• TERKINI
  • UAD BERDAMPAK
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Perubahan Iklim: Tantangan Global yang Mendesak untuk Dihadapi Bersama

30/11/2023/in Feature /by Ard

Sambutan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. dalam pembukaan acara Global Forum for Climate Movement di UAD (Dok. Bidang Humas & Protokol UAD)

Pada tahun 2023, Muhammadiyah merayakan milad ke-111 dengan tema yang menginspirasi, “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta”. Muhammadiyah, sebagai organisasi Islam yang berperan besar dalam pengembangan pendidikan, sosial, dan kesehatan, menandai perjalanan panjangnya dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Rangkaian milad ke-111 tahun Persyarikatan Muhammadiyah dibuka dengan diselenggarakannya forum lingkungan internasional yakni Global Forum for Climate Movement: Promoting Green Culture, Innovation, and Cooperation. Acara ini digelar di Ruang Amphitarium Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada 17–18 November 2023.

Pada sesi sambutan, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. menyebut bahwa ada sebanyak 13 negara yang terlibat sebagai pembicara pada forum ini. Adapun mereka memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari akademisi, praktisi, hingga pembuat kebijakan (policy maker) yang telah mendedikasikan hidupnya untuk merawat alam semesta.

“In this context, Muhammadiyah wants to bring this issue as a part of our commitment to save the nature and also to nurture the nature. It is our responsibility as human beings and also as muslims to be the Khalif of God. And one of the responsibilities of the Khalif of God is to nurture and to create prosperity on this earth,” tutur Abdul Mu’ti.

Perubahan iklim merupakan isu yang sangat kompleks karena menyangkut teologi, ekologi, sekaligus budaya. Ia menambahkan bahwa Muhammadiyah dalam hal ini berfokus untuk meningkatkan kesadaran manusia sebagai khalifah di muka bumi tentang tantangan lingkungan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim di dalam maupun di luar Persyarikatan Muhammadiyah.

“But here we want to bring to be a more practical in relation to how we could contribute to the issue of climate change, not only from the intellectual perspective but also how we could have movement in order that we could save the nature as a part of our responsibility as God’s Khalif in the earth,” jelasnya.

Sekilas tentang Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan pada 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Organisasi ini bertujuan untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat melalui pendidikan, dakwah, dan kesejahteraan sosial. Seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah berkembang menjadi salah satu kekuatan utama dalam memajukan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Komitmen ini terus dikembangkan hingga Muhammadiyah memperluas cakupannya untuk terlibat dalam isu-isu kontemporer, termasuk tantangan lingkungan seperti perubahan iklim.

Dengan memilih tema “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta” untuk milad ke-111, Muhammadiyah ingin menekankan pentingnya peran umat Islam dalam menjaga keberlanjutan dan keseimbangan alam. Ikhtiar atau usaha yang dimaksudkan dalam hal ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pelestarian lingkungan, pengembangan ekonomi berkelanjutan, hingga kepedulian terhadap kesejahteraan sosial.

Perhatian serius Muhammadiyah terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim, kata Mu’ti, sebetulnya telah digaungkan sejak Muktamar ke-47 di Makassar pada tahun 2015. Pada sisi praktis, lembaga pendidikan Muhammadiyah bahkan telah banyak yang menyisipkan kurikulum terpadu dan berbagai inisiatif untuk aksi penyelamatan lingkungan, seperti program Sedekah Sampah.

Global Forum for Climate Movement

Global Forum for Climate Movement merupakan sebuah forum yang berfungsi sebagai platform bagi para pemimpin, cendekiawan, aktivis, dan praktisi untuk berkumpul dan mendiskusikan strategi untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Forum ini menekankan pentingnya memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Tujuan Utama Forum

Terdapat beberapa tujuan utama hadirnya forum ini. Pertama, inisiatif pendidikan. Muhammadiyah menyadari pentingnya pendidikan dalam menumbuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu perubahan iklim. Forum ini dapat menampilkan program dan inisiatif pendidikan untuk memberdayakan individu dengan pengetahuan yang diperlukan untuk berkontribusi pada praktik-praktik berkelanjutan.

Kedua, kolaborasi dan kemitraan. Membangun kolaborasi dan kemitraan dengan organisasi global, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat lainnya merupakan hal yang sangat penting dalam mengatasi perubahan iklim. Forum ini menyediakan ruang bagi Muhammadiyah untuk terlibat dalam kemitraan yang bermakna untuk aksi kolektif.

Ketiga, advokasi kebijakan. Melalui forum ini, Muhammadiyah dapat mengadvokasi kebijakan di tingkat lokal, nasional, dan internasional yang mendorong praktik-praktik ramah lingkungan dan mengatasi akar penyebab perubahan iklim.

Perspektif Islam tentang Perubahan Iklim

Muhammadiyah, yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Islam, menekankan tanggung jawab umat manusia sebagai khalifah di bumi. Forum ini mengeksplorasi bagaimana ajaran Islam dapat menginformasikan dan memandu upaya-upaya untuk mengatasi perubahan iklim, dengan menyoroti keterkaitan antara kesejahteraan lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Global Forum for Climate Movement merupakan bukti komitmen Muhammadiyah dalam menjawab tantangan kontemporer melalui kombinasi nilai-nilai Islam, pendidikan, kolaborasi, dan advokasi. Dengan berpartisipasi aktif dalam diskusi global tentang perubahan iklim, Muhammadiyah berkontribusi pada upaya kolektif yang diperlukan untuk membangun masa depan yang berkelanjutan dan tangguh bagi generasi mendatang.

Pesan Kebersamaan

Dalam merayakan milad ke-111, Muhammadiyah mengajak semua pihak, tidak hanya anggota organisasi, untuk bersama-sama berikhtiar dalam menjaga keberlanjutan semesta. Kebersamaan umat Islam, kolaborasi dengan berbagai pihak, dan upaya nyata dalam menjaga alam adalah kunci untuk mencapai visi dan misi Muhammadiyah.

Milad ke-111 Muhammadiyah dengan tema “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta” bukan hanya merayakan sejarah panjang organisasi ini, tetapi juga menjadi panggilan bagi semua pihak untuk ikut serta dalam upaya menyelamatkan semesta. Dengan pendidikan, dakwah, dan pelayanan sosial sebagai pondasi, Muhammadiyah terus berkomitmen untuk menjadi kekuatan positif dalam membangun masyarakat yang adil, beradab, dan berkelanjutan. (Lid)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sambutan-Sekretaris-Umum-Pimpinan-Pusat-Muhammadiyah-Prof.-Dr.-Abdul-Muti-M.Ed_.-dalam-pembukaan-acara-Global-Forum-for-Climate-Movement-di-UAD-Dok.-Bidang-Humas-Protokol-UAD.jpg 1000 1500 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-11-30 11:10:402023-11-30 11:10:40Perubahan Iklim: Tantangan Global yang Mendesak untuk Dihadapi Bersama

LOGO MILAD KE-63 UAD

21/11/2023/in Feature /by Ard

Logo Milad ke-63 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Bidang Humas dan Protokol UAD)

Download Logo Milad ke-63 Universitas Ahmad Dahlan (UAD)

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Logo-Milad-ke-63-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Bidang-Humas-dan-Protokol-UAD.jpg 2084 2084 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-11-21 10:53:092023-11-21 10:53:09LOGO MILAD KE-63 UAD

Tantangan PTS Hadapi Penurunan Mahasiswa Baru dan Upaya Mengatasinya

07/11/2023/in Feature /by Ard

Breakfast Seminar Pelatihan Peningkatan Kepemimpinan Melalui Program iHiLead Erasmus+ di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Dok. Humas dan Protokol UAD)

Berdasarkan Peraturan Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri dari Permendikburistek No. 48 tahun 2022, kuota Seleksi Jalur Mandiri di Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) sampai 50 persen. Hal tersebut berdampak pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di seluruh Indonesia yang mengalami penurunan jumlah mahasiswa baru tahun 2023.

Berkaitan dengan hal itu, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar Seminar Pelatihan Peningkatan Kepemimpinan Perguruan Tinggi melalui program Leadership and Management Development Program (LMDP) Indonesian Higher Education Leadership (iHiLead) Erasmus+. Seminar berlangsung pada Jumat, 27 Oktober 2023 di Ruang Amphitheater Gedung Fakultas Kedokteran UAD. Kegiatan tersebut merupakan langkah dan upaya PTS untuk menghadapi tantangan penurunan jumlah mahasiswa baru.

Lebih lanjut, Rektor UAD Prof. Dr. Muchlas, M.T. mengungkapkan, “UAD mengalami penurunan jumlah mahasiswa baru yang cukup signifikan pada tahun 2023. Beberapa fakultas yang mengalami penurunan di antaranya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Sains, dan Keagamaan.”

Kemudian Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. yang merupakan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah V DIY sekaligus Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) mengatakan bahwa waktu yang tepat untuk penutupan Penerumaan Mahasiswa Baru (PMB) PTN adalah akhir Juli. Selain itu, penambahan kursi PTN yang tidak wajar menjadi salah satu penyebab penurunan mahasiswa.

Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D. yang merupakan Plt. Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V DIY menyampaikan beberapa penyebab penurunan mahasiswa baru di PTS beberapa tahun ini di antaranya sebagai berikut.

  1. Pandemi Covid-19.
  2. Pelaksanaan PMB Jalur Mandiri di PTN baik dari sisi kuota dan jalur mandiri yang terlalu besar dan waktu pendaftaran yang terlalu panjang yakni sampai 15 Agustus 2023, yang masih memungkinkan menerima mahasiswa baru di Jalur Mandiri sepanjang kuota 50 persen tersebut belum tercapai.
  3. Kondisi ekonomi.

Menanggapi hal tersebut beberapa upaya yang dilakukan pemerintah melalui LLDikti ialah berikut ini.

  1. Pembinaan mutu PTS.
  2. Bimbingan Teknis dan Workshop Penjaminan Mutu dalam rangka peningkatan mutu PTS baik dari Akreditasi Perguruan Tinggi maupun Akreditasi Prodi.
  3. Bimbingan Teknis Pengelolaan Perguruan Tinggi kepada Badan Penyelenggara.
  4. Pembinaan dalam rangka peningkatan kualifikasi dosen.
  5. Penyaluran beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
  6. Pendampingan, verifikasi, dan evaluasi pelaporan PDDikti.

Selanjutnya, langkah bagi PTS untuk meningkatkan mutu, relevansi, dan daya saing ialah sebagai berikut.

  1. PTS dapat lebih adaptif dengan kondisi saat ini dengan memanfaatkan media sosial yakni dalam hal promosi secara masif pada kanal-kanal sosial serta situs web.
  2. Peningkatan citra PTS melalui tiga aspek utama yaitu keuangan, pengelolaan, dan infrastruktur atau sarana prasarana.
  3. Kolaborasi PMB melalui Jogjaversitas.

Di samping upaya yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat usulan yang perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah yaitu meminta negara untuk meninjau ulang konsep PTN-BH yang menjadi alasan PTS mencari sumber dana alternatif. (umh)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Breakfast-Seminar-Pelatihan-Peningkatan-Kepemimpinan-Melalui-Program-iHiLead-Erasmus-di-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Dok.-Humas-dan-Protokol-UAD-1.jpg 1116 2000 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-11-07 08:47:332023-11-07 08:47:51Tantangan PTS Hadapi Penurunan Mahasiswa Baru dan Upaya Mengatasinya

HKI UAD Adakan Talkshow Desain Industri Potensi Komersial

24/10/2023/in Feature /by Ard

Talkshow Desain Industri Potensi Komersial oleh Dr. Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si. selaku narasumber (Dok. Zahro)

Peringati Milad Sentra Hak Kekayaan Industri (HKI) ke-12, HKI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta adakan talkshow desain industri bertajuk “Desain Industri Potensi Komersial” pada Kamis, 19 Oktober 2023 di Hall Gedung Utama Kampus IV UAD. Acara dipandu oleh Vani Dias Adiprabowo, S.Sn., M.Sn. selaku moderator.

Hadir sebagai narasumber Dr. Fatwa Tentama, S.Psi., M.Si. yang merupakan Wakil Dekan Fakultas Psikologi sekaligus dosen Program Studi Psikologi UAD, menjelaskan bahwa dalam talkshow tersebut ada tanya jawab dari moderator dan pemaparan oleh pemateri serta tanya jawab dari peserta dan pemaparan oleh pemateri.

Desain industri merupakan suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi warna dan garis atau garis dan warna, atau gabungan dari itu semua, yang berbentuk 3 dimensi atau 2 dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola 3 dimensi atau 2 dimensi, serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.

Mengapa desain industri itu penting dan perlu dilindungi?

Desain industri itu penting dan perlu dilindungi karena teknologi yang terus berkembang dan desain industri juga harus terus dikembangkan dan untuk komersialisasi produk dengan desain yang bermanfaat. “Flashdisk merupakan salah satu contoh alat desain industri komersial. Karena teknologi terus berkembang maka selalu ada kebaruan dalam desainnya agar lebih efektif dan mudah digunakan. Jadi, desain industri itu kita membuat desain yang memang menjadi daya jual di masyarakat,” kata Tenta.

Lebih lanjut Tenta menuturkan bahwa sebab lain desain industri perlu dilindungi ialah memiliki nilai komersialisasi karena adanya penampilan atau desain suatu produk, faktor penentu keputusan konsumen membeli suatu produk, mencegah penggunaan atas penampilan suatu produk secara tidak sah, meningkatkan kreativitas dalam menciptakan produk yang beragam (mengikuti perkembangan zaman), serta mendorong pembangunan ekonomi.

Elemen Desain Industri

Dalam desain industri, elemen ini menjadi salah satu hal yang penting dan menentukan konsumen membeli suatu produk atau tidak. Tenta menyebutkan bahwa ada beberapa elemen desain industri, di antaranya bentuk merupakan sebuah rupa yang memiliki 3 dimensi, konfigurasi yaitu ornamen-ornamen yang terdapat pada produk. Ornamen dapat diartikan sebagai dekorasi atau hiasan dapat menjadi fungsi tambahan dan estetis membuat produk lebih lucu dan unik. Selanjutnya, komposisi yaitu pola tambahan berupa elemen 2 dimensi, komposisi garis atau warna yaitu garis saja cukup atau warna biru saja cukup. “Terakhir komposisi garis dan warna atau gabungannya yaitu tulisan warna merah, ada gunungnya warna hijau, dan ada airnya warna putih kebiru-biruan. Kemudian gabungan yaitu ada botol bentuknya, ada lekukan di bawah konfigurasinya dan komposisi garis warna,” imbuhnya.

Tenta pun menyampaikan salah satu jenis desain industri adalah desain industri keseluruhan. Ini merupakan desain yang satu keseluruhan, misalnya satu keseluruhan ponsel yang dilindungi. “Desain industri yang tidak bisa mendapat perlindungan adalah memuat HKI milik orang lain, melanggar kesusilaan atau ketertiban umum atau meresahkan, memuat kreasi milik umum atau negara, dan menistakan keyakinan atau agama tertentu,” ujarnya.

“Berikut adalah produk yang bukan desain industri, di antaranya produk alami, kreasi yang semata-mata berasal dari proses alamiah, kata-kata tanpa adanya elemen gambar, semata-mata hanya fungsi teknis, bangunan atau patung atau monumen, lukisan yang belum diaplikasikan pada produk atau barang, serta wewangian dan irama atau bunyi,” tutup Tenta. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Talkshow-Desain-Industri-Potensi-Komersial-oleh-Dr.-Fatwa-Tentama-S.Psi_.-M.Si_.-selaku-narasumber-Dok.-Zahro.jpg 679 1208 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-10-24 09:56:462023-10-24 09:56:46HKI UAD Adakan Talkshow Desain Industri Potensi Komersial

Urgensi Pengendalian Tembakau dalam Mitigasi Bencana

20/10/2023/in Feature /by Ard

Kuliah tamu “Urgensi Pengendalian Tembakau dalam Mitigasi Bencana” oleh Rizanna Rosemary, Ph.D. (Dok. Isah)

Rizanna Rosemary, Ph.D. selaku dosen tamu dari Universitas Syiah Kuala Aceh didapuk sebagai narasumber dalam kuliah tamu Tobacco Control di Kampus III Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada 14 Oktober 2023. Pada kesempatan tersebut, Rizanna menyampaikan tentang urgensi pengendalian tembakau dalam mitigasi bencana.

“Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang belum meratifikasi kerangka kerja pengendalian tembakau yang dicanangkan oleh World Health Organization (WHO). Padahal, upaya tersebut bertujuan untuk mengurangi beban penyakit, kematian, maupun dampak ekonomi yang timbul dari perokok atau orang yang terpapar rokok. Sama halnya dengan komunikasi, pengendalian tembakau juga hakikatnya interdisciplinary sehingga perlu melibatkan banyak sektor,” ungkapnya.

MPOWER FCTC

Rokok itu seperti alkohol, tidak bisa dibumihanguskan, tetapi bisa dikendalikan. Hal inilah yang melatarbelakangi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) meluncurkan strategi untuk mengendalikan tembakau di dunia melalui MPOWER pada tahun 2008. MPOWER merupakan singkatan dari beberapa kebijakan yang dibuat oleh WHO, yaitu M untuk monitoring tobacco use and prevention policies (kebijakan pencegahan dan pemantauan penggunaan tembakau), P untuk protecting people from tobacco smoke (melindungi masyarakat dari rokok), O untuk offering help to quit tobacco use (menawarkan bantuan untuk berhenti menggunakan produk tembakau), W untuk warning about the dangers of tobacco (peringatan tentang bahaya produk tembakau), E untuk enforcing bans on tobacco advertising, promotion, and sponsorship (menegakkan larangan iklan, promosi, dan sponsor rokok), dan R untuk raising taxes on tobacco (menaikkan pajak atas produk tembakau). Dengan kata lain, ini adalah kegiatan monitoring penggunaan dan cara mencegah atau mengurangi konsumsi tembakau. Di antaranya perlindungan terhadap paparan asap rokok, optimalisasi dukungan bagi orang yang ingin berhenti merokok, waspadakan masyarakat terhadap bahaya tembakau, eliminasi iklan, promosi dan sponsorship tembakau, serta raih peningkatan pajak dan cukai rokok.

“FCTC seyogyanya sudah komprehensif karena berisi panduan-panduan atau instrumen yang bisa membantu sebuah negara untuk mengendalikan tembakau dan sudah diratifikasi oleh banyak negara di Asia Tenggara,” kata Rizanna.

CSR Washing

Tanggung jawab sosial Corporate Social Responsibility/CSR Washing merupakan beragam kegiatan yang seakan-akan memaksimalkan dampak positif dan mengesampingkan dampak negatif. CSR Washing menjadi strategi industri rokok untuk menutupi dampak negatif yang ditimbulkan dengan tetap menjaga citra instansi melalui beasiswa pendidikan, pemberian suplai makanan korban bencana alam, pemberian alat pelindung diri (APD) untuk nakes, dan sebagainya.

“Meskipun banyak kegiatan positif yang dilakukan oleh industri rokok, mereka cenderung lupa mengurusi dampak negatif akibat mengkonsumsi produknya, seperti hipertensi, sesak napas, maupun beban penyakit lain yang tidak ditanggung oleh instansi, melainkan ditanggung individu itu sendiri. CSR di mata masyarakat awam dianggap hal baik, padahal terdapat banyak kejanggalan di dalamnya,” terang Rizanna.

Urgensi Tobacco Control dalam Mitigasi Bencana

Risiko yang ditimbulkan dari bencana bisa berupa fisik maupun psikis seperti halnya pandemi Covid-19 (bencana kesehatan). Kebijakan work from home membuat orang lebih aktif merokok sehingga terjadi second hand smoker yakni anggota keluarganya dan perokok tersebut menjadi kelompok rentan yang terkena wabah bencana Covid-19. “Mereka biasanya akan lebih memilih merokok daripada makanan karena rokok diklaim mampu menghilangkan stres sehingga dapat memperburuk kondisi kesehatan masyarakat,” ungkap Rizanna.

Selanjutnya, ia mengungkapkan bahwa upaya mitigasi bencana belum sepenuhnya berjalan dengan optimal. “Mitigasi bencana seharusnya dilakukan pada prabencana, saat bencana, juga pascabencana. Namun kenyataannya, orang-orang hanya akan bergerak pada saat bencana. Padahal, preventif menjadi fokus utama dari kesehatan masyarakat termasuk dalam pengendalian tembakau. Lemahnya dukungan pemerintah maupun stakeholder serta keterbatasan riset terkait sebagai bahan advokasi, menjadi tantangan besar bagi pengendalian tembakau di Indonesia hingga saat ini. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan riset dan juga advokasi yang agresif kepada para stakeholder agar CSR Washing tidak beroperasi terus-menerus,” pungkasnya. (ish)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kuliah-tamu-Urgensi-Pengendalian-Tembakau-dalam-Mitigasi-Bencana-oleh-Rizanna-Rosemary-Ph.D.-Dok.-Isah-scaled.jpg 1440 2560 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-10-20 11:24:402023-10-20 11:24:40Urgensi Pengendalian Tembakau dalam Mitigasi Bencana

Anugerah Terbaik bagi Manusia

13/10/2023/in Feature /by Ard

Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H. Khatib Jumat Masjid Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta (Dok. Zahro)

“Ada 4 macam makhluk yang diciptakan oleh Allah menurut imam Al-Ghazali. Pertama yaitu makhluk yang diberi Allah akal tetapi tidak diberikan hawa nafsu, hal ini disebut dengan malaikat. Kedua, makhluk yang diberi oleh Allah hawa nafsu tetapi tidak dengan akal, maka hal ini dikenal dengan hewan atau binatang. Ketiga, Allah juga menciptakan makhluk yang tidak diberikan hawa nafsu maupun akal, maka dikenal dengan benda mati. Terakhir, yaitu makhluk yang diberi akal dan hawa nafsu yaitu manusia,” terang Ustaz Budi Jaya Putra, S.Th.I., M.H.

Ia menyampaikan khotbah yang diselenggarakan secara rutin setiap Jumat di Lantai 2 Masjid Islamic Center (IC) Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube.

Ustaz Budi melanjutkan, manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sempurna daripada makhluk lainnya. Dalam Q.S. At-Tin ayat 4 memberikan pandangan bahwa manusia memiliki kelebihan dan keistimewaan. Jika dilihat secara kasat mata fisik manusia tentu berbeda dengan makhluk lainnya. Namun, tidak hanya itu Allah Swt. menurunkan kepada manusia sebuah keistimewaan, yakni manusia memiliki 2 anugerah yang Allah berikan yaitu akal pikiran dan hawa nafsu.

Ia menambahkan, dari 4 macam makhluk Allah ini, imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa 2 anugerah terbaik kepada manusia adalah akal dan hawa nafsu. Akal memiliki energi positif, karena hal itu akal dapat memberikan wawasan informasi dan pertimbangan apakah itu baik atau buruk.

“Berbeda dengan hawa nafsu yang memiliki energi negatif, yang mendorong dan memotivasi manusia untuk melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan hal itu baik atau tidak,” imbuhnya.

Ketika akal mampu mengontrol hawa nafsu sehingga manusia berada di atas hawa nafsunya, maka manusia akan menjadi makhluk yang mulia. Sebagaimana yang termaktub dalam Q.S. An-Nazi’at ayat 40–41 yang artinya: “Dan adapun bagi orang-orang yang takut apabila ia berdiri di mahkamah Tuhannya, (untuk dihitung amalnya), serta ia menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”

Dari 2 ayat tersebut, secara jelas Allah memberikan cara dalam potensi akal untuk menguasai hawa nafsu dan mengantarkan kebaikan manusia menuju surga-Nya. Ketika dirinya telah mampu mengontrol hawa nafsu, maka manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang diridai oleh Allah Swt. Sebaliknya ketika hawa nafsu menguasai akalnya, maka manusia akan melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh Allah Swt.

“Marilah kita senantiasa berusaha untuk berjuang sebaik-baiknya agar mampu mengendalikan hawa nafsu yang telah dianugerahkan kepada kita, dengan menjadikan akal pikiran sebagai pengevaluasi diri dari hawa nafsu yang ada dalam diri kita. Oleh karena itu, kita harus memperbanyak pengetahuan sehingga dapat mengerti yang hak dan yang batil,” tutupnya. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Budi-Jaya-Putra-S.Th_.I.-M.H.-Khatib-Jumat-Masjid-Islamic-Center-IC-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Yogyakarta-Dok.-Zahro-scaled.jpg 1439 2560 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-10-13 10:31:232023-10-13 10:31:23Anugerah Terbaik bagi Manusia

Meneladani Kepedulian Sosial Nabi Muhammad saw.

04/10/2023/in Feature /by Ard

M. Khaeruddin Hamsin, Lc., LLM., Ph.D. selaku Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Narasumber Pengajian Maulid Nabi LPSI UAD (Dok. Zahro)

Lembaga Pusat Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyelenggarakan pengajian untuk para dosen, tenaga pendidik, dan sivitas akademika UAD dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. Acara ini diselenggarakan secara luring di lantai 2 Masjid Islamic Center (IC) UAD dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube LPSI UAD pada Rabu, 27 September 2023. Hadir sebagai pemateri M. Khaeruddin Hamsin, Lc., LLM., Ph.D. selaku Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Tema yang dibahas kali ini adalah tentang “Meneladani Kepedulian Sosial Nabi Muhammad saw.”.

“Maulid Nabi Muhammad saw. menjadi momen untuk merenungkan pentingnya dakwah, kesederhanaan, maupun kepedulian sosial yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Selain itu juga untuk memperkuat iman dan cinta kepada Allah serta Rasul-Nya,” jelas Khaeruddin di awal pembicaraannya.

Lebih lanjut ia menerangkan, keteladanan Rasulullah dipahami oleh para ulama sebagai sesuatu yang tidak selalu berada di pikiran kita, tetapi ada dalam diri kita. Sehingga, banyak orang yang menyebutnya keteladanan itu harus menyatu dengan tubuh kita atau yang dikenal dengan bahasa Arabnya adalah uswah amaliah. Artinya, keteladanan harus terimplementasi dalam kehidupan ataupun perilaku.

“Jadi, Rasulullah itu harus menyatu dengan kita. Jika Rasulullah sudah menyatu, maka akan muncul 2 permasalahan yaitu Rasulullah sebagai manusia dan sebagai nabi. Rasulullah sebagai manusia artinya sejak ia lahir sampai meninggal dunia. Rasulullah sebagai nabi ialah sejak umur 40 tahun sampai meninggal dunia,” imbuh Khaeruddin.

Meneladani Rasulullah dengan ittiba’us sunnah, memiliki maksud keteladanan itu bisa terjadi sejak Rasulullah lahir sampai meninggal dunia. Sebagai umat, kita harus mengikuti apa yang sudah menjadi doktrin Rasulullah sejak menjadi nabi sampai meninggal dunia.

Selain itu, perbuatan Rasulullah oleh para ahli usul fikih dibagi menjadi 3. Pertama, jibiliyah bashariyah yaitu hasrat biologis yang artinya Rasulullah itu manusia. Maka, hasrat biologisnya ini tentu berbeda dengan perbuatan Rasulullah sebagai ajaran agama. Kedua, tasyri yaitu Rasulullah menyampaikan sesuatu karena itu doktrin agama. Ketiga, perbuatan Rasulullah yang khusus kepada dirinya sendiri yang tidak perlu diikuti oleh umatnya. Persoalan yang sering terjadi adalah tidak bisa membedakan apakah yang dilakukan Rasulullah itu hasrat biologis atau sesuatu yang memang harus disampaikan. Hal tersebut menimbulkan berkembangnya ittiba’us sunnah di kalangan masyarakat yang berbeda.

Berbicara tentang uswah, Khaeruddin menjelaskan bahwa uswah ini penting untuk selalu bicarakan karena mengikuti kehidupan kita dan ada di tengah-tengah kita. Uswah adalah meneladani cara makannya, bukan alat yang digunakan untuk makan. Rasulullah mengatakan, “Aku makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang” itulah yang harus diteladani, karena proses itu adalah proses jibiliyah bashariyah.

“Sedangkan, proses tasyri seperti wahyu yang turun itu sendiri masih di dalam persoalan. Apakah wahyu itu menjadi sesuatu yang di dalamnya ada tuntutan atau ada pilihan di dalam wahyu itu. Jika di dalamnya ada tuntutan berarti tidak bisa memilih, jadi harus melakukannya atau harus meninggalkannya. Jika di dalamnya pilihan, maka harus melihat atau memilih. Memilih artinya kedudukannya sama antara melakukan atau meninggalkan,” tutup Khaeruddin. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/M.-Khaeruddin-Hamsin-Lc.-LLM.-Ph.D.-selaku-Majelis-Tarjih-dan-Tajdid-Pimpinan-Pusat-PP-Muhammadiyah-Narasumber-Pengajian-Maulid-Nabi-LPSI-UAD-Dok.-Zahro.jpeg 752 1005 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-10-04 11:39:542023-10-07 08:11:17Meneladani Kepedulian Sosial Nabi Muhammad saw.

Rabiulawal: Bulan Mengingat Rasul

04/10/2023/in Feature /by Ard

Sahibus Samahah Prof. Dato’ Arif Perkasa Dr. Mohd Asri bin Zainul Abidin selaku Mufti Negeri Perlis Malaysia, Pemateri Kajian Rutin Ahad Pagi Masjid IC UAD (Dok. Zahro)

Masjid Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengadakan Kajian Rutin Ahad Pagi. Kajian ini disiarkan langsung melalui kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD dan berlangsung secara luring di kompleks masjid tersebut dengan tema serta pemateri yang berbeda setiap pertemuan. Pemateri pada pertemuan kali ini adalah Sahibus Samahah Prof. Dato’ Arif Perkasa Dr. Mohd Asri bin Zainul Abidin selaku Mufti Negeri Perlis Malaysia. Tema yang dibawakan adalah, “Rabiulawal: Mounth of Death of the Prophet?”.

Bulan Rabiulawal menjadi bulan yang istimewa karena bulan tersebut Nabi Muhammad saw. lahir ke muka Bumi ini. Ada beberapa pendapat yang berbeda terkait tanggal kelahiran Nabi. Pendapat pertama disampaikan oleh Imam Ibnu Ishaq bahwa Nabi lahir tanggal 12. Pendapat kedua, oleh Imam Al-Humaidi bahwa Nabi lahir tanggal 8. Kemudian ketiga, dinukilkan oleh Ibnu Dihyah bahwa Nabi lahir tanggal 10. Keempat, ada yang mengatakan Nabi Muhammad lahir tanggal 9.

Dari pendapat-pendapat tersebut, titik perbedaan yang muncul di antara para ulama terletak pada tanggal kelahiran Nabi saw. Adapun hari dan bulan, Nabi saw. pernah mengatakan sendiri bahwa beliau dilahirkan pada hari Senin bulan Rabiulawal. Dan tidak ada yang berbeda juga dalam penanggalan wafat Nabi saw. yaitu tanggal 12 Rabiulawal.

Mohd Asri menjelaskan bahwa perbedaan tanggal yang muncul pada kalangan ulama itu karena penanggalan hijriah baru dimulai jauh setelah Nabi lahir, tepatnya ketika Nabi dan para sahabat hijrah ke Madinah. “Kelahiran bukanlah sesuatu yang berat. Tentu kelahiran itu membuat kita bahagia. Apalagi dengan lahirnya Nabi saw. The first generation of Islamic or salafussalih, mereka tidak ada satu perayaan. Semua sejarawan bersepakat, bahwa perayaan pertama dilakukan pada masa dinasti Fatimiyah yang diprakarsai oleh Ubaid Al-Mahdi. Tidak hanya itu, juga merayakan hari lahir Sayyidina Ali, Fatimah, dan lainnya, kemudian (ketika runtuhnya Fatimiyah) datang dari kalangan Sunni memadamkan perayaan (yang tidak sesuai syariat Islam) dan mempertahankan perayaan maulid,” terangnya.

Ia juga menyebutkan bahwa di Perlis, bulan Rabiulawal disebut bulan Zikru Rasul (mengingat rasul). Mulai dari kelahiran, perjalanan hidup, sampai dakwahnya selama 23 tahun dengan berbagai cobaan yang dihadapinya. Ia menceritakan bahwa kelahiran Nabi saw., terjadi sesuatu yang disebut dengan Irhas (kejadian-kejadian luar biasa). Namun, sebagian kejadian itu tidak dapat dibuktikan melalui riwayat yang sahih. Seperti cerita ketika waktu malam Nabi lahir, datangnya Aisyah dan Maryam yang menjadi bidan atau menyambut kelahiran Nabi (ini tidak ada riwayatnya).

Ketika di tengah kehidupan Makkah jahiliah, Nabi saw. mulai berdakwah kepada keluarga terdekatnya yaitu Bani Hasyim dan akhirnya diterima oleh Ali bin Abi Thalib dan Abu Thalib, pamannya. Ini episode paling penting dalam kehidupannya. Apabila Nabi saw. dijadikan rasul, maka dia telah mengubah cara pikir menurut sikap dan sudut pandang orang-orang Makkah kepada Nabi Muhammad saw.

Lebih lanjut, Mohd Asri menerangkan ketika berdakwah, Nabi dianggap gila bahkan dilempar batu dan kotoran hewan. Hal ini karena banyak penentang mengintimidasi pengikut Nabi agar meninggalkannya dan banyak yang mengkhawatirkan bahwa Nabi Muhammad akan merusak penyembahan berhala yang sudah dilakukan sejak nenek moyang. “Bahkan sampai kaum Quraisy ingin membunuh Nabi saw. dan banyak sekali tuduhan yang didapatkan oleh Nabi saw. Namun, Nabi tidak membalasnya, padahal jika Nabi berdoa maka Allah akan segera mengabulkannya,” imbuhnya.

Mohd Asri pun menceritakan tentang Nabi Muhammad saw. sedang menjalankan ibadah di Makkah dan melaksanakan Khutbatul Wada’. Dalam Khutbatul Wada’ yang sangat menyentuh sanubari jamaah, di dalamnya menekankan bahwa sangat penting menjaga hubungan yang baik dengan sesama. “Perlu diperhatikan tentang menjaga kebersihan hati, bahkan Nabi saw. memperhatikan hak-hak wanita, sehingga Nabi saw. memuliakan sosok wanita,” tutupnya. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Sahibus-Samahah-Prof.-Dato-Arif-Perkasa-Dr.-Mohd-Asri-bin-Zainul-Abidin-selaku-Mufti-Negeri-Perlis-Malaysia-Pemateri-Kajian-Rutin-Ahad-Pagi-Masjid-IC-UAD-Dok.-Zahro.jpeg 853 1280 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-10-04 11:12:562023-10-07 08:09:33Rabiulawal: Bulan Mengingat Rasul

Tips Perluas Jangkauan Pasar dengan Digital Marketing

28/07/2023/in Feature /by Ard

Entrepreneurship Training Departemen Kewurausahaan BEMF-Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Isah)

apt. Alfira Oktaviani, S. Farm., pendiri Semilir Ecoprint, didapuk sebagai narasumber dalam kegiatan pelatihan kewirausahaan bertema “Menumbuhkan Jiwa Entrepreneurship di Era Digital” yang berlangsung pada 16 Juli 2023. Kegiatan ini diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting yang diinisiasi oleh Departemen Kewirausahaan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi (BEMF-Farmasi) Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

“Marketing menjadi kendaraan yang digunakan oleh pengusaha dalam rangka memperkenalkan suatu produk sedemikian rupa sehingga orang-orang tertarik untuk membeli produk kita. Intinya adalah creating interest and demand,” ujarnya.

Business Model Canvas (BMC)

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk menjadi seorang pengusaha yakni menentukan produk yang ingin dipasarkan. Selanjutnya, buatlah strategi manajemen untuk membantu merancang sebuah perencanaan bisnis, misalnya dengan business model canvas (BMC). Templat ini memiliki beberapa komponen, mulai dari key partners, key activities, key resource, value propositions, customer relationship, customer segment, cost structure, review stream, hingga channels. Media sosial dan marketplace termasuk ke dalam channels yang dapat memperluas jangkauan pasar karena tak terbatas ruang dan waktu.

Prinsip 4P Pemasaran

  1. Product

Ciptakan produk yang tidak mudah dilupakan oleh orang lain dengan membuat ciri khas yang membedakan antara produk yang akan dipasarkan dengan produk kompetitor kecuali jika memasuki ranah komoditas. Sebagai contoh, ada banyak aksesori seperti tas, topi, atau kacamata. Jika ingin membuat produk tas, pilihlah tas yang berbeda dari bahan baku maupun motif, misal tas batok kelapa, tas rajut, tas kanvas ecoprint, dan seterusnya.

  1. Price

Strategi dalam menentukan harga bisa dilakukan berdasarkan 2 hal, yakni konsumen dan distributor. Pada beberapa kasus sering ditemui konsumen yang tidak tertarik untuk membeli produk kita sehingga harga jual diturunkan.

“Beda jenis ikan, tentu beda umpan. Kalau kita ingin memancing ikan mujair, umpannya adalah cacing. Namun, jika ingin memancing ikan kakap, maka umpannya adalah udang. Pahami dengan baik siapa segmen pasar kita secara detail,” jelas Alfira.

Selanjutnya, jika dilihat dari sisi distributor, maka akan ada 3 jenis yakni reseller, dropshipper, dan affiliate. Jika intensif yang diberikan kecil dan produk belum populer, biasanya distributor enggan memasarkan produk kepada konsumen. Dalam hal ini, diperlukan strategi harga yang menarik bagi sesama jaringan dengan tetap menguntungkan satu sama lain.

  1. Place

Tempat merupakan hal terpenting yang diperlukan sebagai saluran distribusi produk kepada konsumen, baik secara luring lewat internet maupun daring di toko. Seiring dengan perkembangan usaha, tempat biasanya bisa berpindah tergantung kebutuhan. Jika segmen pasarnya adalah generasi Z, maka tempat pemasaran produk akan lebih banyak dialihkan secara daring.

  1. Promotion

Promosi produk didasarkan pada 2 hal, yakni saluran promosi dan cara promosi. Saluran promosi erat kaitannya dengan tempat konsumen bisa berkumpul dan mengetahui produk yang dipasarkan mulai dari koran, majalah, brosur, situs web, hingga sosial media. Alfira mengungkapkan bahwa dalam dunia bisnis, seorang reseller bisa merangkap menjadi sales yang akan memasarkan produk. Kondisi tersebut disebut sebagai marketing mix. Selain low budget, opsi ini juga high impact.

Strategi Digital Marketing

Tak hanya obat-obatan, dalam dunia marketing juga perlu data yang konkret untuk mengetahui tren penggunaan kanal promosi. Dari laman katadata dapat diketahui bahwa YouTube menjadi kanal yang paling banyak digunakan oleh generasi Z untuk mengiklankan sebuah produk, baru disusul oleh Instagram dan Facebook. Selain itu, kita juga perlu memahami customer behavior, mulai dari perilaku kerja, perilaku belajar, perilaku pembelian, perilaku konsumsi, hingga perilaku produk. Poin-poin tersebut perlu dikritisi, apalagi pandemi Covid-19 baru saja usai sehingga tatanan hidup mengalami perubahan yang signifikan.

“Selama pandemi, ketertarikan orang untuk membeli produk fesyen menurun, mereka lebih mengedepankan kebutuhan seperti masker dan hand sanitizer. Bahkan, Pizza Hut pernah membanderol harga Rp100.000,00 untuk 4 papan piza demi menarik konsumen dan memenuhi target dari perusahaan,” ungkap Alfira.

Untuk menjangkau sasaran lebih luas, seorang pengusaha bisa membuat marketplace secara daring. Dengan demikian, konsumen tidak harus datang ke toko untuk membeli produk, tetapi bisa melalui ponsel pintar. Namun, perlu digarisbawahi terkait foto produk yang diunggah. Hendaknya produk dilengkapi spesifikasi mulai dari bahan, ukuran, warna, cara pemakaian, dan fungsinya. Demonstrasi pemakaian produk bisa dilakukan melalui video yang diunggah bersamaan dengan foto produk.

“Persaingan dalam marketplace cukup ketat, banyak produk serupa dengan harga yang berbeda. Tak jarang, ada konsumen yang komplain karena harga yang kita tawarkan lebih mahal. Untuk mencegah hal tersebut, pilihlah produk yang paling sering digunakan agar perputaran modal lebih cepat, misalnya kerudung. Kita juga bisa memanfaatkan sosial media dengan memberi nama akun Instagram atau nomor WhatsApp sehingga konsumen beralih dari marketplace ke sosial media karena ada persaingan harga di dalamnya,” pesan Alfira. (ish)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Entrepreneurship-Training-Departemen-Kewurausahaan-BEMF-Farmasi-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Isah.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-07-28 08:57:552023-07-28 08:57:55Tips Perluas Jangkauan Pasar dengan Digital Marketing

Generasi Z dan Tingkat Spiritualitas yang Rendah

27/07/2023/1 Comment/in Feature /by Ard

Pengajian Songong Tahun Baru Hijriah di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan narasumber Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah (Foto: Istimewa)

Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed. selaku Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menjadi narasumber dalam acara Pengajian Songsong Tahun Baru Hijriah 1445 H yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat, 14 Juli 2023 di lantai 2 Masjid Islamic Center (IC) UAD Yogyakarta.

Generasi Z

Setelah membaca beberapa jurnal, generasi Z merupakan lanjutan dari generasi Y atau generasi milenial. Banyak teori yang berkenaan dengan definisi penamaan generasi ini, teori yang satu dengan yang lainnya memang agak tumpang tindih atau rancu. “Namun menurut saya abaikan saja perdebatan itu, terkait penamaan generasi Z atau generasi milenial ini saya cenderung menggunakan istilah generasi muda,” ucap Mu’ti.

Dalam konteks spiritualitas, budaya, dan ekonomi, memang generasi Z memiliki ciri-ciri yang secara distinktif berbeda dengan generasi sebelumnya. “Sehingga karena itu, PP Muhammadiyah dalam keputusan Muktamar di Surakarta mengangkat spiritualitas generasi muda sebagai salah satu dari isu strategis keumatan dan kebangsaan. Sebab memang secara spiritualitas generasi ini memiliki karakteristik dan juga tingkat spiritualitas yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Lebih-lebih dengan generasi baby boomer. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa generasi muda atau generasi Z ini memiliki tingkat spiritualitas yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan generasi sebelumnya,” ungkap Mu’ti.

Rendahnya Spiritualitas Generasi Z

Merujuk pada sumber-sumber penelitian, Prof. Abdul Mu’ti yang juga merupakan Guru Besar Pendidikan Islam itu menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator untuk mengukur rendahnya spiritualitas generasi Z. Paling tidak ada 3 ukuran yang dipakai oleh banyak penelitian.

Pertama pandangan mereka tentang makna agama bagi kehidupan. Mereka menganggap bahwa agama itu bukanlah sesuatu yang begitu diperlukan dalam kehidupan. “Mereka tidak terlalu perlu dengan agama, karena memang mereka tidak mengalami banyak masalah dalam kehidupannya. Jika kembali kepada teori mengapa agama itu diperlukan? Salah satunya orang itu perlu agama ketika ia hidupnya susah. Ketika orang tersebut hidupnya susah, maka ia akan makin dekat dengan agama. Zikirnya makin kenceng dan salatnya makin banyak. Jika perlu salat 5 waktu ditambah salat lain karena mereka merasa secara spiritualitas itu lebih tenang,” tutur Mu’ti.

Bahkan yang menarik ketika kita berbicara tentang agama kepada generasi Z, sesuai dengan karakteristik mereka yang cenderung bebas dan ingin mendapatkan sesuatu secara mudah, kelompok-kelompok ini cenderung memaknai spiritualitas lebih sebagai ketenangan batin. Namun, tidak selalu berarti harus terikat dengan agama tertentu. Dalam kajian-kajian agama, hal semacam itu sering disebut sebagai kelompok new age yang dikenal dengan slogan besarnya “dia percaya kepada agama, menghormati agama, tetapi tidak mau terikat kepada agama tertentu atau agnostik”.

Dengan kalimat sederhana, Abdul Mu’ti menyebut mereka “mencintai tetapi tidak mau memiliki”. Fakta tersebut menjadi alasan Muhammadiyah mengangkat isu spiritualitas generasi muda ini menjadi isu nasional dalam Muktamar-48 di Surakarta beberapa waktu lalu.

Kedua generasi Z juga cenderung untuk longgar dalam relasi-relasi. Relasi antarkawan, bahkan juga relasi antaragama, mereka sangat longgar karena lebih terbuka dan lebih menerima nilai-nilai universal daripada nilai-nilai yang memisahkan mereka. “Jadi, persoalan menyangkut penerimaan terhadap hak asasi manusia, penerimaan terhadap perbedaan-perbedaan itu lebih tinggi di kelompok ini. Sebab mereka lebih cair, bergaulnya melintas batas. Oleh karena itu, tidak heran jika dalam hal tertentu mereka lebih terbuka terhadap apa yang mereka sebut sebagai universal values atau universal trend,” imbuhnya.

Kecenderungan sikap itu dapat dilihat dalam case lesbian, gay, biseksual, dan transgender atau biasa disebut LGBT. Mu’ti menyebut, kelompok generasi muda ini lebih mudah menerima perbedaan orientasi seksual tersebut, daripada kelompok “kolonial” atau tua. Sikap pelonggaran yang diikuti oleh kebanyakan generasi Z berdampak pada demografi suatu negara. Sebab mereka cenderung memilih untuk tidak menikah atau ingin menikah tetapi tidak memiliki anak, sehingga membuat pertumbuhan penduduk di suatu negara negatif. Realitas tersebut dapat ditemukan di negara-negara maju. Banyak di negara maju, mereka mengalami demographic defisit yakni angka kelahiran lebih sedikit daripada angka kematian. Misalnya Singapura yang khawatir dengan masa depan negaranya karena anak-anak mudanya tidak mau berkeluarga apalagi mau punya anak. Korea, Jepang, itu mereka kekurangan penduduk.

“Jadi kelompok-kelompok ini lebih longgar yang kadang-kadang itu menimbulkan ketegangan antargenerasi,” imbuhnya

Ketiga generasi Z cenderung serba digital. “Seorang ibu membayangkan bahwa belajar itu menggunakan buku, tetapi anaknya belajar sudah menggunakan ponsel. Kelompok mereka ini memang sudah serba digital dan bisa mengakses informasi yang ada di genggaman tangannya,” jelas Mu’ti.

Akan tetapi, ada 3 problem generasi Z dalam mengakses informasi. Pertama, mereka belum mampu menyeleksi mana-mana sumber informasi keagamaan yang benar dan mana sumber informasi keagamaan yang tidak benar. Kedua, mereka tidak bisa konsentrasi lama. Jadi, mereka mudah tidak fokus. Bukan hanya tidak fokus dalam pikiran, tetapi juga dalam kehidupan. Ketiga, mereka sering merasakan kesepian, kekosongan, dan merasa tidak dihargai. Generasi seperti ini menjadi generasi yang sangat susah. Dinasihati melawan, dibiarkan ya seenaknya.

“Oleh karena itu, pendampingan-pendampingan spiritual itu sangat penting. Sebab sesungguhnya mereka ini guncang secara keagamaan dan sering kosong dalam kehidupannya,” imbuhnya.

Berbagai kenyataan tersebut menjadi alasan Muhammadiyah mengangkat isu spiritualitas generasi muda sebagai isu nasional. Saat ini dan ke depan, demografi penduduk Indonesia mayoritas adalah kelompok generasi Z sehingga masa depan bangsa tergantung pada generasi mudanya. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Pengajian-Songong-Tahun-Baru-Hijriah-di-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dengan-narasumber-Prof.-Dr.-Abdul-Muti-M.Ed_.-Sekretaris-Umum-PP-Muhammadiyah-Foto-Istimewa.jpg 1199 1800 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-07-27 10:07:272023-07-27 10:07:27Generasi Z dan Tingkat Spiritualitas yang Rendah
Page 34 of 70«‹3233343536›»

TERKINI

  • Apotek Hidup di Pekarangan: Sosialisasi dan Realisasi Tanaman Obat Keluarga di Padukuhan Duwet III09/09/2025
  • Penerapan Teknologi Pakan Alternatif Berbasis Sumber Daya Lokal untuk Budidaya Kambing09/09/2025
  • KKN UAD Bersama Kader Puskesmas Kalibawang Jalankan Program PSN di Padukuhan Paras09/09/2025
  • Mahasiswa KKN UAD Tuntaskan Mengabdi di Kendari09/09/2025
  • Membuat Ekoenzim dengan Ampas Buah dan Sayur09/09/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa UAD Raih Juara Harapan III Kompetisi Artikel Ilmiah Tingkat Nasional 202528/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara Harapan I di National Economic Business Competition 202527/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Penghargaan Karya Jurnalistik Terbaik Pers Mahasiswa 2025 dari AJI Indonesia25/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II Lomba Pengabdian Masyarakat Tingkat Nasional pada ASLAMA PTMA 202519/08/2025
  • Mahasiswa UAD Raih Juara II di Ajang AILEC 202519/08/2025

FEATURE

  • Mahkamah Konstitusi sebagai Pelaku Kekuasaan Kehakiman dalam Melindungi Hak Asasi Manusia08/09/2025
  • Konseling Harapan bagi Keluarga dan Remaja05/09/2025
  • Potensi Minyak Atsiri Bunga Cengkeh untuk Obat Antiinflamasi04/09/2025
  • Psikologi Komunitas Kelompok Rentan03/09/2025
  • Konsep Strategi Ilmiah dalam Pengelolaan Sampah DIY03/09/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top