• TERKINI
  • UAD BERDAMPAK
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Pentingnya Personal Branding di Era Digital

04/12/2024/in Feature /by Ard

Dr. Najih Farihanto, S.I.Kom., M.A., Narasumber ADAF #10 (Dok. Dilla)

Ahmad Dahlan Accounting Fair (ADAF) ke-10 kembali digelar dengan meriah di Amphitarium Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Kampus IV. Salah satu sesi yang menarik perhatian peserta adalah presentasi dari Dr. Najih Farihanto, S.I.Kom., M.A., dosen Ilmu Komunikasi UAD sekaligus konten kreator TikTok. Dengan tema “Personal Branding on the Digital Age”, ia membahas pentingnya membangun identitas diri di era digital.

Dalam pemaparannya, Dr. Najih menekankan bahwa era digital memberikan peluang besar bagi individu untuk mengeksplorasi dan memaksimalkan potensi diri melalui personal branding. Ia menjelaskan bahwa personal branding dapat dibangun secara natural, yakni sesuai dengan karakter asli, atau by design, yaitu dirancang dengan strategi tertentu. “Salah satu contoh personal branding by design adalah Aldi Taher, yang menciptakan identitas unik untuk menarik perhatian publik,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Dr. Najih menguraikan cara membangun karakter personal branding yang efektif. Ia menyebutkan tiga langkah utama: be different (menjadi unik), know yourself (kenali diri sendiri), dan know your audience (pahami audiens). Dalam era media sosial saat ini, platform seperti TikTok, Instagram, Twitter/X, Facebook, dan LinkedIn memainkan peran penting dalam membentuk citra diri. “Setiap platform memiliki kekuatannya masing-masing, seperti Instagram yang menonjolkan fitur Story sebagai elemen personal touch,” tambahnya.

Dr. Najih juga memberikan tips agar personal branding lebih menonjol. Ia menyarankan untuk selalu mengikuti tren, riding the wave (memanfaatkan tren), dan follow the wave (mengikuti arus). Selain itu, konten yang dibuat sebaiknya menarik, relevan, menyelesaikan masalah, atau menghibur. Dalam sesi tersebut, ia memutar beberapa contoh konten kreatif yang sukses menunjukkan personal branding yang kuat.

Mengakhiri sesi, Dr. Najih menyampaikan pesan inspiratif kepada para peserta, “You are what you post, be wise.” Ia menekankan pentingnya bijak dalam memanfaatkan media sosial dan membangun personal branding yang positif. Meski demikian, ia juga mengingatkan bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk berpendapat di dunia digital. Seminar ini memberikan wawasan berharga bagi peserta untuk memanfaatkan era digital secara maksimal dalam mengembangkan identitas dan karier mereka. (Dilla)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Dr.-Najih-Farihanto-S.I.Kom_.-M.A.-Narasumber-ADAF-10-Dok.-Dilla.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-12-04 10:09:102024-12-04 10:26:06Pentingnya Personal Branding di Era Digital

Pentingnya Manajemen Strategis untuk Karier Generasi Muda

04/12/2024/in Feature /by Ard

Fitri Maulidah Rahmawati, S.E., M.Si. Narasumber ADAF #10 (Dok. Dilla)

Ahmad Dahlan Accounting Fair (ADAF) ke-10 sukses diselenggarakan di Amphitarium Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Kampus IV pada hari Rabu, 27 November 2024, dengan tema besar yang membahas manajemen strategis dalam membangun karier generasi muda. Acara ini dihadiri oleh berbagai peserta, mulai dari mahasiswa hingga profesional muda. Salah satu sesi yang menarik perhatian adalah presentasi dari narasumber Fitri Maulidah Rahmawati, S.E., M.Si., dosen Manajemen Universitas ‘Aisyiyah (UNISA), yang membahas “Manajemen Strategis untuk Membangun Karier: Panduan untuk Generasi Z & Milenial”.

Dalam paparannya, Fitri menjelaskan bahwa manajemen strategis adalah proses menetapkan tujuan karier, mengembangkan strategi, dan menyesuaikan rencana berdasarkan kemajuan. Ia menekankan pentingnya memberikan arahan yang jelas dalam menghadapi pasar kerja yang cepat berubah. Dengan strategi yang tepat, generasi muda dapat mengambil keputusan lebih bijak terkait karier mereka. “Manajemen strategis memberikan kerangka untuk menyusun langkah-langkah konkret menuju kesuksesan, terutama di tengah dinamika dunia kerja saat ini,” ujarnya.

Fitri juga memaparkan empat alat manajemen strategis yang dapat digunakan untuk kesuksesan karier. Pertama, analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) untuk mengevaluasi potensi dan tantangan pribadi. Kedua, personal branding untuk membangun citra profesional yang kuat. Ketiga, menetapkan sasaran yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu (SMART goals). Keempat, pemetaan karier untuk merancang langkah-langkah jangka panjang. Generasi milenial, menurutnya, menekankan keseimbangan kerja dan kehidupan, fleksibilitas, serta karier yang bermakna, sementara gen Z lebih memprioritaskan keadilan sosial, inklusivitas, dan kesehatan mental.

Pentingnya pengembangan keterampilan juga menjadi sorotan. Fitri menjelaskan bahwa perubahan pasar kerja memerlukan adaptasi yang cepat dan peningkatan kompetensi. Ia mengingatkan bahwa keterampilan seperti komunikasi, pemecahan masalah, dan kemampuan digital adalah kunci untuk bertahan di era ini. “Menghadapi dunia kerja yang terus berubah, pengembangan keterampilan adalah investasi jangka panjang,” tuturnya.

Mengakhiri sesi, Fitri mengutip kata-kata Umar ibn al-Khattab, “No amount of guilt can change the past, and no amount of worrying can change the future.” Ia mengajak peserta untuk fokus pada masa kini dan terus membangun masa depan yang lebih baik melalui manajemen strategis. Dengan wawasan yang dibagikan, seminar ini memberikan panduan praktis bagi generasi muda dalam menavigasi dunia kerja yang kompetitif. (Dilla)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Fitri-Maulidah-Rahmawati-S.E.-M.Si_.-Narasumber-ADAF-10-Dok.-Dilla.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-12-04 09:44:252024-12-04 09:44:25Pentingnya Manajemen Strategis untuk Karier Generasi Muda

Kisah Sukses Mufti Putri Dewi Buana, Juara II Mawapres FSBK dari Ilkom UAD

02/12/2024/in Feature /by Ard

 

Kisah Sukses Mufti Putri Dewi Buana Juara II Mawapres FSBK dari Ilkom UAD (Dok. Istimewa)

Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menggelar seleksi Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) tingkat fakultas. Kompetisi tahunan yang diadakan di lingkungan perguruan tinggi ini bertujuan untuk memilih mahasiswa terbaik dari setiap fakultas. Mahasiswa diseleksi berdasarkan prestasi akademik dan non-akademik yang unggul, serta keterampilan lain seperti kepemimpinan, kemampuan komunikasi, maupun penguasaan bahasa Inggris. Pada Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi (FSBK) UAD, untuk juara kedua diraih oleh, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi 2021 yakni Mufti Putri Dewi Buana.

Mufti membagikan pengalaman yang sangat menarik ini dengan menjelaskan bahwa awal mula yang mendasari dirinya mendaftar Pilmapres adalah rasa semangatnya yang tidak berhenti untuk berjuang karena dulu pada tahun 2023 sempat gagal ketika mendaftar tingkat fakultas. Akhirnya dengan rasa pantang menyerah, ia kembali mencoba di tahun 2024. Ia ingin menguji semua kemampuan dirinya dikarenakan mawapres poin seleksinya sangat kompleks.

“Setelah dinyatakan sebagai juara kedua, saya merasa akhirnya terbayarkan semua kegagalan saya. Jadi juara, menurut saya jadi hal yang juga saya nantikan. Namun, yang paling saya senang adalah berproses bersama dengan teman-teman yang ikut Sekolah Mawapres FBSK kemarin,” katanya.

Ia melanjutkan, “Tipsnya agar bisa berhasil di pilmapres, dari mahasiswa baru, kita sudah harus tahu apa yang kira-kira di-push untuk mencapai poin tinggi di capaian unggulan. Saya sendiri terbantu di poin penghargaan dan hasil karya. Jadi, atur strategi poin capaian unggulan biar total skor paling tinggi bisa masuk.”

Mufti menambahkan bahwa harapan dirinya melalui ajang ini adalah membawa nama fakultas dan UAD juara di nasional. Ia juga ingin bisa berkomitmen mewakili UAD untuk lanjut di seleksi pilmapres. Hambatan yang dirasakannya tentunya ada dikarenakan mengikuti Sekolah Mawapres FSBK itu dua minggu penuh untuk pelatihan. Hambatan lainnya terkait manajemen waktu karena ia juga bekerja freelance, ujian tengah semester (UTS), ikut kegiatan pilmapres, dan kegiatan di Debating Community (DeCo) UAD.

Sebagai penutup, Mufti menyampaikan pesannya kepada teman-teman UAD agar terus terpacu semangat berkompetisi. “Saingan kita sudah keren-keren, kalau kita cuma jadi mahasiswa biasa, itu rugi banget. Kuliah itu biayanya mahal dan nggak semua orang bisa kuliah. Jadi, selama masih punya status mahasiswa, carilah pengalaman dan prestasi sebanyak mungkin. Agar di dunia kerja kita bisa lebih percaya diri dengan yang lain.” (Rini)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kisah-Sukses-Mufti-Putri-Dewi-Buana-Juara-II-Mawapres-FSBK-dari-Ilkom-UAD-Dok.-Istimewa-1.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-12-02 15:00:312024-12-02 17:53:45Kisah Sukses Mufti Putri Dewi Buana, Juara II Mawapres FSBK dari Ilkom UAD

Cerita Alumnus Teknik Elektro UAD Raih Beasiswa MEXT ke Jepang

30/11/2024/in Feature /by Ard

Syahid Al Irfan Alumni Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Raih Beasiswa MEXT ke Jepang (Dok. Syahid)

Syahid Al Irfan, alumnus Program Studi Teknik Elektro Universitas Ahmad Dahlan (UAD) angkatan 2015 yang lulus pada 2019, kini melanjutkan studi S-2 di Fakultas Software and Information Science, Iwate Prefectural University, Jepang. Ia berhasil meraih beasiswa prestisius MEXT University to University (U to U), yang memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi dunia akademik di Negeri Sakura. Keberhasilan ini tak lepas dari persiapan matang dan strategi yang ia jalankan sejak masa kuliah.

Menurut Syahid, salah satu kunci utama untuk mendapatkan beasiswa U to U adalah kemampuan bahasa Inggris. Ia menyarankan agar mahasiswa membiasakan diri menggunakan bahasa Inggris di bidang yang mereka sukai, seperti gim atau novel, untuk meningkatkan kenyamanan dan kelancaran. Selain itu, kemampuan komunikasi yang baik dengan dosen atau profesor sangat penting, terutama untuk berdiskusi mengenai topik riset.

“Jangan malu meminta ikut serta dalam penelitian dosen jika memiliki waktu fleksibel,” kata Syahid. Ia juga menekankan pentingnya mencari tahu topik penelitian dosen sebelum mendiskusikannya dan membawa materi pendukung yang relevan, sekecil apa pun itu.

Syahid berbagi pengalaman bahwa topik riset yang dipilih untuk S-2 atau S-3 sebaiknya relevan dengan penelitian profesor yang dituju. Informasi ini dapat diperoleh melalui publikasi ilmiah terakhir atau situs resmi universitas. “Contohnya, jika seorang profesor meneliti pengaruh suhu ruangan terhadap kemampuan siswa belajar, mahasiswa bisa mencari penelitian serupa di Google Scholar untuk memperkaya diskusi,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa langkah ini menunjukkan keseriusan dan kesungguhan calon mahasiswa dalam berkontribusi pada penelitian profesor tersebut.

Selain itu, Syahid menggarisbawahi pentingnya memahami makna mendapatkan beasiswa. “Beasiswa adalah dukungan untuk menjadi versi terbaik dari diri kita,” ungkapnya. Oleh karena itu, pelamar harus menunjukkan potensi mereka secara nyata, bukan sekadar terlihat dari luar. Ia juga menyebutkan beberapa persyaratan yang dulu ia perlukan, seperti sertifikat TOEIC, sertifikat konferensi atau lomba internasional, serta Research Plan yang sesuai dengan topik profesor yang dituju.

Syahid berharap pengalamannya bisa menginspirasi mahasiswa UAD lainnya untuk meraih peluang serupa. Ia mendorong mereka untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin, baik dari segi akademik maupun komunikasi, dan untuk tidak ragu mengejar mimpi studi ke luar negeri. “Kesempatan itu ada, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya dengan maksimal,” tutupnya. (Dilla)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Syahid-Al-Irfan-Alumni-Teknik-Elektro-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Raih-Beasiswa-MEXT-ke-Jepang-Dok.-Syahid.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-30 19:05:212024-11-30 19:05:21Cerita Alumnus Teknik Elektro UAD Raih Beasiswa MEXT ke Jepang

Kampus, Akademisi, dan Psikologi dalam Sorotan Persoalan Sampah di Kota Jogja

28/11/2024/in Feature /by Ard

Biru dan Hijau Ilustrasi Nol Limbah Presentation (Dok. Ilhamsyah M. N.)

Penulis: Ilhamsyah Muhammad Nurdin

Mahasiswa Magister Psikologi UAD

Permasalahan sampah di Kota Yogyakarta kembali memanas, menyusul inspeksi mendadak Menteri Lingkungan Hidup (LH) ke depo sampah Mandala Krida pada 18 November 2024. Kritik tajam Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Jogja, Sinarbiyat Nurjanat, menyoroti minimnya alokasi anggaran Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja dalam menangani masalah ini. DPRD menyebut Pemkot terlalu bergantung pada bantuan pemerintah pusat dan provinsi, sehingga terkesan “pelit” dalam menganggarkan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk mengatasi permasalahan yang kian mendesak.

Akan tetapi, di balik dinamika politik ini, kampus dan akademisi memiliki potensi signifikan untuk memberikan kontribusi solusi konkret terhadap isu tersebut. Bagaimana posisi kampus dalam konteks ini? Dan bagaimana psikologi melihat peran serta kontribusi akademisi terhadap masalah sosial seperti sampah?

Kampus sebagai Agen Solusi Sosial

Kampus bukan hanya sekadar institusi pendidikan, tetapi juga pusat intelektual dengan kemampuan analisis dan penyelesaian masalah berbasis penelitian. Dalam konteks persoalan sampah di Kota Jogja, kampus memiliki potensi besar untuk berkontribusi sebagai penyedia riset dan teknologi. Melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah, kampus dapat membantu mengembangkan teknologi pengelolaan sampah modern yang efisien dan ramah lingkungan. Fakultas teknik, lingkungan, dan teknologi informasi dapat dilibatkan dalam menciptakan solusi inovatif, seperti insinerator atau sistem daur ulang otomatis.

Selain itu, kampus juga berperan sebagai pusat edukasi dan kampanye publik. Program-program berbasis psikologi perilaku dapat dirancang untuk mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah. Pendekatan berbasis insentif atau pembentukan komunitas peduli sampah, dengan melibatkan mahasiswa sebagai fasilitator, dapat menjadi strategi efektif.

Lebih jauh lagi, kampus dapat mendorong kebijakan publik dengan menyediakan penelitian akademik sebagai basis ilmiah dalam perumusan kebijakan. Kajian mendalam mengenai pengelolaan sampah, analisis anggaran, serta evaluasi efektivitas program yang dijalankan oleh Pemkot Jogja dapat menjadi kontribusi nyata untuk menciptakan kebijakan yang lebih baik dan berkelanjutan.

Psikologi dan Isu Sampah: Perilaku, Kebijakan, dan Kepemimpinan

Psikologi melihat permasalahan sampah sebagai isu kompleks yang melibatkan perilaku manusia, dinamika sosial, dan pengaruh kebijakan. Dalam konteks Jogja, terdapat tiga perspektif psikologi yang relevan untuk memahami dan mengatasi masalah ini.

Pertama, psikologi perilaku dan edukasi lingkungan. Perspektif ini menyoroti bahwa persoalan sampah tidak hanya terkait teknologi, tetapi juga perilaku masyarakat. Kebiasaan membuang sampah sembarangan, rendahnya kesadaran untuk mendaur ulang, dan budaya konsumsi yang tidak ramah lingkungan menjadi tantangan utama. Solusi jangka panjang dapat berupa kampanye perubahan perilaku berbasis psikologi, seperti pendekatan nudge. Misalnya, menyediakan tempat sampah tematik atau memberikan penghargaan kepada masyarakat yang aktif dalam pengelolaan sampah.

Kedua, psikologi organisasi dan kepemimpinan. Perspektif ini menyoroti kritik terhadap Pemkot Jogja, terutama dalam hal kepemimpinan dan pengelolaan organisasi. Psikologi organisasi dapat membantu mengevaluasi efektivitas tim Transparansi Pengelolaan Anggaran Daerah (TPAD) dalam menetapkan prioritas anggaran. Selain itu, pendekatan ini menekankan pentingnya kepemimpinan visioner untuk mendorong langkah konkret, seperti pengalokasian anggaran yang lebih signifikan untuk menangani persoalan sampah.

Ketiga, psikologi sosial dan kolaborasi. Perspektif ini menggarisbawahi pentingnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan kampus. Psikologi sosial dapat digunakan untuk menjembatani kolaborasi ini, misalnya melalui pemahaman dinamika kelompok, persepsi publik terhadap kebijakan pemerintah, dan strategi untuk meningkatkan partisipasi komunitas dalam pengelolaan sampah.

Kritik terhadap Pemkot Jogja dan Tantangan Akademisi

Kritik yang disampaikan oleh Wakil Ketua DPRD Kota Jogja, Sinarbiyat Nurjanat, mengungkapkan bahwa alokasi anggaran Pemkot untuk pengelolaan sampah masih jauh dari optimal. Hal ini terlihat dari besarnya sisa lebih pembiayaan anggaran (Silpa), yang mencerminkan ketidakefisienan dalam penggunaan dana daerah. Situasi ini menimbulkan pertanyaan mendasar: mengapa isu sampah, yang secara nyata memengaruhi kualitas hidup masyarakat, belum menjadi prioritas utama?

Di sisi lain, institusi akademik, seperti kampus, sering terjebak dalam paradigma “menara gading”. Hasil penelitian yang dihasilkan tidak selalu diterapkan dalam kebijakan publik, sehingga mencerminkan kurangnya keterhubungan antara dunia akademik dan realitas sosial. Hal ini menantang akademisi untuk keluar dari zona nyaman, lebih dekat dengan masyarakat, dan menawarkan solusi yang aplikatif.

Untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Jogja, beberapa rekomendasi dapat diajukan. Pertama, optimalisasi peran kampus melalui pembentukan tim riset khusus yang fokus menangani isu sampah. Tim ini dapat mencakup penelitian tentang teknologi pengelolaan sampah modern, pola perilaku masyarakat, hingga perumusan kebijakan berbasis bukti.

Kedua, Pemkot perlu mengadopsi anggaran berbasis hasil dengan menetapkan target dan indikator kinerja yang jelas untuk pengelolaan sampah. Ketiga, melibatkan mahasiswa dan komunitas lokal dalam kampanye edukasi lingkungan, seperti gerakan “Jogja Bebas Sampah”, yang menggunakan pendekatan psikologi perilaku untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

Keempat, mengimplementasikan kebijakan inovatif yang belajar dari kota-kota lain yang berhasil, seperti Surabaya dengan program bank sampahnya. Program-program ini terbukti mampu memberikan dampak signifikan dalam jangka panjang, sekaligus menjadi contoh pengelolaan sampah yang efisien dan efektif.

Mengubah Krisis Menjadi Peluang

Masalah sampah di Kota Jogja bukan sekadar urusan Pemkot, tetapi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat, termasuk kampus dan akademisi. Dengan pendekatan berbasis psikologi, sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan kampus dapat menghasilkan solusi yang holistik dan berkelanjutan.

Seperti yang diungkapkan Menteri Lingkungan Hidup, persoalan sampah adalah cerminan keseriusan kita menjaga lingkungan. Maka, mari kita jadikan masalah ini sebagai momentum untuk berbenah, berinovasi, dan bersama-sama menciptakan Jogja yang lebih bersih dan layak huni.

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Biru-dan-Hijau-Ilustrasi-Nol-Limbah-Presentation-Dok.-Ilhamsyah-M.-N.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-28 10:11:372024-11-28 10:11:37Kampus, Akademisi, dan Psikologi dalam Sorotan Persoalan Sampah di Kota Jogja

Cerita Inspiratif Ardi, Atlet Karate Kebanggaan UAD

28/11/2024/in Feature /by Ard

Mas Hardiyanto Nugroho, Atlet Karate Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok Ardi)

Mas Hardiyanto Nugroho, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2022 Universitas Ahmad Dahlan (UAD), sukses menorehkan berbagai prestasi gemilang di bidang karate. Sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Karate UAD, Ardi sapaan akrabnya, telah meraih sejumlah penghargaan, termasuk Juara I di WTA Piala Kemenpora RI, Juara I UIN SuKa Cup XII, dan Juara I Badung Open Karate 2. Di balik deretan kemenangan tersebut, ada cerita menarik tentang perjuangan, dedikasi, dan semangat pantang menyerah yang patut diapresiasi.

Bagi Ardi, karate adalah lebih dari sekadar olahraga. Seni bela diri ini telah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil. Bergabung dengan UKM Karate UAD menjadi keputusan logis untuk melanjutkan passion yang telah ia tekuni.

“Karate banyak mengajarkan disiplin dan membentuk mental yang kuat, itu sangat berguna di kehidupan sehari-hari,” ungkapnya. Selain mendapatkan pengalaman baru, Ardi juga menikmati kesempatan untuk memperluas pertemanan dan menjelajahi berbagai tempat melalui kompetisi yang diikutinya.

Persiapan Ardi sebelum pertandingan terbilang intens. Ia menjalani latihan fisik yang ketat, mengasah konsentrasi, dan menjaga pola tidur yang teratur demi kebugaran tubuh. Evaluasi di setiap akhir sesi latihan menjadi kunci untuk meminimalkan kesalahan. Meski jadwal latihan sering kali padat, Ardi selalu menemukan motivasi untuk tetap semangat. “Capek itu pasti, tapi semuanya terbayar ketika melihat hasil dari usaha yang dilakukan,” katanya.

Tantangan terbesar Ardi adalah menjaga keseimbangan antara latihan karate dan tugas akademik. Ia mengakui bahwa manajemen waktu menjadi hal yang krusial. “Bagi waktu itu gampang-gampang sulit, tapi dengan pengaturan yang baik, semuanya bisa berjalan lancar,” jelasnya. Ia juga menekankan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental untuk menghadapi lawan yang lebih berpengalaman.

Keberhasilan Ardi tidak lepas dari dukungan pelatih, keluarga, dan teman-temannya. “Dukungan mereka adalah sumber kekuatan saya,” tuturnya penuh rasa syukur. Dengan semangat dan dedikasi, Ardi membuktikan bahwa keberhasilan tidak hanya soal kemenangan, tetapi juga tentang proses dan perjuangan yang dijalani. (Dilla)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Mas-Hardiyanto-Nugroho-Atlet-Karate-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok-Ardi.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-28 09:05:292024-11-28 09:05:29Cerita Inspiratif Ardi, Atlet Karate Kebanggaan UAD

Cerita Narendra, Mahasiswa Sastra Indonesia UAD Gemar Ciptakan Puisi

23/11/2024/in Feature /by Ard

Narendra, Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Gemar Ciptakan Puisi (Dok. Narendra)

Narendra Bramantyo K.R, mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra Budaya dan Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berhasil meraih dua juara sekaligus dalam cipta puisi, yakni juara I Cipta Puisi (DIEFSTARIA) Dies Natalis dan Festival Sastra dan Bahasa FIB Universitas Jenderal Soedirman dengan judul “Malam Kesetiaan” serta juara II Cipta Puisi Bulan Bahasa Universitas Sriwijaya berjudul “Tanjung Priok dan Bahasa-Bahasa Kesunyian yang Berlabuh ke Negeri Asal”. Mahasiswa yang kerap disapa Narendra ini merupakan mahasiswa yang gemar mengikuti perlombaan.

Sejak menjadi mahasiswa baru di tahun 2021, Narendra aktif dalam berbagai kompetisi puisi. Dalam proses kreatifnya, ia hanya membutuhkan waktu sekitar dua hari untuk menyelesaikan satu puisi. Lalu untuk inspirasi dalam menciptakan puisi sering kali ia peroleh dari beberapa bacaan seperti bacaan tentang kalangan sastrawan.

Puisi yang ia ciptakan pun memiliki tema yang bervariasi setiap tiga bulannya. Berkenaan dengan tema puisi, ada satu yang menjadi ketertarikan baginya dalam menulis puisi, yaitu tema isu sosial. Dikarenakan perihal menyuarakan isu-isu sosial dapat dibungkus dengan kalimat-kalimat yang indah dan implisit.

Narendra kini semakin dikenal sebagai salah satu penyair muda berbakat berkat kumpulan-kumpulan puisinya yang sudah tersedia di situs web kompas.id dengan judul “Puisi-Puisi Karya Narendra Brahmantyo K.R”. Puisi-puisi yang ia buat membantu menyemarakkan dunia sastra Indonesia dan dengan adanya kedalaman emosional serta imajinasi penulis membuat puisinya menarik perhatian para pembaca. Baginya, keindahan puisi tidak hanya terletak pada bahasa yang digunakan ataupun kata-kata yang indah, tetapi juga terletak pada bagaimana pengarang menyampaikan pesan secara implisit kepada pembaca.

Dalam menulis puisi, ia juga harus dihadapkan dengan tantangan berupa rasa malas, terutama ketika ia perlu melakukan riset untuk tema tertentu seperti sejarah. Perlombaan yang diikuti Narendra, berawal dari berani mencoba hal baru, dan tentunya lomba mudah didapatkan di platform Instagram. 

Kemudian pada tahun 2022, mulai dari semester 3, Narendra ikut berpartisipasi dalam ajang Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) dan berhasil meraih juara III di tingkat fakultas. Di tahun berikutnya, 2023, ia berhasil meraih prestasi lebih tinggi sebagai juara I di tingkat fakultas dan masuk dalam 5 besar di tingkat universitas. Menjadi Mawapres merupakan pengalaman yang tidak disangka-sangka bagi Narendra, karena saat awal berprestasi ia hanya berpegang teguh dengan kata “berani” dan “mau mencoba”. Namun dengan adanya jejak pengalaman di berbagai publikasi karya kejuaraan serta ajakan dari relasi mampu membuatnya sampai di titik ini.

Mengikuti Mawapres tidaklah mudah, dibutuhkan track record dalam perjalanan menjadi mahasiswa, berupa kejuaraan yang didapatkan, publikasi, dan karya yang diciptakan. Gagasan kreatif yang dihasilkan lebih mendalam, adanya presentasi, serta seleksi dari juri. Kelengkapan adanya publikasi jurnal sinta 4, kelanjutan proses menerbitkan jurnal sinta 2, dan 30 karya sastra puisi. 

Di tengah perjalanan semester 7, Narendra masih menyempatkan diri untuk menulis karya sastra berupa puisi. Ia berusaha memberikan motivasi kepada mahasiswa lain agar berani mengambil kesempatan dan terus berusaha, sehingga memiliki banyak peluang, seperti menjadi Mawapres dan mengikuti berbagai perlombaan. Meskipun banyak kegagalan yang dialami di awal, ia percaya bahwa itu adalah bagian dari proses perjalanan yang harus dijalani. (Dilla)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Narendra-Mahasiswa-Sastra-Indonesia-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Gemar-Ciptakan-Puisi-Dok.-Narendra.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-23 09:15:182024-11-23 09:16:54Cerita Narendra, Mahasiswa Sastra Indonesia UAD Gemar Ciptakan Puisi

Pilkada 2024: Apakah Kampus Hanya Penonton atau Penggerak Demokrasi?

21/11/2024/in Feature /by Ard

Kegiatan Ilhamsyah Muhammad Nurdin Mahasiswa Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Ilhamsyah)

Penulis: Ilhamsyah Muhammad Nurdin

Mahasiswa Magister Psikologi UAD 

Pilkada serentak yang dijadwalkan pada 27 November 2024 bukan hanya momen politik lima tahunan, tetapi juga sebuah peluang untuk mengkaji ulang peran akademisi dan kampus dalam ekosistem demokrasi. Dalam hitungan hari, hiruk-pikuk kampanye dan propaganda politik akan mencapai puncaknya. Di tengah arus informasi yang deras, posisi kampus sebagai institusi pendidikan tinggi sering menjadi sorotan: apakah kampus hanya menjadi pengamat pasif, atau seharusnya tampil aktif sebagai penggerak edukasi politik yang berlandaskan keilmuan?

Kampus sebagai Ruang Intelektual: Harapan dan Kenyataan

Secara normatif, kampus diharapkan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan pembentuk karakter kritis mahasiswa. Namun, kenyataannya, banyak kampus di Indonesia yang masih terjebak dalam dilema antara menjaga netralitas politik dan memenuhi tanggung jawab sosial. Tidak jarang, netralitas ini ditafsirkan sebagai sikap apolitis—sebuah paradoks mengingat kampus sejatinya adalah ruang diskursus terbuka.

Akademisi, sebagai aktor utama dalam kampus, juga menghadapi dilema yang sama. Di satu sisi, mereka memiliki tanggung jawab moral untuk menyuarakan kebenaran berdasarkan keilmuan. Di sisi lain, ketakutan akan stigmatisasi atau konflik dengan pihak tertentu membuat sebagian akademisi memilih untuk diam. Akibatnya, ruang diskursus intelektual yang seharusnya hidup di kampus menjadi redup, sementara masyarakat luas terjebak dalam dinamika politik praktis yang sering kali minim substansi.

Pilkada: Sebuah Arena Psikologi Sosial

Pilkada bukan hanya soal memilih pemimpin daerah, tetapi juga mencerminkan dinamika psikologi sosial dalam masyarakat. Fenomena seperti bias kelompok, pengaruh sosial, dan penyebaran informasi palsu sering kali mendominasi proses politik ini. Sebagai seorang psikolog sains, saya melihat bahwa kampus memiliki peran strategis untuk memitigasi efek-efek psikologis negatif ini melalui pendidikan politik berbasis keilmuan.

Salah satu teori yang relevan adalah teori identitas sosial yang dikembangkan oleh Henri Tajfel. Teori ini menjelaskan bagaimana individu cenderung mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tertentu, yang sering kali berujung pada polarisasi. Dalam konteks pilkada, polarisasi ini dapat memecah masyarakat menjadi kubu-kubu yang saling bertentangan, bahkan dalam isu-isu kecil. Kampus, dengan sumber daya intelektualnya, dapat menjadi penengah dengan menyediakan ruang diskusi yang berbasis data dan argumen logis.

Tantangan dan Hambatan Kampus dalam Konstelasi Pilkada

Akan tetapi, tidak dapat dimungkiri bahwa kampus menghadapi berbagai tantangan dalam memainkan peran strategis ini. Salah satu tantangan utama adalah independensi. Dalam beberapa kasus, kepentingan politik tertentu masuk ke dalam ranah akademik, baik melalui sponsor acara, pendanaan penelitian, maupun pengaruh pada struktur kepemimpinan kampus. Hal ini membuat posisi kampus sering kali terjebak dalam konflik kepentingan.

Selain itu, keterbatasan literasi politik di kalangan mahasiswa dan masyarakat luas juga menjadi kendala. Banyak mahasiswa yang belum memahami pentingnya menjadi pemilih kritis, apalagi berperan sebagai agen perubahan sosial. Dalam situasi ini, kampus harus mampu mengedukasi mahasiswa agar tidak hanya menjadi objek politik, tetapi juga subjek yang aktif dan sadar.

Tidak Ada Kata Terlambat

Meskipun pilkada tinggal hitungan hari, bukan berarti kampus dan akademisi kehilangan momentum untuk berkontribusi dalam proses demokrasi ini. Justru, waktu yang terbatas ini memberikan peluang bagi kampus untuk memainkan peran penting dalam memberikan edukasi politik kepada masyarakat, terutama mahasiswa. Ada beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa kontribusi kampus tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga penggerak yang mendorong pemilih untuk memilih berdasarkan pengetahuan yang mendalam dan bukan semata-mata identitas kelompok.

Salah satu langkah pertama yang bisa diambil adalah melalui edukasi politik melalui kampanye informasi. Kampus dapat menyelenggarakan seminar, diskusi publik, atau webinar yang membahas pentingnya memilih berdasarkan kualitas kandidat dan program kerjanya, bukan hanya identitas kelompok atau asal-usul politik. Dalam hal ini, teori Elaboration Likelihood Model dari Petty dan Cacioppo dapat menjadi landasan pendekatan yang efektif, di mana kampus fokus pada penyampaian informasi yang relevan, berbasis bukti, dan terstruktur dengan baik. Pendekatan ini akan mendorong mahasiswa untuk berpikir lebih kritis dalam memilih, memahami bahwa pilihan mereka harus berlandaskan pertimbangan rasional, bukan emosi atau pengaruh sosial yang bersifat sementara.

Selain itu, di era digital saat ini, media sosial menjadi alat yang sangat powerful untuk menyebarkan informasi dengan cepat dan efisien. Kampus dan akademisi dapat memanfaatkan platform-platform digital seperti Instagram, Twitter, YouTube, atau podcast untuk berbagi analisis politik yang berbasis data dan disampaikan dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat luas. Dengan menggunakan media sosial, kampus dapat menjangkau audiens yang lebih luas, baik mahasiswa maupun masyarakat umum, yang mungkin tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti seminar atau diskusi langsung. Hal ini juga membuka peluang untuk menciptakan kesadaran politik yang lebih inklusif dan terjangkau oleh semua kalangan.

Untuk meningkatkan dampaknya, kolaborasi antarkampus juga menjadi langkah penting yang perlu dipertimbangkan. Kampus-kampus di berbagai daerah dapat membangun jaringan untuk menciptakan gerakan edukasi politik yang lebih masif dan terkoordinasi. Kolaborasi ini bisa berupa pertukaran narasumber, publikasi bersama, atau bahkan penyelenggaraan acara lintas kampus yang menghadirkan berbagai perspektif politik. Dengan bekerja bersama, kampus-kampus bisa lebih efektif dalam menciptakan dialog yang konstruktif dan mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam menyuarakan pilihan mereka secara cerdas dan terinformasi.

Selain itu, penguatan karakter mahasiswa menjadi hal yang tidak kalah penting. Kampus harus mampu mendorong mahasiswa untuk menjadi pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki etika yang baik dan empati terhadap sesama. Dalam hal ini, teori Moral Foundations yang dikembangkan oleh Jonathan Haidt bisa menjadi pedoman untuk membangun kesadaran moral di kalangan mahasiswa. Teori ini menjelaskan bahwa keputusan moral dipengaruhi oleh berbagai fondasi seperti keadilan, kepedulian terhadap orang lain, serta rasa tanggung jawab sosial. Dengan membekali mahasiswa dengan pemahaman ini, kampus dapat membantu mereka untuk mengembangkan sikap empati dan bertanggung jawab dalam memilih pemimpin yang akan membawa kebaikan bagi banyak orang.

Setelah pilkada selesai, evaluasi dan publikasi akademik menjadi langkah selanjutnya yang perlu diambil oleh kampus. Proses demokrasi yang berjalan selama pilkada harus dievaluasi untuk melihat sejauh mana kesadaran politik masyarakat meningkat, serta bagaimana kampus berkontribusi dalam menciptakan pemilih yang cerdas. Kampus dapat mengadakan penelitian dan menulis publikasi akademik yang berfokus pada evaluasi terhadap proses demokrasi yang telah terjadi. Publikasi ini tidak hanya akan memberikan masukan konstruktif bagi pemerintah dan pihak terkait, tetapi juga memperkuat posisi kampus sebagai pengawal demokrasi yang berpihak pada kebenaran dan keadilan.

Dengan langkah-langkah strategis ini, kampus dan akademisi dapat menunjukkan peran aktif mereka dalam pilkada serentak 2024. Meskipun waktu yang tersisa sangat singkat, bukan berarti kontribusi kampus harus terlambat. Sebaliknya, momentum ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong pemilih yang lebih cerdas, memperkuat sistem demokrasi, dan menghasilkan pemimpin yang lebih berkualitas. Tidak ada kata terlambat untuk berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih baik melalui pendidikan politik yang berbasis pada nilai-nilai keilmuan dan etika yang kuat.

Mengubah Tantangan Menjadi Peluang

Dalam konteks ini, tidak ada kata terlambat untuk memulai perubahan. Pilkada serentak ini harus dilihat sebagai peluang bagi kampus dan akademisi untuk kembali meneguhkan perannya dalam masyarakat. Dengan berpegang pada prinsip keilmuan, kampus dapat menjadi oase di tengah kegaduhan politik praktis, sementara akademisi dapat menjadi teladan bagi masyarakat dalam menyikapi pilkada dengan bijak.

Sebagai penutup, penting untuk mengingat bahwa demokrasi yang sehat tidak hanya membutuhkan pemimpin yang baik, tetapi juga masyarakat yang kritis dan teredukasi. Kampus, dengan segala sumber daya intelektualnya, memiliki tanggung jawab moral untuk memastikan hal ini terwujud. Dengan kerja kolektif dan pendekatan yang berbasis keilmuan, kita dapat mengubah tantangan demokrasi menjadi peluang untuk membangun masa depan yang lebih baik. Tidak ada kata terlambat untuk berbuat baik—apalagi demi masa depan bangsa.

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Template-News-UAD-PUTIH.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-21 09:26:442024-11-21 09:26:44Pilkada 2024: Apakah Kampus Hanya Penonton atau Penggerak Demokrasi?

Gembira dan Sedih Sesuai Tuntunan Rasulullah saw.

20/11/2024/in Feature /by Ard

Khutbah Jumat oleh Rahmadi Wibowo Suwarno, Lc., M.A., M.Hum. di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Lusi)

Allah swt. telah memberikan berbagai potensi kepada manusia, yang menurut sebagian ulama berupa tiga hal utama, yaitu potensi fisik, potensi akal, dan potensi hati. Ketiga potensi ini hendaknya digunakan sebaik-baiknya sebagaimana yang dituntunkan oleh ajaran agama Islam. Menurut ulama, ibadah-ibadah yang dilakukan oleh seorang muslim juga dibagi menjadi tiga potensi, yakni ibadah fisik seperti pelaksanaan salat dan puasa, ibadah yang membutuhkan daya pikir, dan termasuk pula ibadah hati berupa iman atau percaya.

Salah satu hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dan juga diriwayatkan pula oleh Al-Hakim dalam mustadraknya berisi bahwa Rasulullah saw. pernah didatangi oleh seseorang, lalu ia bertanya: “Yaa Rasulullah, apa itu iman?”. Lalu Rasulullah pun menjawab: “Jika dengan perbuatan baikmu kamu merasa gembira dan dengan perbuatan jahatmu kamu gelisah, maka kamu masih berhak disebut mukmin (orang yang beriman). Beberapa ulama memberikan judul khusus untuk hadis ini yakni dengan sebutan ‘Gembira dan Sedih yang Dituntunkan oleh Rasulullah’.

Maka sebaliknya, ketika seseorang melakukan kebaikan ia merasa sedih dan ketika melakukan kejahatan ia merasa senang, maka iman di dalam hatinya seakan-akan telah hilang. Salah satu perbuatan baik yang terasa senang setelah melakukannya adalah dengan menebar kebaikan kepada orang lain, seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur’an yaitu orang-orang yang gemar berinfak dengan hartanya di jalan Allah. Kemudian orang yang berinfak tidak menyebut-nyebut jumlah yang telah dikeluarkan dan tidak menyakiti hati penerima, maka ia dijauhkan dari perasaan takut dan gelisah.

Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada hambanya dan menjadikan hati hambanya dengan hati yang lembut. Jika berbuat kebaikan akan merasa senang dan jika melakukan hal-hal yang dilarang akan merasa sedih.

Hal ini disampaikan pada khutbah Jumat 15 November 2024 dengan khatib Ust. Rahmadi Wibowo Suwarno, Lc., M.A., M.Hum. selaku Kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sekaligus Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. (Lus)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Khutbah-Jumat-oleh-Rahmadi-Wibowo-Suwarno-Lc.-M.A.-M.Hum_.-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Lusi.jpg 1068 1900 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-20 08:37:032024-11-20 08:37:03Gembira dan Sedih Sesuai Tuntunan Rasulullah saw.

Kesan Wisudawan UAD dari Cina: Pengalaman Berharga dan Harapan Masa Depan

18/11/2024/in Feature /by Ard

Liao Ziyi dan Huang Qingyi usai Wisuda di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada 9 November 2024 (Dok. Eka)

Liao Ziyi dan Huang Qingyi, dua wisudawan internasional dari Cina, berbagi pengalaman mereka selama kuliah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Keduanya mengungkapkan kesan yang mendalam tentang kehidupan akademik dan sosial di Yogyakarta, serta harapan mereka untuk masa depan.

Liao Ziyi merasa bahwa kuliah di UAD telah memperkaya hidupnya, baik secara akademik maupun pribadi. “Saya meningkatkan pengetahuan saya dalam bidang kuliah dan terlibat dalam berbagai kegiatan di kampus yang memperkaya kehidupan saya,” ujarnya. Ia juga merasakan adanya perbedaan model pendidikan antara universitas di Cina dan UAD, yang membuatnya senang dan semakin terbuka dengan sistem yang ada di Indonesia.

Meskipun mengalami tantangan dalam berbahasa Indonesia, Liao merasa sangat terbantu oleh dosen dan teman-teman yang selalu sabar mendukungnya. “Saya sangat terharu saat menyelesaikan skripsi saya, dukungan yang saya terima sungguh luar biasa,” ungkapnya.

Sementara itu, Huang Qingyi yang melanjutkan studi S-2 di UAD, juga memiliki kenangan manis selama berada di Yogyakarta. Ia merasa sangat diperhatikan sejak kedatangannya di Indonesia, karena dosen dan teman-teman UAD memberikan sambutan hangat. “Saat pertama kali tiba di Yogyakarta, dosen-dosen UAD menemui kami di bandara, menyiapkan akomodasi, dan membantu kami mencari tempat tinggal,” kenangnya.

Huang juga merasa betah belajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis karena suasana kampus yang sangat harmonis. Ia merasa sangat dihargai dan diterima, dengan dosen yang sabar membimbingnya dalam penulisan skripsi.

Pengalaman paling berkesan bagi Huang adalah keputusan untuk datang ke Indonesia dan belajar di UAD. “Setiap pengalaman saya di sini akan menjadi kenangan berharga yang tak terlupakan,” kata Huang. Melanjutkan studi S-2 di UAD adalah langkahnya untuk lebih menguasai ilmu profesional dan mengembangkan kemampuan akademiknya. “Saya ingin meningkatkan keterampilan penelitian dan pemecahan masalah, serta mencapai kesuksesan dalam karier saya,” tambahnya.

Keduanya berharap untuk terus berkembang di masa depan, baik dalam penguasaan bahasa Indonesia maupun kemampuan profesional mereka. Liao berharap dapat terus meningkatkan keterampilan bahasa Indonesia dan mencapai tingkat profesionalitas yang lebih tinggi. Sementara Huang bercita-cita untuk mencapai tujuan kariernya dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. “Saya berharap UAD semakin maju dan terus memberikan peluang bagi mahasiswa internasional untuk berkembang,” tutup mereka. (eka)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Liao-Ziyi-dan-Huang-Qingyi-usai-Wisuda-di-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-pada-9-November-2024-Dok.-Eka.jpg 1080 1920 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2024-11-18 09:54:422024-11-18 09:54:42Kesan Wisudawan UAD dari Cina: Pengalaman Berharga dan Harapan Masa Depan
Page 29 of 71«‹2728293031›»

TERKINI

  • PPKO BEM Fakultas Psikologi Beri Pelatihan di Sekolah Perempuan Poetri Mardika07/11/2025
  • Hanif Menapaki Perjalanan Panjang Penuh Doa dan Usaha07/11/2025
  • Membangun Generasi Berdaya dengan Iman dan Karya07/11/2025
  • Program Studi Akuntansi UAD Sandang Akreditasi Unggul07/11/2025
  • Tak Menyerah Meski Tanpa Orang Tua, Nona Carolina Buktikan Mimpi Bisa Dicapai07/11/2025

PRESTASI

  • KPS FH UAD Raih Juara II dalam Kompetisi Surat Gugatan Lokajaya Law Fair 202507/11/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Gold Medal di National Writing Competition (NWC) Universitas Andalas 202507/11/2025
  • Staf Humas UAD Raih Juara II Lomba Desain Poster Internasional SEIFA 202507/11/2025
  • Mahasiswa UAD Torehkan Prestasi Internasional di Ahmad Dahlan International Seminar #3 Competition 202507/11/2025
  • Mahasiswa Psikologi UAD Raih Juara II Nasional Lomba Fotografi AP2TPI 202506/11/2025

FEATURE

  • Hakikat Takwa dalam Kehidupan28/10/2025
  • Tali Allah adalah Tali Persatuan28/10/2025
  • Meraih Amalan Ahli Surga22/10/2025
  • Perjalanan Salsabilla Raih Gelar Sarjana dalam 3,3 Tahun20/10/2025
  • Unlock Your Next Level15/10/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top