• TERKINI
  • PRESTASI
  • FEATURE
  • OPINI
  • MEDIA
  • KIRIM BERITA
  • Menu
News Portal of Universitas Ahmad Dahlan

Mengoptimalkan Peran Public Relations di Perguruan Tinggi

31/03/2023/in Feature /by Ard

Chairul Fajri, S.I.Kom., M.A. Kepala Bimawa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sekaligus Ketua PR Indonesia wilayah Yogyakarta (Foto: Humas dan Protokol UAD)

Public relations yang selanjutnya biasa dikenal sebagai PR, lekat kaitannya dengan citra yang merupakan pilar terbentuknya reputasi. Citra merupakan pondasi kekuatan utama yang tak ternilai harganya bagi sebuah institusi atau lembaga. Berbagai macam upaya akan dilakukan dalam rangka menjaga nama baik.

Perguruan tinggi sebagai institusi penyedia jasa pendidikan perlu mengelola citranya. Dalam hal ini, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sebagai salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) terbaik di Indonesia memperhatikan dengan saksama peran dan fungsi PR dalam rangka mewujudkan good university governance.

Chairul Fajri, S.I.Kom., M.A. selaku Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) UAD sekaligus Ketua PR Indonesia wilayah DIY berkesempatan menjadi narasumber dengan topik “Public Relations di Perguruan Tinggi” yang disampaikan dalam acara Upgrading Student Employee (SE) bidang Humas dan Protokol Kantor Universitas pada Selasa–Rabu, 14–15 Maret 2023 di Griya Persada Kaliurang, Sleman.

Fajri membedah materi secara bertahap mulai dari pentingnya bersikap ramah dan menjadi representasi yang baik, strategi komunikasi, hingga manajemen PR. “We born to be public relations. Kita membawa citra diri sendiri, kita adalah representasi diri dan sosial. Membangun reputasi yang baik memerlukan waktu, tetapi dapat rusak dalam waktu sekejap,” terangnya.

Merefleksikan Konsep Public Relations

Pertama, we born to be public relations. Artinya, sebagai manusia sejatinya kita terlahir sebagai seorang public relations. Secara logika, kita merepresentasikan diri sendiri, hidup dalam rangka menjaga nama baik diri sendiri. Dalam hal ini, bidang Humas (disebut bidang Humas dan Protokol di UAD) akan merepresentasikan organisasinya yaitu UAD.

Kedua, fungsi PR adalah fungsi komunikasi. Berbeda dengan pendekatan hukum yang merupakan bentuk atau segala cara pemberitaan yang bisa berubah menyesuaikan keadaan atau mementingkan asas pembenaran. Fungsi komunikasi pada PR adalah seni dalam berkomunikasi yang berfokus pada keindahan (citra) dalam berkomunikasi. Di dalam fungsi komunikasi, seorang PR akan memainkan tone emosional audiens.

Ketiga, perkembangan media digital. Sejalan perubahan zaman, peran Humas saat ini sangat lekat dengan dunia media digital. Menjawab hal itu, seorang PR harus bisa membuat media yang kreatif dan inovatif serta membangkitkan emosional. Tujuannya adalah meningkatkan engagement dan mempunyai values sehingga citra akan terbangun dengan baik.

Keempat, makin tingginya persaingan antarperguruan tinggi. Saat ini, perguruan tinggi baik itu negeri maupun swasta membutuhkan peran PR di dalamnya. Optimalisasi peran Humas merupakan metode cara publisitas yang tidak berbayar dan efisien. PR menjadi penjembatan komunikasi antara organisasi dan publik, untuk mendapatkan citra dan reputasi baik.

Good Reputation

Fajri menegaskan, “We build reputation, inch by inch, day by day, step by step. But they can be destroyed in an instant.” Artinya, citra dan reputasi suatu institusi dibangun tidak dalam waktu singkat. Namun kedua hal tersebut bisa rusak secara tiba-tiba dengan waktu yang sangat singkat. Maka dalam menyusun publisitas perlu hati-hati dan bertahap. Pertanyaannya, sudah baikkah reputasi UAD? Fajri menyampaikan, “Dalam 5 tahun terakhir, UAD memiliki citra yang sangat bagus di mata masyarakat.”

PR pada dasarnya berfungsi untuk menghubungkan publikk atau pihak-pihak yang berkepentingan dan saling terkait di dalam suatu instansi atau organisasi, sehingga terjadi pola hubungan harmonis yang dapat menunjang pencapaian tujuan organisasi secara saling menguntungkan. “Communication designed to gain public understanding and acceptance,” jelasnya.

Komunikasi Profesional

Komunikasi professional merupakan komunikasi yang bertujuan untuk menunjang aktivitas pekerjaan kita. Dalam sebuah organisasi/instansi, kita mengenal berbagai jenis komunikasi seperti: komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah, komunikasi linier, maupun komunikasi formal dan komunikasi nonformal.

Sebagai PR, ada 3 kompetensi yang harus dikuasai antara lain komunikasi tulis seperti proposal, notulen, laporan kegiatan, surat menyurat, dan lain-lain. Kemudian komunikasi internal yakni komunikasi kepada atasan, rekan kerja, atau bahkan unit lain. Terakhir adalah komunikasi eksternal yang berkaitan dengan media, instansi pemerintah, masyarakat, konsumen, klien, dan lain sebagainya. Kompetensi ini harus dipahami oleh bidang Humas baik itu di dalam perguruan tinggi maupun yang lain.

Fajri menjelaskan strategi komunikasi yang baik di antaranya mencari tahu siapa komunikan atau penerimanya dengan jelas, menetapkan pesan kunci dengan baik, memilih waktu dan media komunikasi yang tepat dan senantiasa inisiatif dalam bekerja atau merespons isu.

Kesuksesan dan Keberhasilan Komunikasi PR

Sebagai Humas di perguruan tinggi, berikut adalah kunci kesuksesan dan keberhasilan komunikasi PR. Pertama, dengarkan dan pahami. Artinya, mendengarkan apa yang menjadi harapan dari stakeholders. Kedua, memilih komunikator dan media seperti siapa yang menyampaikan pesan, kredibilitasnya seperti apa, medianya bagaimana. Ketiga, membuat pesan yang mampu membangkitkan emosional audiens. Keempat, menarik engagement. Misalnya, seberapa jauh keterlibatan audiens dan ketertarikan terhadap pesannya.

“Banyak perguruan tinggi yang hebat dan memiliki banyak capaian, tetapi tidak sedikit yang gagal dalam mengomunikasikan hal tersebut, sehingga mengakibatkan kurangnya minat dari calon mahasiswa baru dan ketidakpuasan stakeholders,” ucap Fajri kepada seluruh SE bidang Humas dan Protokol UAD. (roy)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Chairul-Fajri-S.I.Kom_.-M.A.-Kepala-Bimawa-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-sekaligus-Ketua-PR-Indonesia-wilayah-Yogyakarta-Foto-Humas-dan-Protokol-UAD.jpg 1333 2000 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-31 08:42:192023-03-31 08:42:19Mengoptimalkan Peran Public Relations di Perguruan Tinggi

Mewujudkan Partisipasi Aktif Mahasiswa dalam Pemilwa

31/03/2023/in Feature /by Ard

Seminar Nasional Demokrasi dan Sosialisasi Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) oleh KPUM FAI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Zahro)

Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyelenggarakan Seminar Nasional Demokrasi dan Sosialisasi Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) pada Jumat, 17 Maret 2023 di Aula Masjid Islamic Center (IC) Kampus IV UAD. Kegiatan tersebut menghadirkan Musnif Istiqomah, S.Pd.I. selaku Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bantul sebagai narasumber. Acara dipandu oleh Dahlan Anwar, mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun 2019.

Musnif Istiqomah menuturkan, Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi. Salah satu ciri demokrasi adalah adanya pemilihan umum (Pemilu). Dalam Pemilu menuntut keterlibatan masyarakat, begitu juga dengan Pemilwa. Dalam Pemilwa partisipasi mahasiswa sangat penting.

Mengapa Partisipasi Itu Penting?

Sebab, sebagai legitimasi mahasiswa terhadap jalannya pemerintahan hasil Permilwa di kampus. Selain itu, partisipasi dipandang penting karena sebagai kontrol mahasiswa terhadap pemerintahan di kampus.

Musnif Istiqomah menambahkan, “Dengan becermin dari Pemilwa, mahasiswa mengerti arti penting dalam memilih pemimpin yang baik. Mengikuti Pemilwa membuat mereka dapat mengenal tahapan, teknis, dan aspek penting dalam pemilu. Mahasiswa juga dapat mengenal dan memahami nilai-nilai demokrasi dengan merefleksikan adanya nilai-nilai yang harus ditegakkan dalam berorganisasi, serta sadar bahwa Pemilwa adalah media demokrasi di kampus yang mampu menegakkan nilai-nilai demokrasi dalam kepemimpinannya.”

Poin penting pendidikan demokrasi dalam Pemilwa adalah mahasiswa mengenal arti penting pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat, becermin dari kepengurusan mahasiswa. Pertama, dalam hal hak dicalonkan/mencalonkan diri sebagai presiden mahasiswa atau mendukung salah satu calon ditanamkan pendidikan soal kompetisi sehat tanpa kampanye gelap, jiwa kesatria dan jiwa besar menerima kekalahan, serta saling menghormati antara pihak yang kalah maupun menang, dan tidak melakukan politik uang. Kedua, dalam hal hak memilih. Dorongan menggunakan hak pilih secara cerdas dan rasional, sehingga terpilih calon yang benar-benar berkualitas dan tidak menggunakan politik uang serta pentingnya menghormati perbedaan dan anti kekerasan.

Pemilwa sebagai Media Character Building

Mahasiswa akan menjadi pemilih yang rasional. Bagi calon presiden mahasiswa dan pendukung calon yang menang, harus mampu menghormati serta merangkul calon yang kalah, tidak menyombongkan diri, tetap berkomitmen menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, membuka ruang partisipasi, serta memastikan adanya akses dan manfaat yang sama atas program-program kegiatan bagi seluruh warga kampus. Bagi calon presiden mahasiswa dan pendukung calon yang kalah, harus berani menerima kekalahan dengan senang hati dan tetap mendukung yang menang untuk menyukseskan program-programnya.

“Pemilwa dilaksanakan secara demokratis, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil di lingkungan universitas,” ucap Musnif. “Prinsip pelaksanaan Pemilwa ada 2. Pertama, sederhana. Pelaksanaan pemilu sejak tahapan awal hingga akhir memerlukan waktu yang panjang. Pemilwa dilaksanakan dengan durasi waktu yang pendek tetapi memuat pokok-pokok tahapan pemilu. Kedua, Murah. Pemilu memerlukan biaya yang tinggi sedangkan Pemilwa dirancang menggunakan perlengkapan yang ada di kampus dan meminimalkan biaya sehingga anggaran kampus bisa disesuaikan.”

Bentuk Partisipasi Aktif Mahasiswa

Musnif mengatakan, terdapat beberapa bentuk partisipasi aktif mahasiswa. Pertama, sebagai peserta ialah calon/pasangan calon presiden, gubernur, dan bupati mahasiswa, selain peserta ada juga sebagai saksi TPS. Kedua, sebagai penyelenggara Pemilwa yaitu KPUM, pengawas, dan mahkamah Pemilwa. Ketiga, sebagai pemilih ialah mahasiswa yang terdaftar di UAD dibuktikan dengan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan jumlah pemilih setiap TPS maksimal 600 pemilih. Keempat, sebagai pemantau Pemilwa ialah mahasiswa yang bertugas untuk memantau tahapan Pemilwa.

“Ada beberapa tipologi pemilih di Indonesia, di antaranya ialah memilih karena persamaan suku, ras, agama, dan golongan atau status sosial. Selanjutnya, memilih berdasarkan kesamaan ideologi, visi, dan pandangan, serta pada afiliasi partai politik. Kontestan yang didukung partai politik pilihannya, akhirnya kepada dialah pilihan dijatuhkan. Kemudian, memilih karena berdasarkan pragmatisme politik, seperti memilih karena diberi hadiah atau politik uang,” tutur Musnif.

Menjadi Pemilih yang Berdaulat, Cerdas, dan Mandiri

“Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar menjadi pemilih yang berdaulat, cerdas, dan mandiri. Cara yang pertama adalah menggali rekam jejak, pemilih mampu menggali rekam jejak calon pemimpin. Telusuri riwayat calon pemimpin tersebut, di dalamnya terkait latar belakang keluarga, pendidikan, dan bagaimana aktivitasnya di masyarakat serta menilai derajat integritasnya. Cara yang kedua adalah rasional, mengedepankan rasionalitas dalam memilih pemimpin berdasarkan penilaian yang objektif dan komprehensif. Dan cara yang terakhir adalah orientasi program, rajin mencari dan mempelajari informasi program serta visi misi yang ditawarkan. Apakah relevan dengan kebutuhan masyarakat, terukur, dan realitas atau tidak,” tutup Musnif. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Seminar-Nasional-Demokrasi-dan-Sosialisasi-Pemilihan-Mahasiswa-Pemilwa-oleh-KPUM-FAI-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpeg 489 1111 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-31 07:58:532023-03-31 07:58:53Mewujudkan Partisipasi Aktif Mahasiswa dalam Pemilwa

Transformasi Gerakan Sosial di Ruang Digital

30/03/2023/in Feature /by Ard

Muhammad Abduh Zulfikar, S.Pt. narasumber Seminar Nasional Pameran Digital BEM FAI Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Zahro)

Muhammad Abduh Zulfikar, S.Pt., CEO PT Madhar Mandhava sekaligus Ketua Jaringan Peternakan Muhammadiyah, menjadi narasumber dalam acara seminar nasional yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Seminar ini merupakan salah satu rangkaian acara dari Pameran Digital dan Launching Website BEM FAI yang dilaksanakan di Hall Kampus IV UAD pada Rabu–Kamis, 16–17 Maret 2023 dengan tema “Social Movement Transformation”.

Muhammad Abduh menuturkan, “Gerakan sosial itu tidak bisa hidup jika berpisah dari organisasi yang bersifat bisnis, karena gerakan sosial itu harus bisa mempertahankan yang berarti tidak akan melakukan suatu perubahan.”

Gerakan Sosial di Ruang Digital

Abduh menyebutkan bahwa ada 2 perubahan dalam gerakan sosial di ruang digital. Pertama, perubahan aksi lapangan ke media sosial. Orang-orang yang biasanya melakukan aksi lapangan sering kali susah untuk mengumpulkan dan mengoordinasi orang banyak. Namun melalui media sosial, bisa lebih mudah untuk berbagi informasi.

Begitu pula dengan seminar. Hikmah adanya virus corona 3 tahun belakangan ini, yang awalnya seminar nasional dalam jaringan (daring) belum bisa diterima, akhirnya sekarang sudah mulai diterima. “Menurut saya rapat daring lebih efektif, karena lebih detail, tidak membuang banyak waktu dan orang menyampaikan apa yang perlu disampaikan serta jelas waktu selesainya,” jelas Abduh.

Kedua, perubahan fisik ke digital. Dalam hal ini yang dulunya harus membuat tulisan di kertas saat melakukan aksi atau menyuarakan aspirasi, tetapi saat ini cukup membuat desain pamflet kemudian bagikan ke semua kontak dan grup yang ada, itu sudah menjadi provokatif atau inspirasi. Cara tersebut lebih efektif dan efisien untuk diterapkan.

Model Gerakan Sosial

Model gerakan sosial dapat dikategorikan dalam 3 macam. Pertama, gerakan sosial klasik yang dulu berbasis kelas. Mulai dari kelas petani, buruh, dan pekerja. Kedua, gerakan sosial neoklasik yang bersifat lebih cenderung kepada kepentingan bersama. Jadi, misalnya ada isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan ada yang tidak setuju kemudian turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasinya. Hal tersebut merupakan salah satu cara menyuarakan aspirasi untuk kepentingan bersama.

Ketiga, gerakan sosial baru lebih kepada sifat isu-isu tentang kekerasan atau arogansi. “Seperti kasus Mario Dandi, merupakan contoh gerakan sosial baru bersifat digital karena tidak ada yang aksi turun ke jalan. Gerakan yang dibakar melalui media sosial Twitter sudah sangat cukup untuk melegitimasi bahwa itu adalah kasus yang serius dan masyarakat hadir dalam ide-ide sebagai legitimasi,” terang Abduh. Ia menambahkan, “Terjadinya perubahan tersebut karena pengguna internet di Indonesia yang makin tinggi dan peningkatan infrastruktur mendorong perubahan sosial di ruang digital.”

Syarat Terjadinya Perubahan

Adapun syarat terjadinya sebuah perubahan ialah infrastruktur jaringan, penting sekarang ini untuk memiliki ponsel yang terkoneksi langsung dengan jaringan. Kepemilikan alat komunikasi, akses informasi, platform media sosial, tidak ada ruang publik yang dibatasi oleh otoritas tertentu, kecepatan informasi yang didapatkan, dan tidak harus melalui tatap muka untuk memberikan informasi maupun diskusi.

“Ruang publik itu penting karena untuk menyampaikan aspirasi. Pentingnya konsep ruang publik dalam sistem negara demokrasi seperti Indonesia, memberikan suatu harapan perubahan dari situasi yang dialami. Ruang publik tidak harus berbentuk fisik, kanal aspirasi melalui media sosial sudah menjadi salah satu opsi masyarakat dalam menyampaikan ide-ide dan gagasan,” ujar Abduh. “Tiga poin kunci dari gerakan sosial ialah bersifat kolektif, berdasarkan kepentingan dan tujuan yang sama, serta mencari perubahan di luar institusi yang sudah mapan,” lanjutnya.

Mobilisasi Masa yang Efektif

Adapun cara untuk memobilisasi masa yang efektif adalah adanya data yang didorong sebagai sumber informasi yang dipercaya, support engagement untuk meningkatkan ketertarikan pada isu-isu, dan influencer yang sesuai dengan isu yang akan disampaikan.

Ia menuturkan, “Terdapat beberapa ruang publik dalam bentuk digital yaitu koran, media sosial, platform aspirasi (change.org, petisionline.com, dan lain-lain), tempat nasi gratis bandung, sedekah sampah, dan hemat energi.”

Selain itu, menurutnya, fungsi karya seni dalam lingkungan sosial ialah sebagai salah satu penyampai pesan. Misalnya seni daur ulang barang bekas yang digunakan sebagai sarana gerakan yang mengedepankan keindahan. “Sementara itu, untuk sarana hiburan di tengah kepenatan kegiatan, bisa mengambil contoh musik yang membawa pesan karya Koes Plus dengan judul ‘Bukan Lautan Hanya Kolam Susu’,” tutup Abduh. (Zah)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Muhammad-Abduh-Zulfikar-S.Pt_.-narasumber-Seminar-Nasional-Pameran-Digital-BEM-FAI-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Zahro.jpeg 900 1600 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-30 08:55:492023-03-30 08:55:49Transformasi Gerakan Sosial di Ruang Digital

Apoteker Spesialis dan Prospeknya dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan

28/03/2023/in Feature /by Ard

Drs. apt. Nurul Falah Eddy Pariang, Dewan Penasihat PP IAI, pembicara seminar nasional “Kesiapan Perguruan Tinggi Menghadapi Era Apoteker Spesialis” yang diselenggarakan Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Sinta Anggraeni)

Drs. apt. Nurul Falah Eddy Pariang selaku Dewan Penasihat Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI) menjadi pembicara pertama pada acara seminar nasional “Kesiapan Perguruan Tinggi Menghadapi Era Apoteker Spesialis”. Seminar rangkaian Milad Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ke-27 ini digelar pada Sabtu, 18 Maret 2023 bertempat di Kampus III UAD.

Saat ini, banyak permasalahan kesehatan yang kompleks membutuhkan bermacam-macam penanganan. Hal ini menjadi tantangan bagi tenaga medis seperti apoteker untuk selalu mengembangkan dan meningkatkan penanganan mutu kesehatan masyarakat. Salah satu solusi dari masalah tersebut adalah dengan meningkatkan kompetensi seorang apoteker menggunakan sistem advanced pharmacy practice.

Advanced pharmacy practice merupakan penggambaran praktik apoteker yang dimulai dari tahun awal praktik hingga tingkat lanjut (konsultan). “Ada 4 tahap dari proses advanced pharmacy practice yaitu prospek advancing competencies, initial education and training, tahapan menjadi advanced pharmacist, dan kerangka kompetensi,” jelas Mantan Komisaris PT Kimia Farma itu.

Prospek Advancing Competencies

Seorang apoteker penting untuk memiliki kompetensi yang unggul dari segi kompetensi akademik dan spesialis. Kompetensi ini sangat berpengaruh untuk mengoptimalkan hasil terapi dan meminimalkan risiko pengobatan atau Medication Therapy Management (MTM). Dengan memiliki kompetensi, seorang apoteker diharapkan dapat menciptakan efektivitas biaya atau cost effective untuk pengadaan persediaan farmasi, farmasi klinis, dan bahan habis pakai.

“Seorang apoteker perlu menunjukkan bahwa mereka mampu menghantarkan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care), mencegah, mengidentifikasi, dan mitigasi masalah terkait obat (MTO), serta menunjukkan profesionalisme sesuai standar praktik,” paparnya.

Initial Education and Training

Fase pendidikan seorang apoteker dimulai dari pendidikan sarjana selama 4 tahun, 1 tahun pelatihan profesi, dan 10 tahun praktik lanjutan yang mempersiapkan mahasiswa menjadi apoteker berkualitas, berwawasan, serta bersertifikat. Kegiatan pelatihan profesi apoteker dapat berupa Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA), Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI), dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Untuk itu, seorang apoteker harus memiliki aspek-aspek kemampuan personal dan profesional, adaptif, kreatif, kritis, analitis, keterampilan apoteker, serta pengelolaan praktik kefarmasian.

Tahapan Menjadi Advanced Pharmacist

Advanced pharmacist memiliki 4 jenis tahapan yang dimulai dari pendidikan sarjana dengan gelar S.Farm. dan 40 tahun praktik. Pertama, apoteker generalis yang melayani berbagai macam penyakit (ringan hingga rumit) dan pasien, memantau kondisi, mengedukasi tentang penyakit kesehatan, serta mengontrol kepatuhan pasien. Kedua, apoteker fokus yang melayani penyakit dan pasien tertentu seperti Certified Diabetes Educator (CDE) dan certified disease management (CDM).

Ketiga, apoteker advanced generalist seperti Board certified Pharmacotherapy Specialties (BCPS) yang melayani penyakit rumit dengan cakupan luas bersama tenaga medis lain. Terakhir, apoteker spesialis seperti Board Certified Nuclear Pharmacist (BCNP) yang hanya melayani kelompok pasien dengan penyakit rumit.

Kerangka Kompetensi

Prinsip menjadi seorang apoteker yang unggul (advanced) ada 2 yaitu melakukan self assessment atau penilaian diri berdasarkan kerangka kompetensi Global Competency Framework (GbCF) atau Global Advanced Development Framework (GADF), dan mengidentifikasi jarak antar kompetensi (competency gap).

“GbCF biasa digunakan untuk apoteker yang baru praktik, sekitar 1 hingga 2 tahun. Sedangkan GADF digunakan untuk pengembangan praktik profesional dan mendapatkan pengakuan profesi,” tutur alumni Fakultas Farmasi UGM ini.

Terakhir, Nurul yang sesekali menyisipkan candaan di antara penjelasan materinya menutup sesi dengan berkata. “Tenaga kerja medis yang berkualitas tinggi akan menciptakan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kualitas kesehatan.” (sin)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Drs.-apt.-Nurul-Falah-Eddy-Pariang-Dewan-Penasihat-PP-IAI-pembicara-seminar-nasional-yang-diselenggarakan-Fakultas-Farmasi-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Sinta-Anggraeni-scaled.jpg 1459 2560 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-28 08:48:052023-03-28 09:04:17Apoteker Spesialis dan Prospeknya dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan

Nona Carolina: Dedikasikan Prestasi untuk Orang Tua

27/03/2023/in Feature /by Ard

Nona Carolina, mahasiswa berprestasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) juara II lomba esai tingkat nasional (Foto: Istimewa)

Mahasiswi Program Studi (Prodi) Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Nona Carolina, atau yang akrab disapa Nona, berhasil memenangkan juara II kompetisi esai tingkat nasional. Acara itu diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (Himaprodi) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Universitas Nusantara PGRI, Kediri.

Kompetisi diikuti oleh mahasiswa dari seluruh Indonesia karena berskala nasional. Alur lomba di antaranya pendaftaran yang dibuka 16 Januari 2023 dan batas akhir pengumpulan karya pada 25 Februari 2023. Kemudian, peserta yang masuk finalis diumumkan 1 Maret 2023 dan presentasi serta tanya jawab dilakukan pada 11 Maret 2023. Setelah melakukan serangkaian acara, kegiatan berikutnya adalah pengumuman lomba.

Motivasi Nona mengikuti lomba ialah dedikasi prestasi untuk orang tua yang sudah tidak ada. Rasa cinta kepada almamater tempat Nona belajar, turut serta mendorongnya agar membawa nama baik UAD di berbagai kompetisi luar kampus.

“Sebelum lomba, saya mempersiapkan karya dengan sebaik mungkin. Setelah dinyatakan sebagai finalis, saya lebih memahami dan mendalami karya, membuat power point, dan berlatih presentasi,” ujarnya.

Mahasiswi yang sudah berprestasi sejak SMA itu mengaku sangat senang dan bersyukur diberikan kenikmatan yang luar biasa oleh Allah Swt. Apalagi mampu menyaingi universitas besar yang sebelumnya dianggap suatu hal yang sulit, mengingat persiapan yang dinilai kurang maksimal. Alasan kurang maksimal di antaranya manajemen waktu, karena lomba dilakukan secara daring dan kebetulan ia sedang pulang kampung. Nona banyak melakukan kegiatan di rumah makanya kurang maksimal saat persiapan lomba. Meski demikian, Nona tidak patah semangat dan cepat berputus asa.

Di akhir, pesan Nona kepada mahasiswa UAD agar teman yang lain dapat mengikuti jejak prestasi yang diraih, yaitu kembali mengingat perjuangan orang tua. Hal ini merupakan langkah awal untuk bangkit dan meninggalkan zona nyaman. “Harapan saya semoga ke depan saya bisa mendapatkan pelajaran banyak hal ketika kuliah dan mampu menebar kebermanfaatan dengan sesama. Semoga UAD semakin jaya dengan mahasiswa dan alumni yang luar biasa tangguh serta berprestasi.” (ctr)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Nona-Carolina-mahasiswa-berprestasi-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-juara-II-lomba-esai-tingkat-nasional-Foto-Istimewa-scaled.jpg 2092 2560 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-27 11:23:002023-03-27 11:23:00Nona Carolina: Dedikasikan Prestasi untuk Orang Tua

Mengenal Belajar dan Tujuannya

24/03/2023/in Feature /by Ard

Zaenab Amatillah Rodhiyya pemateri pada program soft skills yang diselenggarakan Bimawa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

Pelatihan soft skill adalah kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap tahun. Acara tersebut bertujuan untuk membekali mahasiswa baru dengan keterampilan dasar yang perlu dimiliki. Kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa ini memiliki beberapa rangkaian acara, salah satunya adalah acara talkshow dengan judul “Dahlan Muda Menginspirasi” yang diselenggarakan di Amphitarium Kampus Utama Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Kamis, 2 Maret 2023.

Salah satu pembicara yang menginspirasi adalah Zaenab Amatillah Rodhiyya, mahasiswa Program Studi (Prodi) Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 UAD. Pada acara ini ia banyak membicarakan tentang pentingnya belajar, bagaimana kita mampu belajar secara mandiri, dan mengerti apa tujuan kita belajar.

Ketika belajar, kita mampu menginternalisasi sesuatu yang kita pelajari ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan berdampak pada perubahan di kehidupan kita, karena belajar itu tidak terbatas sampai pendidikan formal tetapi juga bisa didapat dari segala arah.

“Saya menulis secara rinci dari semester 1 sampai semester 8, apa saja hal-hal yang ingin saya lakukan. Preferensi teman-teman ketika sudah lulus juga dikembalikan lagi kepada masing-masing seseorang. Maka dari itu, stop untuk bermalas-malasan dan berusahalah untuk mengontrol rasa malas belajar tersebut,” ungkap Zaenab.

Salah satu cara untuk belajar dapat juga dengan membangun kolaborasi dengan orang lain, karena dengan banyaknya relasi yang positif, kita bisa mendapatkan kesempatan dari mereka. Entah kesempatan untuk lomba, dan kesempatan belajar dengan orang-orang yang lebih berpengalaman.

“Mulai sekarang, kita harus mengerti tujuan, nilai-nilai, serta prinsip. Perbedaan prinsip adalah hal yang wajar. Selanjutnya, kita harus mengetahui apa yang dimau dan tidak mau, karena orang pintar mengetahui apa yang ia mau tetapi orang bijaksana mengetahui apa yang ia tidak mau. Itu akan mencegah terjadinya overload dan overwarm pada diri kita yang memengaruhi emosional kita juga.”

Pada akhir paparan materinya, Zaenab menegaskan bahwa akademik memang sangat penting, tetapi berserah dan kebiasaan mendekatkan diri kepada Allah juga tak kalah penting. Sebab, semua hal berkolerasi dengan agama kita. (syf)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Zaenab-Amatillah-Rodhiyya-pemateri-pada-program-soft-skills-yang-diselenggarakan-Bimawa-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-24 08:11:172023-03-24 08:11:17Mengenal Belajar dan Tujuannya

Bagaimana Cara Meraih Prestasi?

24/03/2023/in Feature /by Ard

Desy Restia Rahmawati, S.Farm. pemateri soft skills yang diadakan di Amphitarium Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto: Istimewa)

“Motivasi untuk keliling dunia dengan prestasi adalah, injakkan kaki dan perluas sujud di bagian bumi Allah yang lain, karena bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud,” ungkap Desy Restia Rahmawati, S.Farm. mahasiswa beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) batch VI.

Pada kegiatan soft skill series yang membahas mengenai pentingnya prestasi, Desy mengatakan bahwa setiap manusia terlahir sudah berprestasi, setiap dari kita terlahir sebagai pemenang. Untuk itu, jangan menjalani hidup dengan mengalir saja, jangan sekadarnya. Kita harus meraih apa yang kita sebut dengan prestasi.

“Waktu yang dihabiskan di sini sama-sama 4 tahun, kita semua diberi waktu yang sama untuk menempuh sarjana. Namun yang membedakan adalah upaya kita, apakah kita akan lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4,0 atau 3,5 saja yang penting cum laude, atau 2,5 tidak apa-apa yang penting lulus. Setiap mahasiswa harus mampu menumbuhkan rasa ingin terus belajar dan berprestasi dari dalam diri,” lanjut Desy (2/3/2023) di Amphitarium, Gedung Utama Kampus IV, Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

“Rasa tidak percaya diri dan kegagalan pasti tumbuh dalam diri seseorang, nanti akan banyak sekali kekecewaan, nangis, histeris, atau bahkan beberapa hal yang lebih parah lagi di awal-awal, juga pada prosesnya. Namun mau tidak mau kita harus tetap menjadi seseorang yang unggul, kita harus mendorong diri kita untuk berada di atas rata-rata orang biasa, sehingga membuat kita memiliki tujuan yang jelas, dan jalan ke depan akan dimudahkan.”

Banyak standarisasi atau parameter yang diidealisasikan. Tidak hanya IPK atau karya, tetapi soft skill juga sangat penting, karena hal tersebut bisa memperluas kapabilitas seseorang.

Pemahaman konsep prestasi penting untuk kita tadaburi supaya benar-benar menghunjam ke jiwa. Sebab, nantinya akan memengaruhi ke tindakan, pikiran kita sehari-hari, serta lingkungan. Ingat, kita perlu memilih lingkungan apa yang kita butuhkan dan inginkan. Apakah lingkungan yang berprestasi dan saling mendukung, atau yang tidak membuat kita berkembang.

Desy juga memaparkan pentingnya menjadi mahasiswa berprestasi. Selain mempermudah langkah studi dan karier, kita juga akan mendapatkan kesempatan luar biasa yang tidak semua orang mendapatkannya. Hal tersebut memberi dampak positif bagi keluarga, lingkungan, teman, dan masyarakat, sehingga membuat sarana implementasi kita lebih luas, serta dapat menjalin silaturahmi, dakwah, maupun ibadah.

Pada akhir paparan materinya, ia mengatakan kesempatan yang seolah datang 2 kali sebenarnya sudah berbeda. Kalau kita gagal dalam suatu hal coba lagi saja, jangan dilewatkan. Tidak apa-apa gelisah dalam hidup, karena untuk hidup kita bertumbuh dan berkembang. (msy)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Desy-Restia-Rahmawati-S.Farm_.-pemateri-soft-skills-yang-diadakan-di-Amphitarium-Kampus-IV-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-Foto-Istimewa.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-24 07:51:562023-03-24 07:51:56Bagaimana Cara Meraih Prestasi?

Mukmin yang Sukses dalam Perspektif Al-Qur’an

21/03/2023/in Feature /by Ard

Kajian Rutin Ahad Pagi Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dengan pemateri Dadi Nurhaedi, S.Ag., M.Si. (Foto: Catur)

Kajian Rutin Ahad Pagi yang terselenggara di Islamic Center (IC) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berlangsung secara luring di kompleks Masjid IC UAD serta disiarkan langsung pada kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD. Pemateri kali ini adalah Dadi Nurhaedi, S.Ag., M.Si. yang merupakan dosen di UAD pengampu mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).

Menurut penuturan Dadi, ada beberapa upaya yang dilakukan agar dapat menjadi mukmin yang sukses menurut pandangan Al-Qur’an. Secara sederhana sukses dapat diartikan bahagia atau beruntung apa pun keadaannya. Kesuksesan tidak diukur dengan hal-hal duniawi saja. Bagi seorang mukmin, kesuksesan paling penting dan pokok ialah dapat sukses dunia dan akhirat.

Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 1–12 menjelaskan bahasan penting mengenai orang yang sukses. Pertama, orang yang khusyuk dalam salatnya. Salat merupakan suatu amalan sangat penting karena merupakan ibadah yang ditunjukkan secara langsung dengan gerakan dan bacaan kepada Allah Swt. Dadi menjelaskan khusyuk merupakan memusatkan perhatian dan konsentrasi hanya kepada Allah Swt semata. Salah satunya dengan cara memahami apa yang dibaca, melakukan gerakan salat secara tumakninah, merasa disaksikan, serta bertemu dan diawasi oleh Allah Swt.

“Khusyuk dalam salat merupakan sesuatu hal yang sangat penting karena sebenarnya dapat menjadi solusi permasalahan hidup. Caranya, jangan anggap salat sebagai beban tetapi anggaplah sebagai sebuah kebutuhan niscaya kita tidak akan terbebani,” jelasnya.

Kedua, orang yang mampu menjauhkan diri dari hal yang sia-sia atau tidak bermanfaat. Macamnya bisa berupa perkataan dan perbuatan, serta tidak membuat dirinya larut dalam hal yang sia-sia. Dalam Al-Qur’an lebih banyak dijelaskan pekerjaan yang berkaitan dengan lisan. Banyak waktu yang tercuri dari kita misalnya menonton sinetron, merumpi, bermain gim hingga melalaikan waktu salat, dan sebagainya.

Ketiga, orang-rang yang menunaikan zakat. Secara bahasa, zakat dapat diartikan sebagai tumbuh dan berkembang. Seseorang yang berzakat maka jiwanya akan suci. Selain itu, sikap rakus, pelit, dan egois dapat terhapuskan dengan berzakat.

Keempat, orang yang data menjaga kemaluannya agar tidak sampai melanggar norma agama. Kelima, orang yang bisa menunaikan amanah dan tanggung jawab. “Semua orang memiliki tugas dan tanggung jawab. Contohnya orang tua memiliki amanah untuk mendidik anak, ayah memiliki amanah untuk memberi nafkah kepada keluarga, seorang mahasiswa memiliki amanah untuk belajar dengan giat agar kelak bermanfaat untuk orang banyak,” lanjut Dadi.

Terakhir, orang yang bisa menjaga salatnya. Maksudnya ialah, salat sesuai dengan waktunya, memahami dan merasakan bacaan serta gerakan salat yang dilakukan, merasakan hadirnya Allah Swt., dan berusaha mengenakan pakaian yang baik yang dimilikinya.

“Kita memang telah menjadi mukmin, tetapi hendaknya yang diinginkan ialah mukmin yang sukses, beruntung, bahagia, dan selamat baik di dunia maupun di akhirat. Sesungguhnya hal tersebut bisa diraih oleh semua orang dengan tekad dan usaha yang sungguh-sungguh. Karena mereka itulah orang yang akan menempati surga Firdaus. Surga yang tingkatan levelnya sangat tinggi. Di dalamnya, mereka akan merasakan kenikmatan yang luar biasa tidak ada tandingannya. Mudah-mudahan kita dapat menjadi orang yang memiliki kesalehan terhadap Allah Swt. dan kesalehan kepada manusia. Mari maksimal kesempatan yang masih ada untuk senantiasa berusaha dan berlomba menjadi mukmin yang sukses.” (ctr)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Kajian-Rutin-Ahad-Pagi-Masjid-Islamic-Center-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-dengan-pemateri-Dadi-Nurhaedi-S.Ag_.-M.Si_.-Foto-Catur.jpg 768 1366 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-21 08:42:282023-03-21 08:42:28Mukmin yang Sukses dalam Perspektif Al-Qur’an

Membangun Komitmen dan Kepercayaan Diri

20/03/2023/in Feature /by Ard

Dr. Gatot Sugiharto, S.H., M.H. Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pemateri Career Camp #2 UAD (Foto: Zulfan Faizun)

Wakil Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr. Gatot Sugiharto, S.H., M.H. berkesempatan menjadi narasumber dalam kegiatan Career Camp #2 yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Karier (Puska) Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) UAD. Acara ini dilaksanakan di Wisma Sargede pada 11–12 Maret 2023. Gatot menyampaikan topik “How to Build Your Self-Confident and Commitment” sebagai materi pembuka dalam acara tersebut.

Ia mengawali pembahasan dengan analogi yang menarik dengan menyuguhkan 2 gambar yakni kolam renang dan samudra. Dalam rangka menghadapi luasnya samudra maka diperlukan gaya berenang yang beragam. Jika kesempatan berenang dipelajari di kolam renang maka tidak cukup hanya 1 gaya berenang yang dapat kita pelajari. “Dalam hal ini, selagi di bangku kuliah, perbanyaklah mengikuti pelatihan, salah satunya adalah Career Camp ini,” jelasnya.

“Ibarat gelas yang diisi dengan air, kita saat menjadi mahasiswa adalah gelas yang kosong. Selanjutnya, ketika mengikuti organisasi maka gelas tersebut terisi setengahnya, jika mengikuti kompetisi lalu berhasil juara maka akan terisi lagi gelasnya, dan seterusnya hingga penuh. Saat nanti lulus dari UAD, kita akan percaya diri menghadapi kehidupan yang sebenarnya,” tambahnya.

Valensi Diri

Valensi adalah ‘takaran’ atau ‘bobot’ yang mewakili keseluruhan kapasitas diri. Setiap orang memiliki valensi yang berbeda-beda. Valensi yang dimiliki akan menentukan kualitas hasil kerja dan memengaruhi tingkat kesuksesan diri.

Untuk meningkatkan valensi di dalam diri, setidaknya ada 3 hal yang perlu dipersiapkan sebagai mahasiswa. Pertama, intellectual capital yang dapat diperoleh di bangku kuliah. Kedua, social capital yang diperoleh dari pembelajaran di organisasi seperti belajar berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Ketiga, moral capital yakni kompas moral sebagai umat beragama yang dapat menjadi penunjuk arah sesuai dengan rida Allah.

Ketiga hal tersebut menghasilkan kualitas soft skill seperti team works, communication, leadership, motivasi diri, dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk mendapatkannya adalah dengan mengikuti organisasi.

Dr. Gatot berpesan agar tidak terjebak dalam perangkap kesuksesan. “Keahlian dan kesuksesan sering menjadi dambaan dan kebanggaan seseorang. Namun, bisa juga menjadi perangkap yang menjebak, yakni saat seseorang hanya menekuni 1 keahlian dan keahlian itu sudah tidak dibutuhkan, serta kesuksesan masa lalu melenakan seseorang dari keinginan untuk terus belajar dan beradaptasi.”

Membangun Kepercayaan Diri

Self confidence atau percaya diri berarti sejauh mana seseorang memiliki penilaian dirinya atas berbagai kondisi, fisik, psikologis, moral, dan sosial. Ekspektasi atau harapan besar kepada pencapaian mampu dilakukan seseorang berdasarkan evaluasi atas kemampuan dan performanya. Dr. Gatot menjelaskan, “Ketika kita yakin kepada kemampuan diri, maka cenderung makin termotivasi mencapai tujuan dan memiliki motivasi yang tinggi.”

Self esteem atau harga diri berarti sejauh mana seseorang meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat, atau berharga di dalam dirinya. “Ini berupa hasil evaluasi kita terhadap diri sendiri, termasuk mengetahui apa saja yang bisa kita lakukan dan mana yang kurang dikuasai,” jelasnya.

Self love atau mencintai diri sendiri yakni penerimaan terhadap keseluruhan diri sebagai manusia. Tidak hanya menerima kelebihan, tetapi juga kekurangan yang ada pada diri sendiri.

Ketiga konsep itu merupakan bagian dari cara memandang diri sendiri. Ketiganya saling mendukung dan berkaitan sekaligus memiliki perbedaan khas. “Mencintai diri sendiri akan meningkatkan harga diri supaya memunculkan kepercayaan diri dan komitmen,” tegas Gatot.

Membangun Self Esteem

Terdapat beberapa cara untuk membangun self esteem, di antaranya belajar tersenyum, menjadi pendengar yang baik, memberi apresiasi dan balas pujian, serta temukan sikap dan perilaku yang otonom berarti pernyataan yang diterima oleh semua orang. Selain itu juga perlu membangun hubungan yang dapat dilihat dari sikap dan perilaku dalam berkomunikasi atau bersosialisasi. Misalnya cara duduk, berdiri, gestur tubuh, bahasa tubuh, pilihan diksi saat bicara, serta pemilihan topik pembicaraan akan menentukan hubungan sosial.

Self esteem positif muncul dari kebanggaan atas kemampuan yang dikuasai sehingga akan berdampak pada meningkatnya kepercayaan diri yang tinggi. Namun, tidak sepenuhnya berlaku untuk semua hal dan kondisi pada diri kita. Gatot memberikan analogi seperti halnya jika seseorang merupakan atlet bola voli maka self esteem akan terbangun saat di lapangan bola voli.

Personal Branding

Personal branding merupakan persepsi yang muncul di mata orang lain terhadap diri kita. Salah satu indikator personal branding berhasil atau tidak dapat diukur dari seberapa banyak orang yang sudah mengenal diri kita. Cara mengenalkan diri adalah mempunyai sesuatu yang dapat dengan mudah dikenali. Salah satu cara membangunnya adalah dengan memanfaatkan media sosial dengan bijak.

Dalam membangun personal branding maka akan menguatkan komitmen yakni dedikasi atau kewajiban yang mengikat bagi diri sendiri ataupun orang lain. Gatot menambahkan, “Tetapkan komitmen Saudara mulai hari ini dan jalankan komitmen itu untuk harga diri Anda jauh lebih tinggi, agar Anda lebih percaya diri dalam berjuang untuk masa depan!” (roy)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Dr.-Gatot-Sugiharto-S.H.-M.H.-Wakil-Rektor-Bidang-Kemahasiswaan-dan-Alumni-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-pmateri-di-acara-Career-Camp-2-UAD-Foto-Zulfan-Faizun.jpg 1125 2000 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-20 11:06:052023-03-20 11:07:12Membangun Komitmen dan Kepercayaan Diri

Komposisi Gizi dan Tubuh yang Ideal Bagi Remaja

18/03/2023/in Feature /by Ard

Anna Fitriani, S.K.M., M.K.M. pemateri seminar daring nasional oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD), UHAMKA, dan Seameo Recfon (Foto: Novita)

Anna Fitriani, S.K.M., M.K.M. peneliti dan dosen Program Studi (Prodi) Gizi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) didapuk menjadi narasumber pada sedaring nasional kolaborasi antara Universitas Ahmad Dahlan (UAD), UHAMKA, dan SEAMEO RECFON pada Sabtu, 25 Februari 2023. Penerima penghargaan Deakin University Post-Graduate Research Scholarship di Deakin University, Australia, ini memiliki ketertarikan di bidang Nutrition for Fitness and Sport Performance.

“Ada 4 topik yang akan saya sampaikan. Pertama, perubahan pada remaja dan anjuran gizi secara umum. Kemudian komposisi tubuh yang mungkin masih terdengar asing bagi orang awam. Selanjutnya, membahas protein sesuai dengan tema kita hari ini dan diakhiri dengan bagaimana latihan untuk menunjang komposisi tubuh yang baik,” jelas Anna.

Perubahan pada Remaja

Anna menjelaskan bahwa secara sadar ataupun tidak, remaja mengalami perubahan baik secara fisik, kognitif, maupun emosi. Remaja merupakan salah satu fase atau tahap pacu tumbuh yang cepat dalam periode hidup manusia. “Periode pacu tumbuh ini dapat berlangsung selama 2–3 tahun. Pertumbuhan pada remaja perempuan sekitar 5–25 cm, sedangkan pada laki-laki sekitar 10–30 cm. Selain itu, pertumbuhan tulang seperti mineralisasi tulang atau pemadatan tulang dan pemanjangan tulang sebaiknya dimanfaatkan secara maksimal oleh remaja.”

Kegemukan dan Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh pada fase anak-anak tentu saja berbeda dengan masa remaja. Pada fase ini, terlihat jelas perbedaan komposisi tubuh antara remaja laki-laki dan perempuan.

“Hormon testosteron pada laki-laki membangun massa otot yang lebih besar dengan kerangka tulang yang lebih besar dan berat daripada perempuan, sedangkan perempuan dengan hormon estrogen cenderung menghasilkan lemak sebagai modal menstruasi yang terjadi secara teratur,” terang Anna.

Masalah yang kini dihadapi adalah tidak semua remaja memiliki komposisi tubuh yang ideal. Banyak masalah yang dialami oleh remaja: suka jajan, tidak sarapan, waktu dan porsi makan tidak sesuai, rendah keanekaragaman makan, serta tidak aktif. Citra tubuh juga berpengaruh mengingat remaja mengalami perubahan secara emosi, biasanya citra tubuh dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Remaja dengan riwayat stunted pada fase sebelumnya akan memengaruhi (meningkatkan) massa lemak pada masa pertumbuhan sehingga memiliki kecenderungan kegemukan.

“Jika saya rangkum masalah kegemukan remaja di Indonesia, berdasarkan angka prevalensi kegemukan (%) tahun 2010–2018 RISKESDAS (Litbangkes Kemenkes RI) terjadi peningkatan secara signifikan. Untuk remaja berusia 13–15 tahun, kegemukan meningkat dari 2,5% ke 16%, sedangkan usia 16–18 tahun meningkat dari 1,4% ke 13,5%. Oleh karena itu, kita harus lebih berhati-hati dan cegah sedini mungkin,” jelasnya.

Indeks Massa Tubuh (IMT)

“Untuk mengukur apakah kita gemuk atau kurus, kita bisa menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengukuran ini dilakukan secara sederhana, yaitu membagi berat badan (dalam kg) dengan tinggi badan (dalam ). Jika hasil menunjukkan angka kurang dari 17,0 atau 17,0–18,4, remaja berada di kategori kurus, angka 18,5–25,0 berada di kategori normal, dan angka 25,1–27,0 berada di kategori gemuk serta lebih dari 27,0 berada di kategori gemuk berat (obesitas),” terang Anna.

Ia juga menambahkan, mengukur berat badan menggunakan timbangan sejatinya tidak menunjukkan hal apa pun. Tubuh manusia terdiri atas tulang, otot, lemak, cairan, dan sebagainya sehingga sulit untuk mendeteksi komposisi apa yang sebenarnya mengalami kenaikan (secara signifikan atau tidak). Penelitian menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan berat badan secara signifikan, lemaklah yang berpengaruh besar dalam hal tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi komposisi tubuh.

“Kebugaran seseorang dapat dilihat dari komposisi tubuhnya. Lebih baik meningkatkan massa otot dan menurunkan massa lemak karena dapat menurunkan risiko sindrom metabolik,” tambahnya.

Gizi dan Latihan Fisik Penunjang Komposisi Tubuh yang Baik

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia, remaja laki-laki berusia 13–15 tahun dianjurkan untuk mengonsumsi protein sebesar 72 gram/hari dan perempuan 69 gram/hari, sedangkan berusia 16–18 tahun sebesar 66 gram/hari untuk laki-laki dan 59 gram/hari untuk perempuan. Namun, faktanya remaja yang kekurangan asupan protein (dari AKG) jumlahnya lebih besar daripada yang berkecukupan.

“Ketika kita makan lebih banyak dari yang dibutuhkan, tentu saja akan menjadi simpanan dalam tubuh. Akan menjadi baik jika simpanan berupa otot, tetapi kasus yang sering terjadi tidak demikian, simpanan yang terbentuk berupa lemak. Kita perlu menyeimbangkan kalori yang masuk dan keluar tubuh.”

Untuk dapat meningkatkan massa otot dan menurunkan massa lemak, ia menyarankan agar melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit/hari dengan intensitas sedang hingga tinggi.

“Untuk massa otot, kita bisa padu-padankan aerobik dan latihan otot. Aerobik dapat meningkatkan ketahanan jantung dan paru-paru serta menurunkan massa lemak karena meningkatkan metabolisme lemak. Selain itu, terdapat pula latihan fleksibilitas yang berorientasi pada konsistensi dalam berolahraga agar tidak cedera. Jadikanlah latihan fisik sebagai kebutuhan,” pungkasnya. (nov)

uad.ac.id

https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/Anna-Fitriani-S.K.M.-M.K.M.-pemteri-seminar-daring-nasional-oleh-Universitas-Ahmad-Dahlan-UAD-UHAMKA-dan-Seameo-Recfon-Foto-Novita.jpg 503 1118 Ard https://news.uad.ac.id/wp-content/uploads/logo-news-uad-2.png Ard2023-03-18 08:39:372023-03-18 08:39:37Komposisi Gizi dan Tubuh yang Ideal Bagi Remaja
Page 35 of 67«‹3334353637›»

TERKINI

  • Turnamen Tenis Meja: Dari Hobi Menjadi Prestasi di Tengah Masyarakat01/07/2025
  • Dosen UAD Manfaatkan Pati Singkong dan Bunga Telang Jadi Kemasan Pangan Ramah Lingkungan01/07/2025
  • Dosen UAD Kembangkan Produk Sehat Berbasis Rumput Laut Merah dengan Pendekatan Design Thinking01/07/2025
  • Toleransi Itu Peduli, Bukan Acuh01/07/2025
  • Belajar Menjadi Pemimpin Lewat Organisasi01/07/2025

PRESTASI

  • Mahasiswa FK UAD Raih Juara I Lomba Menyanyi Nasional01/07/2025
  • Tapak Suci UAD Raih Juara Umum II di Kejuaraan Nasional Bhayu Manunggal Championship 202530/06/2025
  • Mahasiswa UAD Torehkan Prestasi di Kejuaraan Nasional UPI Karate Cup V 202526/06/2025
  • Mahasiswa FK UAD Raih Juara 3 Lomba Artikel Ilmiah Nasional25/06/2025
  • Mahasiswa UAD Juara 2 Lomba Fotografi dengan Karya Bertema Edukasi Islami24/06/2025

FEATURE

  • Ijazah Saja Tak Cukup, Begini Strategi Lulusan Baru Hadapi Dunia Kerja01/07/2025
  • Menyemai Sila Pertama, Menuai Takwa30/06/2025
  • Krisis Identitas di Kalangan Mahasiswa, Kamu Salah Satunya?30/06/2025
  • Penyampaian materi tentang Digital Public Health oleh Kepala BKPK Kemenkes RI dalam kuliah pakar Prodi Magister Kesmas Universitas Ahmad Dahlan (UAD) (Foto. Isah)Digital Public Health Competencies30/06/2025
  • Mendidik Anak Tak Semudah Memindahkan Air28/06/2025

TENTANG | KRU | KONTAK | REKAPITULASI

Scroll to top