• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Srikandi Sampah Desa Murtigading: Penyelamat Lingkungan Hidup

18/06/2022/in Feature /by Ard

Sri Kartiyati, Anggota Pokmas Resik Becik, menjelaskan tentang Bank Sampah di Kalurahan Murtigading, Lab. Pengelolaan Sampah Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Tsabita)

Saat ini, sampah menjadi salah satu isu sentral yang perlu segera ditangani, tanpa terkecuali di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Seperti yang telah diketahui, mayoritas pengolahan sampah di DIY masih dilakukan secara konvensional, yaitu diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hal ini kemudian menimbulkan masalah baru yaitu menumpuknya sampah di TPA Piyungan (selaku TPA Regional) sehingga tidak mampu menampung lagi.

Mengutip dari data yang dimiliki oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul, pada tahun 2021 terjadi kenaikan signifikan volume sampah yang masuk ke TPA Piyungan, yaitu dari 566 ton per hari pada 2020 menjadi 700 ton per hari pada 2021. Sleman menempati posisi teratas sebagai penyumbang sampah terbesar, disusul oleh Yogyakarta, dan Bantul di urutan terakhir.

Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul mencanangkan gerakan Bantul Bersih Sampah 2025 dengan harapan bahwa pengelolaan sampah akan bisa lebih sistematis. Dusun Dagan, Pedukuhan 15, Kalurahan Murtigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul, ditunjuk menjadi salah satu pilot project untuk menggawangi gerakan tersebut di lingkup kalurahan. Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang terdiri atas sukarelawan warga, secara konsisten menerapkan pola Bank Sampah sebagai wadah untuk mengurangi sampah.

Wagini, Sri Kartiyati, dan Arifahani, adalah tiga sosok ibu rumah tangga yang memiliki andil besar dalam menyukseskan Bank Sampah di Dusun Dagan. Setiap 35 hari sekali, mereka rutin berkeliling ke rumah warga untuk mengambil sampah agar selanjutnya dipilah mana saja yang bisa jadi nilai ekonomis. Untuk saat ini, pengolahan Bank Sampah masih terbatas pada pemilahan, selanjutnya mereka menjualnya ke pengepul.

Klasifikasi sampah akan dikelompokkan berdasarkan jenisnya, mulai dari kardus, duplex, kaleng, botol, dan lain-lain. Bukan tanpa tantangan, Wagini, Sri Kartiyati, dan Arifahani, mengaku bahwa masih banyak warga yang kesadarannya belum terbentuk. Kebanyakan dari mereka masih tak acuh dan tidak sadar bahwa sampah bisa bernilai ekonomis.

“Jika masih bisa menghasilkan uang, kenapa harus dibakar?” tutur Wagini saat diwawancara pada Sabtu, 11-06-2022.

Kendala lain yang sering dijumpai oleh tiga warga ini adalah komposisi sampah yang masuk ke proses pemilahan terkadang masih cenderung bebas. Dalam artian, sesuatu yang tidak seharusnya ikut seperti diaper dan bekas pembalut masih kerap mereka temui. Selain itu, kondisi cuaca hujan juga kadang sedikit menghambat proses pemilahan karena sampah menjadi basah dan rusak.

Tergabung dalam Pokmas “Resik Becik”, Sri Kartiyati menuturkan nama ini memiliki arti filosofis bahwa bersih itu bagus. Sama dengan kalimat peribahasa yang sering kita dengar yaitu kebersihan sebagian dari iman. Bersama, ketiga ibu rumah tangga ini bahu membahu untuk terus meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya pengelolaan sampah. Lebih lanjut, Arifahani juga memaparkan bahwa kebiasaan ini harus dimulai dengan pendidikan sejak dini.

Terakhir, dengan adanya Bank Sampah ini, Wagini, Sri Kartiyati, dan Arifahani, berharap bahwa warga akan makin sadar untuk melakukan pengolahan sampah, makin peduli, dan pemerintah bisa terus memberikan fasilitas yang maksimal. Bukan karena gaji atau validasi, alasan mereka menjadi sukarelawan adalah murni untuk mengabdikan diri pada lingkungan. Di tengah-tengah gempuran isu lingkungan hidup yang makin kencang terdengar, Srikandi-Srikandi hebat seperti mereka adalah sosok yang dibutuhkan oleh bumi ini. (tsa)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sri-Kartiyati-Anggota-Pokmas-Resik-Becik-menjelaskan-tentang-Bank-Sampah-di-Kalurahan-Murtigading-Foto-Tsabita.jpg 1200 1600 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-18 09:23:072022-06-18 09:23:07Srikandi Sampah Desa Murtigading: Penyelamat Lingkungan Hidup

Menjadi Entrepreneur Sukses dengan Ikut Program MBKM

15/06/2022/in Feature /by Ard

Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Nabiila Zahroo Sultona angkatan 2018 (Foto: Istimewa)

Zaman yang makin berkembang saat ini, membuat kebutuhan manusia terus meningkat dan harga pun makin tinggi. Selain itu, sedikitnya jumlah lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah pelamar kerja menuntut siapa pun untuk lebih kreatif dan inovatif. Salah satu alternatif mengatasi masalah tersebut adalah dengan berwirausaha.

Berwirausaha pada umumnya dikenal dengan orang-orang yang sudah bekerja, tetapi jangan salah, sekarang ini wirausaha dapat dilakukan oleh kalangan mana saja termasuk mahasiswa. Di zaman sekarang yang serba teknologi canggih, justru mahasiswa merupakan kalangan yang cocok untuk memulai berwirausaha, apalagi dalam usaha kekinian.

Meski begitu, seperti yang kita tahu bahwa sebagian besar kantong mahasiswa pastinya hanya berkecukupan untuk makan sehari-hari, belum lagi untuk biaya kuliah, membeli buku, dan lainnya. Oleh karenanya, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah mencanangkan program untuk membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan menjadi seorang wirausahawan sukses, yaitu Program Kewirausahaan Merdeka-Kampus Merdeka (MBKM).

Program ini berfokus pada peningkatan kapasitas dan kompetensi mahasiswa Indonesia melalui kegiatan unggulan seperti Workshop Kewirausahaan, Kegiatan Berwirausaha Mahasiswa Indonesia (KBMI), Akselerasi Startup Mahasiswa Indonesia (ASMI), dan Pendampingan Wirausaha Mahasiswa. Program tersebut diharapkan dapat menjadi cikal bakal lahirnya wirausahawan dari kalangan kampus yang dapat membuka kesempatan kerja secara luas. Bentuk pembelajaran wirausaha berupa praktik langsung berwirausaha yang dilakukan secara terencana dan terprogram, serta diharapkan memberikan kesempatan menciptakan aktivitas usaha melalui analisis kebutuhan dan peluang pasar.

Salah satu mahasiswa yang sudah merasakan nikmatnya berwirausaha melalui Program MBKM Bidang Kewirausahaan ini adalah Nabiila Zahroo Sultona, mahasiswa Program Studi (Prodi) Akuntansi Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Dalam mengimplementasikan Program MBKM ini, Prodi Manajemen dan Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UAD memperoleh hibah MBKM dan telah menandatangani kerja sama pada Jumat, 1 Oktober 2021, di Hotel Sahid Rich yang berada di Jl. Magelang No.Km.6 No.18, Kutu Patran, Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Nabiila, sapaan akrabnya, mulai merintis bisnis pada Oktober 2021 setelah mengikuti beberapa pelatihan, salah satunya “Pelatihan Capacity Building untuk Wirausaha Pemula” yang diselenggarakan oleh Prodi Akuntansi FEB UAD pada Selasa–Rabu, 21–22 September 2021 di Hotel Grand Rohan, Yogyakarta.

“Saya mulai merintis bisnis makanan ini pada Oktober 2021, dan memberinya nama Eat More Me dengan menjual produk Mentai Cake. Saya dibantu dua dosen pembimbing yaitu Indah Kurniawati, S.E., M.Si. dan Nugraheni Rintasari, S.E., M.Sc.,” ujarnya saat diwawancara melalui pesan WhatsApp pada Kamis, (09-06-2022).

Mentai Cake merupakan makanan yang terbuat dari nasi, dengan isian berupa aneka daging dan seafood, diberi topping berupa saus mentai. Jika penasaran dengan hasil produknya, silakan berselancar ke laman Instagram @eatmoreme, sedangkan untuk tempat produksinya sendiri beralamat di Jalan Jogja–Wonosari Km 9,3 Dawukan, Sendangtirto, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Ia mematok harga mulai dari 25 hingga 58 ribu rupiah. Terdapat tiga jenis varian yaitu mini (diameter 8 cm), medium (diameter 12 cm), dan big (diameter 16 cm), dengan pilihan topping seperti kani, tamago, chicken nugget, ikan patin, dan tuna. Produk ini dikemas dengan menggunakan besek, sehingga tetap ada nilai tradisional yang menambah keunikan dan tentu ramah lingkungan.

Ingin Menjadi Entrepreneur Sukses

Bagi Nabiila, modal utama dalam berwirausaha adalah kemauan dan keuletan untuk bersungguh-sungguh menjalaninya. Tidak hanya bermodalkan tekad yang kuat, tetapi lebih dari itu yakni kompetensi, keterampilan, serta pengetahuan dalam mengelola suatu usaha juga sangat penting. Oleh karena itu, semuanya harus seimbang.

“Dengan mengikuti program ini, saya menjadi lebih paham bahwa modal utama ketika ingin menjadi wirausahawan ya kemauan, ulet menjalani prosesnya, dan dibarengi dengan keilmuan yang mumpuni,” ujar Nabilla.

Hal ini senada dengan pendapat beberapa ahli yang menyimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu proses pengembangan dan penerapan kreativitas untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang terwujud dalam perilaku, baik di masyarakat atau lebih khusus di kalangan mahasiswa. “Karena itu, mumpung masih muda dan cukup waktu luang untuk berusaha, janganlah membuang waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Saya memutuskan untuk mengikuti Program MBKM khususnya Bidang Kewirausahaan dengan harapan dapat meningkatkan keterampilan sebagai seorang wirausahawan,” tambahnya.

Produk Mentai Cake dari Eat More Eat (Foto: Istimewa)

Lebih lanjut, mengikuti Program MBKM ini adalah bentuk dukungannya terhadap program pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi. Ia menjelaskan manfaat mengikuti kegiatan tersebut tidak hanya materi tentang sukses menjalankan bisnis, tetapi juga jalinan relasi yang lebih luas. “Selain mendapat materi, saya juga bisa praktik langsung tentang cara menyusun rencana bisnis. Adanya dukungan dari pemerintah dan kampus, saya bisa belajar untuk lebih aktif mengembangkan diri agar menjadi pribadi yang profesional dengan mengasah soft skill. Saya juga dapat memperluas relasi dengan yang lain, tentu saja sangat membantu saat pemasaran,” ungkapnya.

Memilih ide Mentai Cake tentu bukan tanpa alasan. Menurut Nabiila, usaha kekinian dianggap cocok di kalangan mahasiswa sesuai dengan tren anak muda sekarang. “Saya menawarkan produk Mentai Cake karena di Jogja masih sangat jarang yang berjualan jenis makanan ini sehingga peluangnya masih cukup besar. Tidak hanya itu, saya kira Mentai Cake dapat dijadikan alternatif pengganti kue tar yang cenderung manis.”

Sebagai seorang entrepreneur yang baru terjun dalam dunia bisnis, sudah dipastikan ia mengalami rintangan silih berganti. Nabiila mengaku sempat mengalami kecemasan akan gagal, hingga takut mengecewakan pelanggan. Ia menceritakan bahwa pernah sekali waktu saat akan mengirim Mentai Cake yang tiba-tiba terjatuh dan rusak. “Padahal sudah ditunggu oleh customer. Akhirnya sebagai permintaan maaf, saya mengembalikan uang yang sudah dibayarkan dan kami memberikan Mentai Cake secara cuma-cuma. Namun kembali lagi, dari pengalaman inilah saya belajar dan mencari cara untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen,” tandasnya.

Dalam hal pemasaran, Nabiila aktif menawarkan produk Mentai Cake ini lewat Instagram, WhatsApp, dan Go Food, sedangkan untuk di Shopee Food masih tahap pendaftaran, dan hanya menggunakan jasa pengiriman Shopee. Inilah keuntungan dari kemajuan zaman, salah satu hal yang membuat usaha dianggap kekinian adalah dengan cara promosinya. Maka dari itu, ia memanfaatkan media promosi di sosial media sebagai wadah usaha.

“Menjadi seorang pengusaha harus memiliki keberanian untuk memulainya saat ini juga. Selain itu harus punya pengetahuan yang cukup, serta usaha dan kerja keras dalam menjalankan. Apalagi dengan kemudahan akses informasi dan banyak hal lainnya yang membuat kita bisa maju lebih cepat untuk mencapai kesuksesan,” pesan Nabiila dengan mengutip motivasi dari pengusaha kawakan almarhum Bob Sadino dan mengakhiri percakapan melalui pesan WhatsApp. (guf)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Produk-Mentai-Cake-dari-Eat-More-Eat-Foto-Istimewa.jpg 565 720 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-15 08:10:442022-06-15 08:55:52Menjadi Entrepreneur Sukses dengan Ikut Program MBKM

Masalah Pendidikan hingga Gigihnya Perjuangan untuk Berprestasi

09/06/2022/in Feature /by Ard

Birrul Qodriyyah narasumber pada kajian publik yang diselenggarakan oleh BEM FKIP Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Catur)

Underprivileged Millenial dan Gen Z: Kesempatan Pendidikan bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Tema inilah yang diangkat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Minggu, 5 Juni 2022, dalam acara kajian publik yang disiarkan secara langsung di kanal YouTube BEM FKIP UAD.

Hadir sebagai narasumber yaitu Birrul Qodriyyah. Birrul, sapaan akrabnya, merupakan alumnus The University of Edinburgh dengan beasiswa LPDP, peraih Bidikmisi Award RI tahun 2013, dan mahasiswa berprestasi nasional terinspiratif 2013.

Birul memaparkan, realitas pendidikan kita saat ini ada yang salah. Itu bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Beberapa poin di antaranya, learners artinya peserta didik ketika belajar harus dalam kondisi baik dan sehat, sedangkan di Indonesia kasus kekurangan gizi atau stunting sampai sekarang belum bisa teratasi dengan baik. Maka dari itu, bagaimana anak akan belajar dengan baik jika asupan gizi yang didapat kurang? Selanjutnya adalah learning environments, termasuk di dalamnya ada fasilitas juga lingkungan yang efektif dan nyaman. Jika melihat daerah tertinggal yang masih banyak di Indonesia seperti daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), maka capaian yang diinginkan belum terwujud.

“Termasuk permasalahan kita ialah content kurikulum yang berarti ganti menteri pasti ganti kurikulum, kita masih belum mempunyai kurikulum yang tetap atau ajek yang selalu dapat dipakai di Indonesia. Kita bisa lihat betapa beban guru sangat berat, apalagi guru yang sudah dalam keadaan sepuh pasti sulit untuk beradaptasi kembali dengan kurikulum yang baru.”

Berikutnya ialah process, hal ini bisa berkaitan dengan gaji guru yang belum memenuhi standar dan Sumber Daya Manusia (SDM) masih kurang. Bagaimana pendidikan akan berkualitas jika jaminan hidup pendidiknya saja masih kekurangan? Terakhir adalah outcomes, yang bisa diartikan dengan evaluasi pendidikan, ini berkaitan dengan kinerja yang telah dilakukan.

Semua itu adalah PR kita sebagai mahasiswa yang berpredikat sebagai agent of change untuk berkewajiban mengubah sistem pendidikan kita agar lebih baik. Berpikirlah jangan hanya bisa mengkritisi masalah tetapi tidak bisa mengatasi masalah. Kita bisa ikut berkontribusi kecil walaupun mungkin tidak terlihat oleh aksesibilitas karena keterbatasan informasi, distribusi, dan infrastruktur.

“Belilah masa depan dengan harga sekarang, dengan cara terdidik karena tidak semua bisa di posisi kita sebagai mahasiswa,” terang Birrul.

Ia juga menyampaikan bahwa banyak jalan untuk melanjutkan pendidikan, salah satunya adalah beasiswa. Tentu hal ini bagi mereka yang sungguh-sungguh memperjuangkan pendidikannya. Tidak ada ceritanya seseorang yang menginginkan cita-cita tinggi tetapi tidak gigih untuk memperjuangkannya. Banyak yang tidak mau berjuang, dan tidak mau mencari informasi terkait beasiswa. Kuncinya adalah kemauan. Jika ada kemauan diiringi dengan ikhtiar dan doa, insyaallah pasti bisa terwujud.

Birrul juga menceritakan perjuangannya ketika mendaftar diri sebagai penerima beasiswa. Perjuangan, kemauan, dan pengorbanan semua itu ia lakukan agar dapat meraih cita-cita yang diinginkan.

Menurut data dari UNESCO akan terjadi academic inflation itu artinya saking banyaknya orang di dunia yang lulus kuliah. Sekarang kuliah bukan menjadi hal yang luar biasa sehingga menjadi tantangan tersendiri bagaimana seorang sarjana bisa berbeda dibandingkan dengan yang lain. Tahun 2025, diprediksi oleh Word Economic Forum bahwa mesin akan menguasai lebih banyak pekerjaan manusia. Ini berdampak akan lebih sedikit orang yang bekerja dengan tenaga karena pekerjaan dengan mesin bisa lebih fleksibel.

Terakhir, Birrul menegaskan bahwa ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa agar berbeda dengan yang lain. Di antaranya, perbanyak pengalaman tidak hanya di bidang akademik saja, bersosial, bertemu teman, bangun jaringan, ikutilah organisasi, dan berikanlah kualitas terbaik di setiap jejak hidup.

“Semangat ya buat semuanya. Kita punya potensi untuk sama-sama berkembang dan berkarya, tinggal kita punya kemauan atau tidak. Sebab, ada banyak orang tidak mau gigih berjuang dan semangat untuk memperjuangkan apa yang dicita-citakan. Jika Allah sudah berkehendak dan ada kemauan kuat, pasti aka ada jalan. Jadilah mahasiswa yang berkualitas dan jadilah orang yang dicari bukan kita yang mencari orang.” (ctr)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Birrul-Qodriyyah-narasumber-pada-kajian-publik-yang-diselenggarakan-oleh-BEM-FKIP-UAD.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-09 10:59:472022-06-09 10:59:47Masalah Pendidikan hingga Gigihnya Perjuangan untuk Berprestasi

Menggali dan Mengembangkan Ide untuk GEMASTIK 2022

08/06/2022/in Feature /by Ard

Imam Azhari, S.Si., M.Cs., pemateri Sosialisasi Gemastik oleh PKM Center Bimawa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Tsabita)

Selasa, 31 Mei 2022, PKM Center bekerja sama dengan Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar sosialisasi Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (GEMASTIK) secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan langsung di kanal YouTube BIMAWA UAD. Acara diselenggarakan dengan mengundang Dinan Yulianto, S.T., M.Eng. (dosen Teknik Informatika UAD), Imam Azhari, S.Si., M.Cs. (dosen Sistem Informasi UAD), dan Eko Muhammad Rilo (Ketua Gemastik 2020) sebagai pengisi materi.

GEMASTIK merupakan sebuah program yang diprakarsai oleh Pusat Prestasi Nasional dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan ditujukan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa Indonesia. Mereka diharapkan mampu mengambil peran sebagai agen perubahan dalam memajukan teknologi informasi dan komunikasi, baik ketika masih dalam masa studi maupun ketika sudah lulus nantinya.

Dalam kesempatan kali ini, Imam Azhari selaku salah satu pembicara, menyampaikan tentang cara menggali dan mengembangkan ide untuk GEMASTIK. Ia membuka pembahasan dengan sebuah premis bahwa “nothing is original”, tidak ada sesuatu di dunia ini yang orisinal. Semuanya berangkat dari masa lalu, yaitu dari karya sebelumnya, yang kemudian dikembangkan melalui inovasi menjadi karya yang baru.

“Imitasi versus Inovasi”, keduanya berhubungan dengan produksi sebuah karya yang telah ada, yang membedakan adalah imitasi cenderung bermakna negatif sedangkan inovasi penuh dengan aura positif. Mengatasi hal tersebut, Imam memberikan kesimpulan, “Tidak perlu membuat sesuatu dari nol, cukup kembangkan yang sudah ada lalu buat inovasi, jangan hanya imitasi atau meniru dengan sama persis.”

Terdapat dua kerangka berpikir untuk menciptakan sebuah ide yang kreatif, yaitu creative thinking dan design thinking. Lebih detailnya, dalam creative thinking terdapat tiga tahap yang harus dipenuhi. Pertama, ambil konsep inti lalu kembangkan jadi lebih baik, dan yang kedua, ambil gagasan dari orang lain lalu adaptasi untuk digunakan dalam karya kita. Namun, bagaimana cara agar tidak terlihat seperti copy paste? Jawabannya adalah lakukan emulasi gaya dan pendekatan untuk mengembangkannya menjadi sesuatu yang unik dan jadi ciri khas. Terakhir yaitu perlu disadari bahwa selalu ada celah yang tidak bisa diselesaikan oleh suatu produk yang sudah ada, jadi tugas inovasi kita adalah untuk masuk ke ruang tersebut.

Metode yang paling aman dan paling efektif digunakan dalam mengembangkan ide adalah dengan melakukan adaptasi konsep yang sudah terbukti dari satu market ke market lainnya. “To innovate, learn to imitate”, artinya, untuk berinovasi, kita harus belajar untuk meniru. Konsep yang cukup populer di Indonesia adalah ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Lalu, produk apa saja yang sepatutnya dibuat? What we can build is what the world needs. Buatlah sesuatu yang bisa menyelesaikan masalah di masyarakat. Makin besar impact karya yang dibuat, maka semakin besar pula nilainya.

Sebagai rujukan, tujuh belas permasalahan yang dijabarkan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) bisa digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan karya yang akan dibuat. Karena persoalan yang terangkum dalam SDGs termasuk kompleks, maka penyelesaiannya juga tidak bisa sendirian alias harus kolektif, jadi perlu sinergi dari berbagai bidang. Hal-hal ini adalah sesuatu yang akan terus dicari jalan keluarnya.

Kerangka berpikir yang kedua yaitu design thinking, didefinisikan sebagai pendekatan untuk menyelesaikan masalah berbasis pada manusia (human-centered) yang mengintegrasikan tiga hal yakni kebutuhan masyarakat (desirability), teknologi yang memadai (feasibility), dan keuntungan bisnis (viability).

Terdapat lima tahap dalam proses pengembangan design thinking, pertama adalah empathize, melakukan riset terhadap kebutuhan pengguna, kedua define, memperjelas kebutuhan pengguna dan masalah yang dihadapi, ketiga ideate, mulai kembangkan ide dengan menantang asumsi yang ada, keempat prototype, membuat solusi dari permasalahan tersebut, dan terakhir test, melakukan uji dari solusi yang telah dibuat.

GEMASTIK 2022 akan segera diluncurkan, jadi segera kencangkan persiapan dan asah ide juga gagasanmu! (tsa)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Imam-Azhari-S.Si_.-M.Cs_.-dalam-acara-Sosialisasi-Gemastik-Foto-Tsabita.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-08 08:16:432022-06-08 08:16:43Menggali dan Mengembangkan Ide untuk GEMASTIK 2022

Pentingnya Niat Sebelum Beramal

07/06/2022/1 Comment/in Feature /by Ard

Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H., (kiri) dalam acara Kajian Bakda Maghrib Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Tsabita)

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”

Ketika berbicara tentang niat, hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim itu menjadi salah satu hadis yang familiar di telinga kita. Tercatat juga bahwa hadis tersebut merupakan bagian dari semua pelajaran terutama bab fikih. Dalam Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, hadis ini dikatakan oleh Imam Ahmad sebagai salah satu hadis pokok dalam agama Islam, atau disebut ushul al-Islam.

Dalam Kajian Rutin Bakda Maghrib (30-05-2022) yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H., membahas tentang pentingnya niat sebelum beramal. Diawali dengan hadis yang telah disebutkan di atas, Ustaz Budi kemudian melanjutkan lebih detail tentang urgensi niat dalam kehidupan sehari-hari.

Secara bahasa, niat adalah al-qashd, yang artinya keinginan. Sementara secara istilah syar’i, niat didefinisikan sebagai azam atau tekad untuk mengerjakan suatu ibadah dengan ikhlas karena Allah, yang letaknya berada di dalam batin atau hati. Pertanyaan yang kerap muncul ketika membahas tentang niat adalah haruskah niat dilafalkan atau diucapkan? Berdasarkan penjelasan dari Ustaz Budi, ulama bersepakat bahwa niat adanya di dalam hati (sesuai dengan pengertiannya), jadi tidak wajib diucapkan. Ketika seseorang sudah berniat dalam hati, maka sudah dianggap sah.

Niat memiliki dua fungsi utama, pertama yaitu untuk membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya, atau membedakan antara ibadah dengan kebiasaan. Lalu, yang kedua yaitu untuk membedakan tujuan seseorang dalam beribadah. Apakah seseorang itu beribadah karena mengharap rida Allah ataukah ia beribadah karena selain Allah, seperti mengharapkan pujian manusia.

Untuk melihat urgensi niat dalam kehidupan sehari-hari kita, maka beberapa ulama telah mengatakan poin penting tentang hal tersebut. Pertama, dari Yahya bin Abi Katsir, menuturkan bahwa pelajarilah niat, karena ia lebih dahulu sampai di sisi Allah daripada amalan. Kedua, dari Mutharrif bin Abdullah, baiknya hati adalah dengan baiknya amalan, dan baiknya amalan adalah dengan baiknya niat. Terakhir, dari Sufyan Ats-Tsauri, tidak ada sesuatu yang paling berat untuk saya obati, kecuali masalah niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik dalam diriku.

Sebagai penutup, Ustaz Budi berpesan agar kita selalu memperbarui niat. “Bagi yang sedang belajar atau menempuh pendidikan, niatkanlah karena Allah, bukan karena ingin dapat gelar atau pujian, niscaya ilmunya akan bermanfaat,” ujarnya. (tsa)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ustaz-Budi-Jaya-Putra-S.Th_.I.-M.H.-dalam-acara-Kajian-Bakda-Maghrib-Masjid-Islamic-Center-UAD-Foto-Tsabita.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-07 09:09:162022-06-07 09:09:16Pentingnya Niat Sebelum Beramal

Maulidya Ika, Berjalan Menuju Roma

06/06/2022/in Feature /by Ard

Maulidya Ika Fahrani, Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Awardee IISMA 2022 (Foto: Istimewa)

All roads lead to Rome.

Sebuah pepatah yang tentu sudah familiar di telinga kita, “Banyak jalan menuju Roma”, memiliki filosofi bahwa untuk mencapai suatu tujuan, jangan hanya terpaku pada satu cara. Namun bagaimana jika pepatah tersebut menjelma sebagai sebuah kalimat yang diartikan secara literal? Banyak jalan menuju Roma, lalu jalan mana yang akan jadi pilihanmu?

Maulidya Ika Fahrani, mahasiswa Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Terapan (FAST) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), memilih Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) sebagai jalannya untuk pergi ke Roma. Ika, sapaan akrabnya, berhasil lolos menjadi salah satu awardee IISMA 2022 dan diterima di Sapienza University of Rome, Italia.

Dalam wawancara melalui WhatsApp pada 29-05-2022, Ika mengungkapkan bahwa keberhasilannya menjadi awardee IISMA 2022 ini merupakan sebuah hadiah darinya untuk dirinya sendiri karena pengumuman yang hanya berjarak beberapa hari sebelum ulang tahunnya. Hal tersebut jadi makin terasa spesial karena Ika melalui tahapan proses seleksi di tengah hectic-nya akhir semester tiga dan awal semester empat.

“Saat melihat laman dashboard IISMA bertuliskan “You have been selected …” rasanya semua lelah dan keribetan yang dialami terbayar tuntas. Benar-benar hadiah terindah,” papar Ika.

Ketika ditanya tentang alasannya memilih Sapienza University of Rome sebagai universitas tujuan, Ika menuturkan bahwa dirinya memang sudah bermimpi untuk bisa pergi ke Italia. Sebagai salah satu pusat peradaban, Italia memiliki banyak peninggalan budaya yang menawarkan segudang cerita menarik untuk dikulik. Selain itu, Ika juga mengaku terpikat dengan keindahan kota tersebut dari foto-foto yang ia lihat di internet.

Untuk persiapan menghadapi proses seleksi, Ika giat mengikuti pembekalan yang disediakan oleh kampus mulai dari persiapan tes kecakapan bahasa Inggris, latihan interview, bedah Curriculum Vitae (CV), hingga sharing pengalaman dengan awardee IISMA 2021. Ia juga rutin mengerjakan ujian simulasi Duolingo English Test (DET) dan menghabiskan banyak video latihan tes di YouTube. “Jika ada webinar sharing pengalaman dengan awardee tahun lalu, sebisa mungkin saya hadir dan mencatat poin-poin penting yang disampaikan,” tambah Ika.

Terkait kendala yang dihadapi selama proses seleksi, Ika menuturkan bahwa salah satu yang dihadapinya adalah banyak informasi dan tanggal agenda penting yang dikeluarkan secara mendadak. Sementara itu, respons informasi tambahan dari pihak IISMA sendiri saat itu tidak secepat yang peserta harapkan. Alhasil, Ika dan awardee lain hanya bisa menunggu cemas sambil melanjutkan persiapan tahap selanjutnya.

Kini, Ika sedang bersiap untuk keberangkatannya ke Roma yang kemungkinan dijadwalkan pada akhir Agustus atau awal September 2022. Pembelajaran di Sapienza University of Rome akan dimulai pada bulan September 2022‒Februari 2023. Di sana ia akan mempelajari beberapa courses seperti Global Humanities: Critical Theories and Transnational Cultures, Roman History, Gender Economics, dan Artificial Intelligence, Family Law, Environmental Law.

Terakhir, Ika berharap dirinya bisa terus berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang haus akan eksplorasi pengalaman, membanggakan orang-orang tersayang, dan menjaga nama baik instansi serta bangsa selama berada di sana. “Saya juga berharap semoga bisa membawa banyak manfaat untuk kemajuan Indonesia, UAD dan FAST, orang-orang di sekitar, serta tentunya diri sendiri,” pungkas Ika. (tsa)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Maulidya-Ika-Fahrani-Mahasiswa-UAD-Awardee-IISMA-2022-Foto-Ika.jpg 761 715 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-06-06 13:14:592022-06-06 13:27:07Maulidya Ika, Berjalan Menuju Roma

Tekad Kuat Hasilkan Pencapaian yang Hebat

30/05/2022/in Feature /by Ard

Muhammad Iqwan Sanjani alumnus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

Muhammad Iqwan Sanjani, alumnus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) memiliki tekad yang kuat dalam meraih masa depan. Kesalahan memilih jurusan IPA saat SMA, tak lantas membuatnya patah arang. Pemuda yang sejak kecil tinggal bersama neneknya itu telah melakukan berbagai usaha sampai akhirnya menemukan bidang yang dikuasainya yaitu bahasa Inggris.

Iqwan kembali dihadapkan pada kondisi yang sulit saat mendaftar perguruan tinggi. Seperti kebanyakan siswa SMA pada umumnya, ia memiliki impian untuk bisa kuliah di perguruan tinggi negeri, tetapi setelah lima kali proses mendaftar, Iqwan tetap gagal. Namun, justru hal itulah yang menjadi titik balik dalam hidupnya.

“Momen-momen saat kuliah di UAD tidak pernah terlupakan karena dari sinilah awal baru hidup saya,” ucapnya dalam kanal YouTube resmi Universitas Ahmad Dahlan (23-05-2022).

Ketika berkuliah di UAD, Iqwan memiliki tekad yang kuat untuk memperbaiki kualitas dirinya. Ia mulai dengan memperbaiki nilai akademik hingga akhirnya berhasil menjadi mahasiswa berprestasi dan memenangkan beberapa kejuaraan perlombaan.

Ketika hari pertama kuliah, ia langsung bergabung dengan Debating Community (DECO), sebuah komunitas debat bahasa Inggris yang mewadahi mahasiswa untuk mengasah kemampuan khususnya dalam bidang debat. Terdapat beberapa kegiatan yang diikuti, salah satunya Nasional University Debating Championship (NUDC).

Iqwan juga sempat mengikuti beberapa presentasi ilmiah ke luar negeri, di antaranya Malaysia, Singapura, dan Jepang. Ia bahkan berhasil meraih juara I lomba presentasi di University of Singapura. Tidak hanya itu, Iqwan memiliki kelompok menulis yaitu PKM Gagasan Tertulis yang salah satu proposalnya lolos pendanaan. Ia pun pernah diundang oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Budapest yang ada di Hungaria untuk menjadi duta budaya dalam acara selebrasi hubungan diplomatik antara Indonesia dan Hungaria. Bersama beberapa mahasiswa UAD lainnya, ia menjadi perwakilan Indonesia untuk menyajikan dan menunjukkan kebudayaan Indonesia.

“Momen yang menurut saya paling membanggakan adalah ketika lolos menjadi finalis lima belas besar mahasiswa berprestasi nasional karena itu datang di semester akhir sebelum saya lulus, jadi semacam akumulasi dari portofolio dan prestasi-prestasi yang saya dapatkan.”

Setelah semua itu, tentu saja perjuangan Iqwan tidak berhenti sampai di situ. Alumnus UAD ini kemudian bertekad untuk melanjutkan studi S2 di luar negeri. Meski sempat ditolak tiga kali berturut-turut, di percobaan keempat ia akhirnya berhasil.

“Sempat melalui proses yang sangat panjang sekali sampai akhirnya diterima.”

Meskipun begitu, ia menyelesaikan studi S2 dengan sangat baik. Ia berhasil menyelesaikan skripsi tiga bulan sebelum batas akhir, berhasil publikasi jurnal, dan mendapatkan hadiah yang besar dari pemberi beasiswa yaitu beasiswa LPDP. Tidak hanya itu, Iqwan juga menjadi ketua perhimpunan pelajar Indonesia di Bristol.

Melanjutkan studi S3, Iqwan kembali menemui tantangan. Ia harus apply sebanyak tujuh kali sampai akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa di University of Sandwell yang ada di Sydney.

“Dari sini saya belajar untuk menghargai sebuah proses yang memang tidak selalu mudah. Dari kegagalan itu kita dituntut untuk bisa belajar memperbaiki kualitas diri kita dan dengan tekad yang kuat kita pasti bisa membuat perubahan,” imbuhnya. (eka)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Muhammad-Iqwan-Sanjani-alumnus-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-05-30 08:40:072022-05-30 08:40:07Tekad Kuat Hasilkan Pencapaian yang Hebat

Allah Maha Pemberi

28/05/2022/in Feature /by Ard

Ustaz Hendra Darmawan (kiri) pemateri Kajian Ahad Pagi Masjid IC Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Laela)

Kajian Ahad Pagi kembali digelar pasca-Idulfitri dalam rangka merekatkan kembali silaturahmi antarjamaah dengan mengusung tema “Allah Maha Pemberi (Al-Wahhaab)”. Minggu, (22-05-2022), acara tersebut berlangsung secara luring di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD), juga daring melalui platform Zoom Meeting dan tayang melalui kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD. Kajian Ahad Pagi merupakan agenda rutin dari tahun sebelumnya yang diselenggarakan pengurus masjid dalam bentuk pelayanan terbaik bagi para jamaah.

Hadir Ustaz Hendra Darmawan, S.Pd., M.A. selaku pemateri sekaligus Ketua Bidang Kaderisasi Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) UAD. Kajian diawali dengan tadarus bersama yang dipimpin Ustaz Diyan Faturahman, S.Ag., M.Pd. selaku moderator yang membersamai kajian tersebut.

“Selain menjaga silaturahmi, kami berharap dapat memberikan semangat para jamaah untuk saling berbagi dan menghilangkan kegelisahan akan rezeki hari ini ataupun esok hari karena Allah Swt. Al-Waahhab (Maha Pemberi),” tutur Ustaz Diyan Faturahman.

Dalam pemaparannya, Ustaz Hendra Darmawan membahas terkait pemberiaan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. dan dampak bagi generasi masa kini.

“Al-Waahhab adalah salah satu nama Allah yang memiliki arti Maha Pemberi. Sebagai contoh pemberian Allah kepada Nabi Muhammad saw. yaitu doa yang senantiasa Allah hijabahkan, diberikan pengikut yang saleh dari para sahabat sampai generasi sekarang, diberikan wahyu Al-Qur’an, zikir, hidayah, kebijaksanaan, kedudukan, dan dijauhkan dari kesesatan,” paparnya.

Berkaitan dengan hal itu, ia menjelaskan, dari keistimewaan yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad saw., Nabi tetap menjalani kehidupan dengan penuh kesederhanaan dan tidak mengaitkan dirinya pada harta benda.

“Suatu ketika, Umar Bin Khattab memasuki kamar Nabi dan Umar hanya mendapati kasur tipis dan sedikit makanan di dalamnya. Hal tersebut yang membuat Umar menangis dan terharu melihat pribadi Nabi yang sedemikian itu,” jelas Ustaz Hendra.

Lebih lanjut ia menyampaikan, pernah suatu ketika Nabi pergi terburu-buru usai salat yang membuat jamaah terheran dan Nabi berkata, “Aku ingat bahwasanya aku mempunyai emas dan aku hendak membagikan emas tersebut untuk keperluan di jalan Allah.” Dari kesederhanan dan kedermawaan inilah Allah senantiasa memberikan keutamaan yaitu pengikut saleh dan umat Nabi sebagai para pemimpin dalam sejarah pembangun peradaban.

“Sudah seharusnya kita mempelajari dan meneladani pribadi dan kehidupan Nabi Muhammad saw. yang tidak mudah, sehingga sampai sekarang generasi masa kini dapat menikmati nurul Islam (cahaya Islam) dengan segala kemudahannya. Letakkan dunia di genggaman tangan jangan pernah letakkan dunia di dalam hati,” tutupnya. (Ela)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ustaz-Hendra-Darmawan-kiri-pemateri-Kajian-Ahad-Pagi-Masjid-IC-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Laela.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-05-28 14:20:242022-05-28 14:20:24Allah Maha Pemberi

Cara Meningkatkan Takwa

12/05/2022/in Feature /by Ard

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dr. H. Agus Taufiqurrahman, M.Kes., Sp.S., pemateri Pengajian Syawalan Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Humas UAD)

Kalau kita refleksi bulan Ramadan kemarin, terdapat perubahan yang luar biasa. Mulai dari cara berpakaian, masjid penuh jamaah, hingga mendengarkan lagu. Hal ini menandakan jika umat Islam memasuki bulan Ramadan dengan benar. Namun tidak sedikit, setelah bulan Ramadan berakhir semuanya hilang. Hal inilah yang sebenarnya tidak kita inginkan. Oleh karena itu, Rasulullah saw. bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya Ia akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.”

Itu tadi yang diungkapkan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dr. H. Agus Taufiqurrahman, M.Kes., Sp.S., saat menyampaikan tausiah dalam Pengajian Syawalan Keluarga Besar Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Selasa (10-05-2022) yang berlangsung secara daring melalui Zoom Meeting, dan luring bertempat di Ruang Amphitheater Kampus IV UAD.

Menurutnya, orang bertakwa itu sebagaimana peribahasa “Pelihara kaki sebelum melangkah, pelihara lidah sebelum berbicara”. Ia melanjutkan, “Bersungguh-sungguh dalam menjalankan, dan kesungguhan dalam bertakwa sangatlah penting. Sebab tantangan hidup tidak makin ringan, tetapi makin berat.”

Selain itu, ia juga menjelaskan ciri orang takwa yang terkandung dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 134 yang artinya mereka adalah orang yang terus-menerus berinfak di jalan Allah, baik di waktu lapang yakni mempunyai kelebihan harta setelah kebutuhannya terpenuhi, maupun sempit yaitu tidak memiliki kelebihan, dan orang-orang yang menahan amarahnya akibat faktor apa pun yang memancing kemarahan, juga memaafkan kesalahan orang lain.

“Orang mutakin itu ringan menolong, ia bersedekah dalam keadaan lapang maupun sempit. Dan untuk urusan sedekah itu, kunci utamanya bukan banyak atau sedikit tetapi pada keikhlasan,” papar Agus.

Masih melanjutkan penjelasan surah Ali Imran, ciri orang takwa itu tidak mudah marah. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa ketika seseorang memiliki emosi negatif termasuk marah, akan berpengaruh pada kesehatan kardiovaskuler, yakni suatu kondisi terdapat gangguan pada jantung dan pembuluh darah.

Lebih lanjut, hasil perbedaan dari penelitian orang yang mudah marah dengan yang tidak ia ungkapkan, “Ternyata kebiasaan orang yang mudah marah itu memiliki kadar interleukin lebih tinggi, sederhananya proses kekakuan pembuluh darahnya lebih cepat. Oleh karenanya, mari kita upayakan agar tidak mudah marah karena itu berpengaruh pada kesehatan.”

Ciri selanjutnya Agus menjelaskan, dari perbuatan maksiat dan dosa yang pernah dilakukan, tutuplah dengan perbuatan baik. Mengutip salah satu firman Allah surah Ali Imran ayat 135, dijelaskan jika seseorang telanjur berbuat salah atau perbuatannya menzalimi diri sendiri, maka ia segera ingat Allah dan memohon ampun terhadap dosa-dosanya.

“Selanjutnya dikatakan bahwa seberapa besar dosa kita, ampunan Allah lebih luas dari itu. Jika sudah mendapat ampunan, ia seharusnya tidak akan mengulanginya. Maka setelah taubat, isinya berbuat baik dan baik,” tandasnya.

Terakhir, bersungguh-sungguh dalam bertakwa di mana, kapan, dan selalu berusaha berbuat baik. Pesan Rasululah saw. yang terakhir adalah bergaullah kalian bersama sesama manusia dengan akhlak yang baik. Seperti halnya yang pernah ditanyakan kepada Rasul, “Apakah yang menjadikan seseorang mudah masuk surga selain takwa? Kemudian Rasul menjawab husnul khuluq, akhlak yang baik. Riwayat lain disebutkan bahwa sebaik-baik orang dalam beriman yaitu orang yang baik akhlaknya.

“Sehingga selesai Ramadan, salah satunya tetap berakhlak baik,” tutup Agus. (guf)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Ketua-Pimpinan-Pusat-Muhammadiyah-dr.-H.-Agus-Taufiqurrahman-M.Kes_.-Sp.S.-pemateri-Pengajian-Syawalan-Keluarga-Besar-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Humas-UAD.jpg 1666 2500 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-05-12 10:23:322022-05-12 10:23:32Cara Meningkatkan Takwa

Delapan Kompetensi Keadaban Digital yang Perlu Diketahui

07/05/2022/in Feature /by Ard

Berbicara mengenai dakwah, selama ini kita mengenal dakwah secara konvensional dan penggunaan media digital telah dimulai sejak tahun 90-an. Perkembangan internet sekarang ini luar biasa melakukan penetrasi di berbagai belahan bumi sampai memasuki ruang-ruang kecil di setiap sendi kehidupan. Sehingga, jika dahulu terbiasa dengan informasi terbatas, sekarang menerima informasi tanpa batas.

Hal ini disampaikan oleh Ustaz Muhammad Aziz. S.T., M.Cs. Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (PWM DIY) dan juga sebagai dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) selaku narasumber dalam agenda bertajuk Tausiyah Online. Acara ini diselenggarakan oleh Majelis Tabligh PWM DIY pada Senin, (25-04-2022) secara daring melalui Zoom Meeting dan kanal YouTube mediamuID, dengan mengusung tema “Reformulasi Dakwah Melalui Medsos untuk Keadaban Digital”.

Selanjutnya ia menyampaikan lahirnya istilah agama digital yang muncul pada 2012, istilah ini digunakan untuk menentukan jenis-jenis ekspresi keagamaan yang terjadi di media digital dan berdampak pada praktik keagamaan. Misalnya, salat jamaah secara virtual, pembayaran zakat virtual, dan ziarah virtual. 

“Inilah perkembangan dari penggunaan teknologi digital dalam mendekati praktik keagamaan. Teknologi digital berhasil membentuk praktik beragama dengan cara baru dan mengarah pada apa yang selama ini menjadi kekhawatiran para ahli,” ujar Ustaz Aziz.

Muhammad Aziz. S.T., M.Cs. (kanan) Ketua PWM DIY sekaligus dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) narasumber Tausiyah Online yang diadakan PWM DIY (Foto: Ghufron)

Menurutnya, teknologi digital dapat meningkatkan sekaligus melemahkan partisipasi publik atau masyarakat. “Salah satu titik lemah dari penggunaan teknologi digital dalam praktik keagamaan adalah melemahkan kohesivitas nilai-nilai sosial di antara umat beragama atau bagi Islam itu sendiri. Sedangkan dalam dunia pendidikan, menurut Al-Humaid (2019) mengatakan bahwa teknologi digital bisa mengakibatkan dehumanisasi pendidikan atau distorsi hubungan antara guru dan murid, bahkan berakibat pada kesenjangan sosial antara si kaya dengan si miskin.”

Terkait keadaban di ruang digital, Ustaz Aziz menampilkan data yang menyebutkan 115 juta gambar dihapus dari internet setiap tahun karena komentar negatif dan kasar. Kemudian statistik dari berbagai laporan di seluruh dunia menunjukkan bahwa rata-rata lebih dari 30 persen anak muda pernah mengalami cyberbullying atau pelecehan online. Pelecehan online ini diketahui dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia, ras, agama, atau jenis kelamin di mana pun mereka berada. 

Hasil survei DCI tahun 2020 menyebutkan tingkat kesopanan warga internet (warganet) Indonesia paling buruk se-Asia Pasifik dan meningkat setiap tahunnya. “Dengan kata lain, diksi-diksi yang dipakai oleh warganet Indonesia itu kasar, mengandung perundungan, dan pelecehan. Hal ini sangat memprihatinkan, padahal Indonesia dikenal sebagai muslim country karena mayoritas berpenduduk muslim. Sayangnya, dalam implementasi nilai-nilai keislaman tidak dilakukan dan tingkat kesopanannya sangat buruk,” jelasnya.

Kemudian, berdasarkan data survei DCI tahun 2021 yang dipaparkan oleh Ustaz Aziz, dari 32 negara sebanyak 30 persen responden melaporkan keadaban digital memburuk selama pandemi, sebanyak 82 persen negara yang disurvei melaporkan keadaban digital lebih buruk selama pandemi, serta semua usia dan jenis kelamin setuju bahwa tingkat keadaban digital tidak terlalu baik.

Dari data tersebut, ia menekankan jika permasalahan ini menjadi tanggung jawab bersama, baik para ulama, cendikiawan, akademisi, dan orang tua untuk menyampaikan kepada publik tentang bagaimana agar bisa menjaga etika dalam bermedia sosial, serta lebih beradab dalam penggunaan teknologi digital.

Sementara itu, dalam mendefinisikan keadaban digital, Ustaz Aziz memaparkan beberapa definisi dari beberapa tokoh. Salah satunya menurut Dr. Rusdiyanta, S.I.P., S.E., M.Si. bahwa adab adalah segala bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti, atau akhlak. Beradab adalah berbudi bahasa yang baik berlaku sopan.

Kemudian dalam bahasa yang lebih masa kini, keadaban digital sering kali disebut dengan netiquette yang secara harfiah merupakan versi modern dari etika di internet. Dalam interpretasinya, komunikasi melalui ruang digital lebih berpotensi menciptakan kesalahpahaman akibat absennya kontak tatap muka, bahasa tubuh, nada suara, dan ekspresi wajah. Namun, secara prinsip, memikirkan apa yang akan dikatakan dan bagaimana mengatakannya secara langsung sama pentingnya ketika dilakukan secara online. Selalu berpikir sebelum mengirimkan informasi atau menyebarkannya. 

Lebih lanjut mengenai pergeseran aktivitas masyarakat akibat teknologi, Ustaz Aziz menyebutkan kalau fasilitas teknologi makin mudah dijangkau masyarakat telah menggeser aktivitas masyarakat dari realitas nyata ke realitas maya. 

Perpindahan ini menciptakan perilaku disinhibition online effect yang terbagi menjadi dua kategori yaitu disinhibisi jinak menggambarkan perilaku saat orang mungkin mengungkapkan diri lebih banyak di internet daripada di kehidupan nyata, atau berusaha keras untuk membantu seseorang atau menunjukkan kebaikan. Selain itu terdapat toxic disinhibition yang menggambarkan perilaku mencakup bahasa kasar, ancaman, dan mengunjungi tempat-tempat pornografi, kejahatan, juga kekerasan di tempat-tempat yang mungkin tidak dikunjungi orang tersebut dalam kehidupan nyata.

Dalam mengakhiri pemaparannya, Ustaz Aziz memberikan delapan kompetensi keadaban digital yang perlu diketahui oleh warganet, yang masing-masing dapat dikembangkan pada tiga tingkatan yaitu kewarganegaraan, kreativitas, dan daya saing. 

Delapan kompetensi keadaban digital yaitu:

  1. Identitas warga digital yaitu kemampuan untuk membangun dan mengelola identitas yang sehat secara luring dan daring dengan integritas.
  2. Manajemen waktu layar yaitu kemampuan untuk mengatur waktu layar seseorang, multitasking, dan partisipasi dalam game online serta media sosial dengan kontrol diri.
  3. Manajemen cyberbullying yaitu kemampuan untuk mendeteksi situasi cyberbullying dan menanganinya dengan bijak. 
  4. Manajemen keamanan siber yaitu kemampuan untuk melindungi data seseorang dengan membuat kata sandi yang kuat dan mengelola berbagai serangan siber.
  5. Manajemen privasi yaitu kemampuan untuk menangani semua informasi pribadi yang dibagikan secara online untuk melindungi privasi seseorang dan orang lain.
  6. Berpikir kritis yaitu kemampuan untuk membedakan antara informasi yang benar dan salah, konten yang baik dan berbahaya, serta kontak online yang dapat dipercaya dan dipertanyakan.
  7. Jejak digital yaitu kemampuan untuk memahami sifat jejak digital dan konsekuensinya dalam kehidupan nyata serta untuk mengelolanya secara bertanggung jawab.
  8. Empati digital yaitu kemampuan untuk menunjukkan empati terhadap kebutuhan dan perasaan diri sendiri juga orang lain secara online. (guf)
https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Muhammad-Aziz.-S.T.-M.Cs_.-Ketua-PWM-DIY-sekaligus-dosen-Universitas-Ahmad-Dahlan-kanan-narasumber-Tausiyah-Online-yang-diadakan-oleh-PWM-DIY-Foto-Ghufron.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2022-05-07 06:19:002022-05-07 06:27:57Delapan Kompetensi Keadaban Digital yang Perlu Diketahui
Page 29 of 56«‹2728293031›»

TERKINI

  • UAD Gelar Wisuda Periode III Tahun Akademik 2024/202510/05/2025
  • PBI UAD Gelar Syawalan dan Lantik Pengurus KAMADA Periode 2025–202809/05/2025
  • Mahasiswa UAD Latih Kemampuan Jurnalistik Lewat Magang di Lembaga Muhammadiyah09/05/2025
  • PBSI FKIP UAD Gelar Sapa Prodi, Mahasiswa Dapat Ruang Suara dan Solusi09/05/2025
  • IMM FKM UAD Jalin Sinergi Inovatif dengan IMM Psikologi UMP09/05/2025

PRESTASI

  • UKM Voli UAD Raih 2 Trofi pada Ajang Febipharm Championship 202508/05/2025
  • Mahasiswi Magister Kesehatan Masyarakat UAD Berprestasi di Nusantara Writing Festival 305/05/2025
  • Mahasiswa FEB UAD Raih Juara I Lomba Futsal dalam Semarak Milad IMM DIY03/05/2025
  • Pramudya Wijaya, Sabet Juara II Menyanyi Kategori Solo Pop Putra dan Solo Keroncong Putra02/05/2025
  • IMM Djazman Al-Kindi Sabet Juara I & II dalam Semarak Milad IMM se-DIY02/05/2025

FEATURE

  • Masyarakat yang Tangguh dalam Menghadapi Bencana09/05/2025
  • ABCDE-in Hidupmu: Strategi Membangun Karier dan Finansial Sejak Dini08/05/2025
  • Membentuk Mentalitas Juara Seorang Atlet08/05/2025
  • Bencana Urusan Bersama, Bukan Tanggung Jawab Tunggal07/05/2025
  • Pendidikan sebagai Jalan Jihad Melawan Kemiskinan07/05/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top