisi (Dok. Narendra)

Narendra Bramantyo K.R, mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berhasil meraih dua juara sekaligus dalam cipta puisi, yakni juara I Cipta Puisi (DIEFSTARIA) Dies Natalis dan Festival Sastra dan Bahasa FIB Universitas Jenderal Soedirman dengan judul “Malam Kesetiaan” serta juara II Cipta Puisi Bulan Bahasa Universitas Sriwijaya berjudul “Tanjung Priok dan Bahasa-Bahasa Kesunyian yang Berlabuh ke Negeri Asal”. Mahasiswa yang kerap disapa Narendra ini merupakan mahasiswa yang gemar mengikuti perlombaan.

Sejak menjadi mahasiswa baru di tahun 2021, Narendra aktif dalam berbagai kompetisi puisi. Dalam proses kreatifnya, ia hanya membutuhkan waktu sekitar dua hari untuk menyelesaikan satu puisi. Lalu untuk inspirasi dalam menciptakan puisi sering kali ia peroleh dari beberapa bacaan seperti bacaan tentang kalangan sastrawan.

Puisi yang ia ciptakan pun memiliki tema yang bervariasi setiap tiga bulannya. Berkenaan dengan tema puisi, ada satu yang menjadi ketertarikan baginya dalam menulis puisi, yaitu tema isu sosial. Dikarenakan perihal menyuarakan isu-isu sosial dapat dibungkus dengan kalimat-kalimat yang indah dan implisit.

Narendra kini semakin dikenal sebagai salah satu penyair muda berbakat berkat kumpulan-kumpulan puisinya yang sudah tersedia di situs web kompas.id dengan judul “Puisi-Puisi Karya Narendra Brahmantyo K.R”. Puisi-puisi yang ia buat membantu menyemarakkan dunia sastra Indonesia dan dengan adanya kedalaman emosional serta imajinasi penulis membuat puisinya menarik perhatian para pembaca. Baginya, keindahan puisi tidak hanya terletak pada bahasa yang digunakan ataupun kata-kata yang indah, tetapi juga terletak pada bagaimana pengarang menyampaikan pesan secara implisit kepada pembaca.

Dalam menulis puisi, ia juga harus dihadapkan dengan tantangan berupa rasa malas, terutama ketika ia perlu melakukan riset untuk tema tertentu seperti sejarah. Perlombaan yang diikuti Narendra, berawal dari berani mencoba hal baru, dan tentunya lomba mudah didapatkan di platform Instagram. 

Kemudian pada tahun 2022, mulai dari semester 3, Narendra ikut berpartisipasi dalam ajang Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) dan berhasil meraih juara III di tingkat fakultas. Di tahun berikutnya, 2023, ia berhasil meraih prestasi lebih tinggi sebagai juara I di tingkat fakultas dan masuk dalam 5 besar di tingkat universitas. Menjadi Mawapres merupakan pengalaman yang tidak disangka-sangka bagi Narendra, karena saat awal berprestasi ia hanya berpegang teguh dengan kata “berani” dan “mau mencoba”. Namun dengan adanya jejak pengalaman di berbagai publikasi karya kejuaraan serta ajakan dari relasi mampu membuatnya sampai di titik ini.

Mengikuti Mawapres tidaklah mudah, dibutuhkan track record dalam perjalanan menjadi mahasiswa, berupa kejuaraan yang didapatkan, publikasi, dan karya yang diciptakan. Gagasan kreatif yang dihasilkan lebih mendalam, adanya presentasi, serta seleksi dari juri. Kelengkapan adanya publikasi jurnal sinta 4, kelanjutan proses menerbitkan jurnal sinta 2, dan 30 karya sastra puisi. 

Di tengah perjalanan semester 7, Narendra masih menyempatkan diri untuk menulis karya sastra berupa puisi. Ia berusaha memberikan motivasi kepada mahasiswa lain agar berani mengambil kesempatan dan terus berusaha, sehingga memiliki banyak peluang, seperti menjadi Mawapres dan mengikuti berbagai perlombaan. Meskipun banyak kegagalan yang dialami di awal, ia percaya bahwa itu adalah bagian dari proses perjalanan yang harus dijalani. (Dilla)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Narendra-Mahasiswa-Sastra-Indonesia-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Gemar-Ciptakan-Puisi-Dok.-Narendra.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-23 09:15:182024-11-23 09:16:54Cerita Narendra, Mahasiswa Sastra Indonesia UAD Gemar Ciptakan Puisi

Pilkada 2024: Apakah Kampus Hanya Penonton atau Penggerak Demokrasi?

21/11/2024/in Feature /by Ard

Kegiatan Ilhamsyah Muhammad Nurdin Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Ilhamsyah)

Penulis: Ilhamsyah Muhammad Nurdin

Mahasiswa Magister Psikologi UAD 

Pilkada serentak yang dijadwalkan pada 27 November 2024 bukan hanya momen politik lima tahunan, tetapi juga sebuah peluang untuk mengkaji ulang peran akademisi dan kampus dalam ekosistem demokrasi. Dalam hitungan hari, hiruk-pikuk kampanye dan propaganda politik akan mencapai puncaknya. Di tengah arus informasi yang deras, posisi kampus sebagai institusi pendidikan tinggi sering menjadi sorotan: apakah kampus hanya menjadi pengamat pasif, atau seharusnya tampil aktif sebagai penggerak edukasi politik yang berlandaskan keilmuan?

Kampus sebagai Ruang Intelektual: Harapan dan Kenyataan

Secara normatif, kampus diharapkan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan pembentuk karakter kritis mahasiswa. Namun, kenyataannya, banyak kampus di Indonesia yang masih terjebak dalam dilema antara menjaga netralitas politik dan memenuhi tanggung jawab sosial. Tidak jarang, netralitas ini ditafsirkan sebagai sikap apolitis—sebuah paradoks mengingat kampus sejatinya adalah ruang diskursus terbuka.

Akademisi, sebagai aktor utama dalam kampus, juga menghadapi dilema yang sama. Di satu sisi, mereka memiliki tanggung jawab moral untuk menyuarakan kebenaran berdasarkan keilmuan. Di sisi lain, ketakutan akan stigmatisasi atau konflik dengan pihak tertentu membuat sebagian akademisi memilih untuk diam. Akibatnya, ruang diskursus intelektual yang seharusnya hidup di kampus menjadi redup, sementara masyarakat luas terjebak dalam dinamika politik praktis yang sering kali minim substansi.

Pilkada: Sebuah Arena Psikologi Sosial

Pilkada bukan hanya soal memilih pemimpin daerah, tetapi juga mencerminkan dinamika psikologi sosial dalam masyarakat. Fenomena seperti bias kelompok, pengaruh sosial, dan penyebaran informasi palsu sering kali mendominasi proses politik ini. Sebagai seorang psikolog sains, saya melihat bahwa kampus memiliki peran strategis untuk memitigasi efek-efek psikologis negatif ini melalui pendidikan politik berbasis keilmuan.

Salah satu teori yang relevan adalah teori identitas sosial yang dikembangkan oleh Henri Tajfel. Teori ini menjelaskan bagaimana individu cenderung mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tertentu, yang sering kali berujung pada polarisasi. Dalam konteks pilkada, polarisasi ini dapat memecah masyarakat menjadi kubu-kubu yang saling bertentangan, bahkan dalam isu-isu kecil. Kampus, dengan sumber daya intelektualnya, dapat menjadi penengah dengan menyediakan ruang diskusi yang berbasis data dan argumen logis.

Tantangan dan Hambatan Kampus dalam Konstelasi Pilkada

Akan tetapi, tidak dapat dimungkiri bahwa kampus menghadapi berbagai tantangan dalam memainkan peran strategis ini. Salah satu tantangan utama adalah independensi. Dalam beberapa kasus, kepentingan politik tertentu masuk ke dalam ranah akademik, baik melalui sponsor acara, pendanaan penelitian, maupun pengaruh pada struktur kepemimpinan kampus. Hal ini membuat posisi kampus sering kali terjebak dalam konflik kepentingan.

Selain itu, keterbatasan literasi politik di kalangan mahasiswa dan masyarakat luas juga menjadi kendala. Banyak mahasiswa yang belum memahami pentingnya menjadi pemilih kritis, apalagi berperan sebagai agen perubahan sosial. Dalam situasi ini, kampus harus mampu mengedukasi mahasiswa agar tidak hanya menjadi objek politik, tetapi juga subjek yang aktif dan sadar.

Tidak Ada Kata Terlambat

Meskipun pilkada tinggal hitungan hari, bukan berarti kampus dan akademisi kehilangan momentum untuk berkontribusi dalam proses demokrasi ini. Justru, waktu yang terbatas ini memberikan peluang bagi kampus untuk memainkan peran penting dalam memberikan edukasi politik kepada masyarakat, terutama mahasiswa. Ada beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa kontribusi kampus tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga penggerak yang mendorong pemilih untuk memilih berdasarkan pengetahuan yang mendalam dan bukan semata-mata identitas kelompok.

Salah satu langkah pertama yang bisa diambil adalah melalui edukasi politik melalui kampanye informasi. Kampus dapat menyelenggarakan seminar, diskusi publik, atau webinar yang membahas pentingnya memilih berdasarkan kualitas kandidat dan program kerjanya, bukan hanya identitas kelompok atau asal-usul politik. Dalam hal ini, teori Elaboration Likelihood Model dari Petty dan Cacioppo dapat menjadi landasan pendekatan yang efektif, di mana kampus fokus pada penyampaian informasi yang relevan, berbasis bukti, dan terstruktur dengan baik. Pendekatan ini akan mendorong mahasiswa untuk berpikir lebih kritis dalam memilih, memahami bahwa pilihan mereka harus berlandaskan pertimbangan rasional, bukan emosi atau pengaruh sosial yang bersifat sementara.

Selain itu, di era digital saat ini, media sosial menjadi alat yang sangat powerful untuk menyebarkan informasi dengan cepat dan efisien. Kampus dan akademisi dapat memanfaatkan platform-platform digital seperti Instagram, Twitter, YouTube, atau podcast untuk berbagi analisis politik yang berbasis data dan disampaikan dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat luas. Dengan menggunakan media sosial, kampus dapat menjangkau audiens yang lebih luas, baik mahasiswa maupun masyarakat umum, yang mungkin tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti seminar atau diskusi langsung. Hal ini juga membuka peluang untuk menciptakan kesadaran politik yang lebih inklusif dan terjangkau oleh semua kalangan.

Untuk meningkatkan dampaknya, kolaborasi antarkampus juga menjadi langkah penting yang perlu dipertimbangkan. Kampus-kampus di berbagai daerah dapat membangun jaringan untuk menciptakan gerakan edukasi politik yang lebih masif dan terkoordinasi. Kolaborasi ini bisa berupa pertukaran narasumber, publikasi bersama, atau bahkan penyelenggaraan acara lintas kampus yang menghadirkan berbagai perspektif politik. Dengan bekerja bersama, kampus-kampus bisa lebih efektif dalam menciptakan dialog yang konstruktif dan mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam menyuarakan pilihan mereka secara cerdas dan terinformasi.

Selain itu, penguatan karakter mahasiswa menjadi hal yang tidak kalah penting. Kampus harus mampu mendorong mahasiswa untuk menjadi pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki etika yang baik dan empati terhadap sesama. Dalam hal ini, teori Moral Foundations yang dikembangkan oleh Jonathan Haidt bisa menjadi pedoman untuk membangun kesadaran moral di kalangan mahasiswa. Teori ini menjelaskan bahwa keputusan moral dipengaruhi oleh berbagai fondasi seperti keadilan, kepedulian terhadap orang lain, serta rasa tanggung jawab sosial. Dengan membekali mahasiswa dengan pemahaman ini, kampus dapat membantu mereka untuk mengembangkan sikap empati dan bertanggung jawab dalam memilih pemimpin yang akan membawa kebaikan bagi banyak orang.

Setelah pilkada selesai, evaluasi dan publikasi akademik menjadi langkah selanjutnya yang perlu diambil oleh kampus. Proses demokrasi yang berjalan selama pilkada harus dievaluasi untuk melihat sejauh mana kesadaran politik masyarakat meningkat, serta bagaimana kampus berkontribusi dalam menciptakan pemilih yang cerdas. Kampus dapat mengadakan penelitian dan menulis publikasi akademik yang berfokus pada evaluasi terhadap proses demokrasi yang telah terjadi. Publikasi ini tidak hanya akan memberikan masukan konstruktif bagi pemerintah dan pihak terkait, tetapi juga memperkuat posisi kampus sebagai pengawal demokrasi yang berpihak pada kebenaran dan keadilan.

Dengan langkah-langkah strategis ini, kampus dan akademisi dapat menunjukkan peran aktif mereka dalam pilkada serentak 2024. Meskipun waktu yang tersisa sangat singkat, bukan berarti kontribusi kampus harus terlambat. Sebaliknya, momentum ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong pemilih yang lebih cerdas, memperkuat sistem demokrasi, dan menghasilkan pemimpin yang lebih berkualitas. Tidak ada kata terlambat untuk berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih baik melalui pendidikan politik yang berbasis pada nilai-nilai keilmuan dan etika yang kuat.

Mengubah Tantangan Menjadi Peluang

Dalam konteks ini, tidak ada kata terlambat untuk memulai perubahan. Pilkada serentak ini harus dilihat sebagai peluang bagi kampus dan akademisi untuk kembali meneguhkan perannya dalam masyarakat. Dengan berpegang pada prinsip keilmuan, kampus dapat menjadi oase di tengah kegaduhan politik praktis, sementara akademisi dapat menjadi teladan bagi masyarakat dalam menyikapi pilkada dengan bijak.

Sebagai penutup, penting untuk mengingat bahwa demokrasi yang sehat tidak hanya membutuhkan pemimpin yang baik, tetapi juga masyarakat yang kritis dan teredukasi. Kampus, dengan segala sumber daya intelektualnya, memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan hal ini terwujud. Dengan kerja kolektif dan pendekatan yang berbasis keilmuan, kita dapat mengubah tantangan demokrasi menjadi peluang untuk membangun masa depan yang lebih baik. Tidak ada kata terlambat untuk berbuat baik—apalagi demi masa depan bangsa.

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Template-News-UAD-PUTIH.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-21 09:26:442024-11-21 09:26:44Pilkada 2024: Apakah Kampus Hanya Penonton atau Penggerak Demokrasi?

Gembira dan Sedih Sesuai Tuntunan Rasulullah saw.

20/11/2024/in Feature /by Ard

Khutbah Jumat oleh Rahmadi Wibowo Suwarno, Lc., M.A., M.Hum. di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Lusi)

Allah swt. telah memberikan berbagai potensi kepada manusia, yang menurut sebagian ulama berupa tiga hal utama, yaitu potensi fisik, potensi akal, dan potensi hati. Ketiga potensi ini hendaknya digunakan sebaik-baiknya sebagaimana yang dituntunkan oleh ajaran agama Islam. Menurut ulama, ibadah-ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim juga dibagi menjadi tiga potensi, yakni ibadah fisik seperti pelaksanaan salat dan puasa, ibadah yang membutuhkan daya pikir, dan termasuk pula ibadah hati berupa iman atau percaya.

Salah satu hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dan juga diriwayatkan pula oleh Al-Hakim dalam mustadraknya berisi bahwa Rasulullah saw. pernah didatangi oleh seseorang, lalu ia bertanya: “Yaa Rasulullah, apa itu iman?”. Lalu Rasulullah pun menjawab: “Jika dengan perbuatan baikmu kamu merasa gembira dan dengan perbuatan jahatmu kamu gelisah, maka kamu masih berhak disebut mukmin (orang yang beriman). Beberapa ulama memberikan judul khusus untuk hadis ini yakni dengan sebutan ‘Gembira dan Sedih yang Dituntunkan oleh Rasulullah’.

Maka sebaliknya, ketika seseorang melakukan kebaikan ia merasa sedih dan ketika melakukan kejahatan ia merasa senang, maka iman di dalam hatinya seakan-akan telah hilang. Salah satu perbuatan baik yang terasa senang setelah melakukannya adalah dengan menebar kebaikan kepada orang lain, seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur’an yaitu orang-orang yang gemar berinfak dengan hartanya di jalan Allah. Kemudian orang yang berinfak tidak menyebut-nyebut jumlah yang telah dikeluarkan dan tidak menyakiti hati penerima, maka ia dijauhkan dari perasaan takut dan gelisah.

Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada hambanya dan menjadikan hati hambanya dengan hati yang lembut. Jika berbuat kebaikan akan merasa senang dan jika melakukan hal-hal yang dilarang akan merasa sedih.

Hal ini disampaikan pada khutbah Jumat 15 November 2024 dengan khatib Ust. Rahmadi Wibowo Suwarno, Lc., M.A., M.Hum. selaku Kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sekaligus Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (Lus)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Khutbah-Jumat-oleh-Rahmadi-Wibowo-Suwarno-Lc.-M.A.-M.Hum_.-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Lusi.jpg 1068 1900 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-20 08:37:032024-11-20 08:37:03Gembira dan Sedih Sesuai Tuntunan Rasulullah saw.

Kesan Wisudawan UAD dari Cina: Pengalaman Berharga dan Harapan Masa Depan

18/11/2024/in Feature /by Ard

Liao Ziyi dan Huang Qingyi usai Wisuda di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada 9 November 2024 (Dok. Eka)

Liao Ziyi dan Huang Qingyi, dua wisudawan internasional dari Cina, berbagi pengalaman mereka selama kuliah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Keduanya mengungkapkan kesan yang mendalam tentang kehidupan akademik dan sosial di Yogyakarta, serta harapan mereka untuk masa depan.

Liao Ziyi merasa bahwa kuliah di UAD telah memperkaya hidupnya, baik secara akademik maupun pribadi. “Saya meningkatkan pengetahuan saya dalam bidang kuliah dan terlibat dalam berbagai kegiatan di kampus yang memperkaya kehidupan saya,” ujarnya. Ia juga merasakan adanya perbedaan model pendidikan antara universitas di Cina dan UAD, yang membuatnya senang dan semakin terbuka dengan sistem yang ada di Indonesia.

Meskipun mengalami tantangan dalam berbahasa Indonesia, Liao merasa sangat terbantu oleh dosen dan teman-teman yang selalu sabar mendukungnya. “Saya sangat terharu saat menyelesaikan skripsi saya, dukungan yang saya terima sungguh luar biasa,” ungkapnya.

Sementara itu, Huang Qingyi yang melanjutkan studi S-2 di UAD, juga memiliki kenangan manis selama berada di Yogyakarta. Ia merasa sangat diperhatikan sejak kedatangannya di Indonesia, karena dosen dan teman-teman UAD memberikan sambutan hangat. “Saat pertama kali tiba di Yogyakarta, dosen-dosen UAD menemui kami di bandara, menyiapkan akomodasi, dan membantu kami mencari tempat tinggal,” kenangnya.

Huang juga merasa betah belajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis karena suasana kampus yang sangat harmonis. Ia merasa sangat dihargai dan diterima, dengan dosen yang sabar membimbingnya dalam penulisan skripsi.

Pengalaman paling berkesan bagi Huang adalah keputusan untuk datang ke Indonesia dan belajar di UAD. “Setiap pengalaman saya di sini akan menjadi kenangan berharga yang tak terlupakan,” kata Huang. Melanjutkan studi S-2 di UAD adalah langkahnya untuk lebih menguasai ilmu profesional dan mengembangkan kemampuan akademiknya. “Saya ingin meningkatkan keterampilan penelitian dan pemecahan masalah, serta mencapai kesuksesan dalam karier saya,” tambahnya.

Keduanya berharap untuk terus berkembang di masa depan, baik dalam penguasaan bahasa Indonesia maupun kemampuan profesional mereka. Liao berharap dapat terus meningkatkan keterampilan bahasa Indonesia dan mencapai tingkat profesionalitas yang lebih tinggi. Sementara Huang bercita-cita untuk mencapai tujuan kariernya dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. “Saya berharap UAD semakin maju dan terus memberikan peluang bagi mahasiswa internasional untuk berkembang,” tutup mereka. (eka)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Liao-Ziyi-dan-Huang-Qingyi-usai-Wisuda-di-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-pada-9-November-2024-Dok.-Eka.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-18 09:54:422024-11-18 09:54:42Kesan Wisudawan UAD dari Cina: Pengalaman Berharga dan Harapan Masa Depan

Serial Thailand dan Passion Mengajar Antar Nabila ke Negeri Seribu Pagoda

15/11/2024/in Feature /by Ard
Nabila Cahya Safitri, Alumnus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Program Studi Sastra Inggris (Dok. Nabila)

Nabila Cahya Safitri, Alumnus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Program Studi Sastra Inggris (Dok. Nabila)

Hobi atau kecintaan seseorang terhadap sesuatu tak jarang dapat dijadikan sebagai preferensi dalam berkarier. Hal ini dilakukan Nabila Cahya Safitri, alumnus Sastra Inggris Universitas Ahmad Dahlan (UAD) angkatan 2020. Gadis yang kerap disapa Nabila kini menjadi salah satu pengajar di Jannah Wittaya School, Thailand. Berangkat dari hobi menonton serial Thailand, ia tertarik untuk mempelajari bahasa Thailand lebih dalam.

“Menurutku, bahasa Thailand ini unik dan cukup banyak orang yang bilang sulit, jadi aku merasa tertantang untuk mempelajarinya,” ucapnya. Setelah belajar saja dirasa tak cukup, Nabila menginginkan pengalaman untuk terjun langsung ke Thailand.

Selain berbekal kemampuannya berbahasa Thailand, ia juga memiliki minat yang tinggi dalam mengajar. Ia mengaku, pengalaman pertamanya dalam mengajar adalah saat kelas 11 SMA. Saat itu, ia berkesempatan memberikan materi bahasa Inggris dan bahasa Arab kepada adik tingkat di sekolahnya. Saat berkuliah, Nabila juga sempat mengikuti Program Kampus Mengajar 6 di salah satu SMK Kelautan di Bantul.

Baginya, mengajar merupakan kegiatan yang seru. Tidak hanya dirinya yang mengajarkan sesuatu kepada para siswa, tetapi dirinya juga mendapatkan pelajaran penting dari anak didiknya. “Hal yang paling aku suka ketika mengajar adalah ada saja tingkah atau celotehan murid-murid yang bisa membuat tertawa,” ungkap Nabila saat ditanya akan kecintaannya dalam mengajar.

Ia juga merasa bahwa kegiatan mengajar dapat melatih kemampuan public speaking yang dimiliki. “Jujur dulu aku sangat takut berbicara di depan. Namun setelah mulai mengajar, hal itu bukan jadi hal yang menakutkan lagi buat aku,” imbuhnya.

Selain konsisten menekuni apa yang ia suka, Nabila juga telah menargetkan lolos program Alumni Mengajar di Thailand (AMT) sejak menjadi mahasiswa baru. AMT merupakan program kolaborasi UAD dan sekolah-sekolah Islam di Thailand Selatan. Berkat kegigihannya dalam mengejar mimpi, Nabila berhasil lolos dan kini mengajar di Jannah Wittaya School. Baginya, jauh dari keluarga dan negara asal membuatnya berhadapan dengan banyak tantangan seperti homesick, harus beradaptasi dengan budaya baru, serta keluar dari zona nyaman. Di tengah kesibukan mengajarnya, ia mengaku antusias untuk mengeksplorasi budaya Thailand dan berkeinginan melanjutkan studi di Negeri Seribu Pagoda itu.

Di akhir wawancara, Nabila berpesan kepada mahasiswa yang ingin bekerja atau menempuh pendidikan di luar negeri untuk menetapkan tujuan yang jelas dari awal berkuliah, memperbanyak info mengenai tempat yang ingin dituju, memperbanyak usaha, serta mengimbangi dengan doa. (Hani)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Nabila-Cahya-Safitri-Alumnus-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Program-Studi-Sastra-Inggris-Dok.-Nabila.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-15 09:32:262024-11-15 09:32:26Serial Thailand dan Passion Mengajar Antar Nabila ke Negeri Seribu Pagoda

Literasi Digital dalam Penyiaran: Transformasi dari Masa ke Masa

07/11/2024/in Feature /by Ard
Rendra Widyatama, S.IP., M.Si., Ph.D., sampaikan topik tentang literasi digital dalam penyiaran di Seminar Broadcasting oleh FSBK Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan KPID DIY. (Dok. Dilla)

Rendra Widyatama, S.IP., M.Si., Ph.D., sampaikan topik tentang literasi digital dalam penyiaran di Seminar Broadcasting oleh FSBK Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan KPID DIY. (Dok. Dilla)

Kegiatan dengan tajuk “Meningkatkan Literasi Media dan Standar Penyiaran dalam Komunikasi Digital” diselenggarakan oleh Fakultas Sastra, Budaya, dan Komunikasi (FSBK) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Seminar broadcasting atau penyiaran itu berlangsung pada Rabu, 6 November 2024, di Auditorium Museum Muhammadiyah, Yogyakarta. Salah satu pemateri yaitu Rendra Widyatama, S.IP., M.Si., Ph.D., yang merupakan dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FSBK UAD. Ia menyampaikan topik terkait literasi digital dalam penyiaran.

Penyiaran di Indonesia telah mengalami banyak perubahan signifikan seiring dengan perkembangan zaman, mulai dari era Orde Baru, masa reformasi, hingga era digital yang penuh tantangan. Pada masa Orde Baru, televisi di Indonesia hanya dikuasai oleh keluarga Soeharto dan pemerintah, yang mengontrol hampir seluruh media penyiaran. Seluruh stasiun televisi yang ada berfungsi sebagai alat propaganda politik untuk mendukung kekuasaan Orde Baru. Konten yang disiarkan sangat terbatas, hanya menampilkan hal-hal yang dianggap mendukung stabilitas politik.

Setelah jatuhnya rezim Orde Baru, Indonesia memasuki masa reformasi pada 1998, yang membuka jalan bagi kebebasan pers dan penyiaran yang lebih terbuka. Salah satu hasil signifikan dari era ini adalah munculnya TVMU, sebuah stasiun televisi yang dikembangkan kini oleh UAD di Yogyakarta. TVMU menjadi simbol kebebasan dan inovasi dalam dunia penyiaran, yang terus berkembang hingga kini sebagai salah satu media pendidikan yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat.

Masuk ke era digital, penyiaran Indonesia mulai beradaptasi dengan teknologi baru. Siaran digital diperkenalkan sebagai langkah efisiensi penggunaan frekuensi dan untuk meningkatkan kualitas siaran. Selain itu, kemunculan platform streaming seperti YouTube, Netflix, dan layanan video-on-demand lainnya menambah persaingan bagi stasiun televisi konvensional. Kini, interaktivitas menjadi bagian tak terpisahkan dari penyiaran, di mana audiens tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga bisa memberikan komentar dan berpartisipasi langsung melalui media sosial.

Akan tetapi, era digital juga membawa tantangan baru. Pola komunikasi berubah menjadi many-to-many, di mana siapa saja dapat menyebarkan informasi kepada publik. Hal ini berpotensi meningkatkan penyebaran hoaks dan informasi yang tidak terverifikasi. Selain itu, dengan sistem multipartai yang ada, munculnya media partisan yang dipengaruhi oleh kepentingan politik semakin memperkeruh suasana penyiaran di Indonesia.

Kepemilikan stasiun televisi kini sering kali terhubung dengan kepentingan ekonomi dan politik. Pemilik media cenderung mendominasi opini publik untuk keuntungan politik atau bisnis. Dalam hal ini, praktik kepemilikan media sering kali tidak mengikuti aturan yang ada, tetapi justru aturan disesuaikan dengan kepentingan pemodal. Fenomena tersebut semakin menegaskan adanya kolaborasi antara penyiaran, partai politik, dan penguasa untuk mengontrol informasi yang sampai kepada publik.

Menghadapi semua tantangan ini, peningkatan literasi digital menjadi sangat penting. Pendidikan dan pelatihan digital harus diperkuat, terutama untuk memastikan masyarakat dapat memahami cara mengakses, memverifikasi, dan mengolah informasi dengan bijak. Selain itu, menyediakan akses internet yang stabil dan terjangkau, kampanye kesadaran digital, serta kolaborasi antar semua pihak sangat dibutuhkan untuk menciptakan masyarakat yang lebih melek digital dan mampu menghadapi dinamika media modern dengan lebih kritis. (Dilla)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Rendra-Widyatama-S.IP_.-M.Si_.-Ph.D.-sampaikan-topik-tentang-literasi-digital-dalam-penyiaran-di-Seminar-Broadcasting-oleh-FSBK-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dan-KPID-DIY.-Dok.-Dilla.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-07 09:41:282024-11-07 09:41:28Literasi Digital dalam Penyiaran: Transformasi dari Masa ke Masa

Risa, Alumnus UAD, Kupas Strategi Publikasi Ilmiah demi Kelulusan Tepat Waktu

06/11/2024/in Feature /by Ard

Risa, Alumni Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Kupas Strategi Publikasi Ilmiah (Dok. Nafisah)

Risa widianti, S.Si. merupakan alumnus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang menjadi salah satu pemateri pada gelar wicara “Strategi Jitu Cepat Lulus Jadi Sarjana Berbasis Publikasi Ilmiah #1” yang dilaksanakan pada Sabtu, 2 November 2024. Ia membahas pentingnya publikasi ilmiah sebagai syarat kelulusan yang menguntungkan.

Risa menekankan pentingnya publikasi ilmiah dalam meningkatkan reputasi akademis, memperluas jaringan profesional, dan sebagai syarat kelulusan di beberapa program studi. Dalam sesi tersebut, ia membagikan strategi pemilihan topik penelitian yang baik, di antaranya adalah fokus pada isu relevan dalam bidang studi, memilih topik yang memiliki nilai kebaruan, serta berdiskusi dengan dosen pembimbing atau peneliti ahli.

“Untuk menulis publikasi ilmiah yang berkualitas, kita harus bisa mengelola waktu, memilih jurnal sesuai target pembaca dan kredibilitas, serta melakukan kolaborasi dengan dosen atau peneliti lainnya,” ungkapnya.

Risa juga membahas tantangan umum yang dihadapi, seperti kesulitan dalam menyusun data penelitian dan menghadapi revisi atau penolakan dari jurnal. Ia mendorong peserta untuk tetap termotivasi dan mengelola ekspektasi demi mencapai hasil yang memuaskan. (Naf)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Risa-Alumni-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Kupas-Strategi-Publikasi-Ilmiah-Dok.-Nafisah.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-06 10:48:022024-11-06 10:48:02Risa, Alumnus UAD, Kupas Strategi Publikasi Ilmiah demi Kelulusan Tepat Waktu

Putri Bagikan Rahasia Cepat Lulus dengan Publikasi Ilmiah

06/11/2024/in Feature /by Ard
Putri Bagikan Rahasia Cepat Lulus di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan Publikasi Ilmiah

Putri Bagikan Rahasia Cepat Lulus di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan Publikasi Ilmiah (Dok. Nafisah)

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan gelar wicara bertajuk “Strategi Jitu Cepat Lulus Jadi Sarjana Berbasis Publikasi Ilmiah #1” pada Sabtu, 2 November 2024. Acara ini disiarkan langsung melalui kanal YouTube BIMAWA UAD dan berhasil menarik perhatian mahasiswa yang tengah mencari cara efektif untuk segera menyelesaikan studi mereka.

Salah satu pemateri dalam acara tersebut, Putri Dewi Fajrida, S.Ak., menyampaikan berbagai alasan mengapa lulus tepat waktu menjadi hal yang penting. Putri menekankan bahwa lulus cepat tidak hanya bermanfaat dalam hal penghematan biaya pendidikan, tetapi juga memberikan peluang lebih besar untuk melanjutkan studi dengan beasiswa S-2, menjadi sumber kebanggaan, dan mendukung kesehatan mental mahasiswa. “Ada banyak keuntungan dari lulus cepat, salah satunya bisa mengurangi beban finansial,” ujar Putri.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga menjelaskan salah satu jalur kelulusan yang disediakan UAD, yakni melalui publikasi ilmiah. Publikasi ilmiah, menurutnya, adalah proses penyebarluasan hasil penelitian atau kajian ilmiah dalam bentuk tulisan, sehingga dapat diakses oleh masyarakat luas dan memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan.

Putri turut mengulas karakteristik mahasiswa generasi Z yang dinilai memiliki ketergantungan tinggi pada teknologi, kecenderungan menunda pekerjaan, kurangnya keterampilan manajemen waktu, serta keinginan untuk meraih hasil secara instan. Karakteristik ini, lanjutnya, sering kali menjadi tantangan dalam mencapai kelulusan tepat waktu.

Tak hanya berbicara tentang hambatan, Putri pun memberikan sejumlah tips strategi agar mahasiswa dapat lulus dengan cepat. Beberapa langkah yang disarankan antara lain mengikuti international conference, terlibat dalam program magang yang menghasilkan skripsi berbasis publikasi ilmiah, memilih tema penelitian yang relevan dengan isu terkini, bekerja sama dengan dosen pembimbing yang sesuai, serta memperluas jaringan untuk mendapatkan responden dan jurnal melalui konferensi.

Gelar wicara ini menjadi pembuka yang memotivasi para mahasiswa untuk merencanakan langkah akademik mereka secara lebih matang, demi menyelesaikan studi dengan hasil maksimal dan dalam waktu yang singkat. (Naf)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Putri-Bagikan-Rahasia-Cepat-Lulus-di-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dengan-Publikasi-Ilmiah-Dok.-Nafisah.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-06 09:40:412024-11-06 09:40:41Putri Bagikan Rahasia Cepat Lulus dengan Publikasi Ilmiah

Mencegah Mujaharah dengan Budaya Amar Makruf Nahi Munkar

04/11/2024/in Feature /by Ard

Khutbah Jumat oleh Yusuf Hanafiah, S.Pd.I., M.Pd. di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Lusi)

Mujaharah adalah sifat yang menampakkan kemaksiatan atau membuka aib sendiri dan merasa bangga atasnya. Salah satu contoh mujaharah yaitu yang sedang marak khususnya di wilayah Jogja terkait penyebaran miras.

Pengedaran miras yang menjamur bahkan beberapa ilegal merupakan praktik bagian mujaharah secara terang-terangan, tentu hal ini menjerumuskan ke dalam kemaksiatan. Praktik mujaharah sangat merugikan berbagai pihak, bagi pemodal, pemilik toko/outlet, pengedar (jasa delivery order), pembeli/konsumen, dan para oknum/para pihak yang melindungi aktivitas peredaran miras tersebut. Hal ini sudah pasti akan merusak moral generasi bangsa.

Berdasarkan Kitab Nadhrotun Naim jilid 11 halaman 5.555, disebutkan bahwa ada tiga tipologi perilaku mujaharah. Pertama, pelaku maksiat akan cenderung percaya diri dalam berbuat maksiat secara terbuka (tidak memiliki rasa malu). Kedua, membuka aib diri sendiri kepada khalayak. Ketiga, kecenderungan rasa bangga terhadap dosa yang telah diperbuat.

Kemudian imbas dari perbuatan mujaharah ada empat, yaitu perbuatan tersebut akan membuat Allah murka, pelaku tidak akan mendapat ampunan dibuktikan dengan hadis kullu ummatin muaffan illal mujahirin yang artinya “semua umat Nabi Muhammad berpotensi diampuni dosa-dosanya kecuali orang-orang yang gemar bermujaharah”. Khalayak umum akan mengucilkan para pelaku mujaharah, serta menjadi bahan gunjingan oleh khalayak umum.

Perilaku mujaharah merupakan hal yang tak lumrah di kalangan masyarakat. Kaum muslimin hendaknya peduli terhadap hal-hal mujaharah, karena dikhawatirkan akan muncul suatu opini kolektif bahwa perilaku tersebut normal, juga dikhawatirkan akan muncul pembenaran dengan dalih hak asasi manusia (HAM) terkait kebebasan berekspresi, dan meningkatkan roda perekonomian.

Upaya untuk menghindari hal-hal mujaharah bagi umat muslim adalah dengan menghidupkan spirit budaya amar makruf nahi munkar sebagaimana firman Allah pada Surah Ali Imran: 104 yang artinya “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Amar makruf nahi munkar dapat dilakukan sesuai dengan ilmu yang dimiliki dan dapat dilakukan dengan bervariasi, hal tersebut tidak selamanya disampaikan di atas mimbar saja. Contoh bagi mahasiswa dengan membuat konten media sosial tentang kontra maksiat. Bagi dosen dapat dilakukan dengan mendidik mahasiswa sesuai amar makruf nahi munkar. Bagi ahli hukum, yakni dengan menegakkan hukum sebaik-baiknya.

Apabila kemaksiatan didiamkan maka umat muslim patut merenunginya, sesuai dengan firman Allah pada Surah Al-Anfal: 25 yang artinya “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” Imam As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kemaksiatan yang didiamkan berpotensi merugikan orang beriman dan orang lain yang dapat berupa bencana. Oleh karena itu, perlu bagi seorang muslim untuk menjauhi perilaku mujaharah, terus menghidupkan budaya amar makruf nahi munkar, dan saling menasihati dengan kapasitas kemampuan masing-masing.

Hal ini disampaikan oleh Yusuf Hanafiah, S.Pd.I., M.Pd. selaku Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sekaligus dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada khutbah Jumat 1 November 2024 bertepatan dengan 29 Rabiulakhir 1446 H bertempat di Masjid Islamic Center UAD. (Lus)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Khutbah-Jumat-oleh-Yusuf-Hanafiah-S.Pd_.I.-M.Pd_.-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Lusi.jpg 1068 1900 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-04 08:50:552024-11-04 08:51:29Mencegah Mujaharah dengan Budaya Amar Makruf Nahi Munkar

Tips Menghadapi Ketidaksesuaian Moral Sesuai Tuntunan Agama

31/10/2024/in Feature /by Ard
Penyampaian Khutbah Jum’at oleh Dr. Ruslan Fariadi AM, S.Ag., M.S.I. Majid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD)

Penyampaian Khutbah Jum’at oleh Dr. Ruslan Fariadi AM, S.Ag., M.S.I. Majid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Islamic Center UAD)

Seorang muslim hendaknya saling mengingatkan dan saling bertausiah, karena hal itu merupakan upaya untuk konsisten meningkatkan kualitas takwa dan iman kepada Allah Swt. Takwa dalam arti substantif sebagaimana pendapat ulama adalah berupaya secara maksimal untuk terus melaksanakan perintah-perintah-Nya dan berupaya secara optimal menjauhi larangan-larangan-Nya. Jika seorang hamba melakukan takwa seperti pengertian tersebut, maka akan mendapat kehidupan sejati dan dipenuhi dengan rahmat Allah.

Ujian-ujian yang dihadapi oleh seorang muslim banyak sekali macamnya, contohnya berupa rusaknya janji, lunturnya amanah, dan berkongsi untuk melaksanakan kejahatan. Tips menghadapi kebejatan moral, antara lain tetap tinggal di rumah, menjaga lisan, melakukan kewenangan dan kemahiran sesuai diri sendiri, meninggalkan kewenangan dan kemahiran yang tidak sesuai dengan diri sendiri, melakukan prioritas untuk diri sendiri, dan muhasabah diri.

Pertama, menetap di rumah yang dimaksud adalah fokus untuk memperhatikan rumah tangga dengan penguatan akidah kepada keluarga dan memperhatikan kualitas hidup keluarga. Dalam sosiologi, keluarga adalah unit yang membentuk suatu masyarakat, ketika kehidupan rumah tangga tertata dengan baik, maka unsur-unsur pembentuk masyarakat akan menjadi kuat. Namun, kebanyakan orang di zaman sekarang sibuk dengan sosialita kehidupan, sehingga kadang kala abai dan tidak memperhatikan nasib keluarganya.

Allah Swt. telah menegaskan dalam Surah At-Tahrim ayat 6 baik kepada kepala rumah tangga maupun kelompok yang ada di dalam suatu keluarga untuk saling menguatkan akidah, keberislaman, kualitas hidup, bahkan wawasan untuk menghadapi kehidupan yang lebih luas. Maka ketika seseorang abai terhadap urusan-urusan keluarga, bisa jadi antaranggota keluarga menjadi musuh seperti yang dijelaskan Allah Swt. pada Surah Az-Zukhruf ayat 67. Orang yang senantiasa dicintai bisa menjadi musuh bebuyutan pada hari kiamat, kecuali orang yang saling mencintai dengan bingkai takwa.

Kedua, menjaga lisan karena lisan merupakan salah satu organ strategis yang dapat digunakan untuk kebaikan dan keburukan. Karena itulah sering kali kita mendengar pepatah salamatul insan fi hifdzil lisan yang artinya keselamatan seseorang dalam hidupnya adalah terkait dengan kesanggupannya dalam mengatur urusan lisan. Bahkan ada kata-kata mutiara lain mengatakan bahwa lidah seseorang mampu menembus sesuatu yang tidak mampu tertembus oleh jarum bahkan pedang.

Dalam konteks era digitalisasi, hendaknya seorang muslim juga menjaga jari-jemari, karena hal itu dapat menjadi hal yang berdampak sangat masif dibanding dengan lisan. Dengan jari-jemari seseorang dapat menjadi sosok antagonis dengan kemudian menebar aib, fitnah, dan gibah dari media sosial yang dimiliki. Secara psikologis orang yang tidak mampu mengendalikan jari-jemarinya tersebut sudah dianggap terjangkit penyakit psikologis. Sebab internal diri seseorang merupakan cerminan representasi diri seorang hamba. Ketika karakteristik seseorang itu negatif maka kecenderungannya adalah menilai orang lain secara negatif, bahkan penuh prasangka yang tak terukur dan tak beralasan. Di dalam tarjih terdapat suatu putusan yaitu Fikih Tata Kelola yang mengulas tentang bagaimana good governance dalam mengelola suatu institusi, lembaga, bahkan suatu negara.

Ketiga, melakukan kewenangan dan kemahiran sesuai kapasitas diri. Keempat, meninggalkan kewenangan dan kemahiran yang tidak sesuai dengan diri sendiri. Sebab segala sesuatu yang bukan keahlian seseorang, sering kali menjadi hal yang tidak diinginkan seperti yang telah termaktub pada Surah Al-Isra’ ayat 36.

Kelima, membuat skala prioritas untuk diri sendiri. Ketika para ulama mengkaji dimensi-dimensi yang dianjurkan dan diperintahkan Islam, muncul istilah fikih prioritas yakni di mana dalam hidup seseorang selalu dihadapi oleh pilihan-pilihan yakni pilihan baik, buruk, sama-sama baik, dan sama-sama buruk. Maka di situlah peran kaidah fikih prioritas harus dilakukan yakni dengan memprioritaskan sesuatu yang paling penting di antara yang penting.

Keenam, muhasabah diri dengan cara menyisihkan waktu khusus untuk berdialog dengan diri sendiri. Terdapat sebuah ungkapan yakni, “Barang siapa mengenali dirinya secara substantif maka dia akan mengenal hakikat Tuhannya”. Kontemplasi yang diajarkan Islam inilah yang disebut dengan muhasabah. Umar bin Khattab juga pernah menyampaikan bahwa seorang muslim hendaknya mengintrospeksi diri sendiri sebelum diintrospeksi oleh orang lain.

Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Ruslan Fariadi AM, S.Ag., M.S.I. selaku Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah pada khutbah Jum’at 25 Oktober 2024 bertepatan dengan 22 Rabiulakhir 1446 H bertempat di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD). (Lus)

uad.ac.id                                                                                                                 

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Penyampaian-Khutbah-Jumat-oleh-Dr.-Ruslan-Fariadi-AM-S.Ag_.-M.S.I.-Majid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Islamic-Center-UAD.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-10-31 10:46:212024-10-31 10:57:31Tips Menghadapi Ketidaksesuaian Moral Sesuai Tuntunan Agama
Page 23 of 64«‹2122232425›»

TERKINI

  • SmartBlockEdu: Inovasi Permainan Edukatif bagi Anak Penyandang Disabilitas19/06/2025
  • Membedah ‘Profil Lulusan’ Lewat Analogi Dapur Gulai di Workshop OBE AFEB PTMA19/06/2025
  • GRALOKA: Camilan Sehat Kacang Lokal Karya Mahasiswa Teknologi Pangan19/06/2025
  • Kreskit PBSI UAD Gelar Teras Cerita #119/06/2025
  • FKM UAD Sambut Milad ke-23, Menuju Kota Sehat dan Masyarakat Berdaya19/06/2025

PRESTASI

  • Mahasiswi UAD Raih Juara 1 Seni Tunggal Tangan Kosong Putri dalam Kejurnas Tapak Suci Semar VI18/06/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara 2 dalam Lomba Pidato Gebyar Ilmu Hadis 202518/06/2025
  • Tim Indynamics UAD Raih Prestasi di UNITY Competition #1317/06/2025
  • Mahasiswi Gizi UAD Raih Juara I Kelas C Putri di Kejurnas Tapak Suci Semar VI13/06/2025
  • UAD Raih Juara Umum II di Kejuaraan Nasional Tapak Suci Semar VI13/06/2025

FEATURE

  • Membangun Administrasi yang Rapi dan Visioner ala IMM18/06/2025
  • Salsabila Aulia Untsa dan Perjalanan 10 Sahabat di Lautan Kedokteran18/06/2025
  • Spirit HEBAT untuk Dokter UAD18/06/2025
  • Hidupkan Harapan, Kejar Impian di Universitas Ahmad Dahlan18/06/2025
  • Latar Belakang Lahirnya Surat Edaran tentang Larangan Penahanan Ijazah bagi Pekerja18/06/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top