Pentingnya Kesehatan Reproduksi Remaja
Suara Merdeka (26 Juni 2024)
Rizka Ariani
Remaja merupakan kelompok usia rentan dan memiliki kecenderungan dalam menghadapi tantangan kesehatan dan sosial. Salah satu masalah pada remaja yang menjadi isu global adalah mengenai kesehatan reproduksi remaja. Hal ini menjadi sangat penting karena banyak sekali dampak yang dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan sikap pada remaja mengenai kesehatan reproduksi. Organisasi kesehatan dunia, WHO menyatakan remaja yang memulai aktivitas seksual sementara mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk perlindungan dapat menempatkan remaja pada risiko yang lebih tinggi dari kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman dan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS.
Tingginya kejadian pernikahan dini dan melahirkan pada usia muda dikaitkan dengan tingkat kematian dan kesakitan ibu yang lebih tinggi serta tingginya kejadian kematian neonatal dan bayi. Dalam laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menyatakan sekitar 0,9 persen perempuan di Indonesia sudah hamil pertama kali di usia 10-14 tahun, dan sekitar 25,8 persen di usia 15-19 tahun. Angka tersebut menunjukkan banyak sekali ibu hamil di usia remaja di Indonesia. Peningkatan pengetahuan dan sikap mengenai menjaga kesehatan reproduksi pada remaja penting sekali diberikan baik untuk remaja perempuan maupun laki-laki.
Kesehatan reproduksi remaja di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, meskipun terdapat beberapa kemajuan dalam beberapa tahun terakhir. Tantangannya dapat berupa angka kehamilan tidak diinginkan di Indonesia masih tinggi terutama di kalangan remaja. Tantangan lain adalah prevalensi infeksi menular seksual (IMS) di kalangan remaja yang tinggi. Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Reproduksi Remaja tahun 2021 menunjukkan 6,6 persen remaja perempuan berusia 15-19 tahun pernah terdiagnosis IMS. Selain itu, data Kementerian Kesehatan tahun 2023 menunjukkan bahwa 1,2 persen kasus HIV/AIDS di Indonesia terjadi pada remaja berusia 15-19 tahun. Hal ini akibat kurangnya pengetahuan dan akses informasi. Banyak remaja di Indonesia masih kekurangan pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas. Akibatnya, mereka rentan terhadap perilaku berisiko.
Edukasi Remaja
Desa Srimulyo merupakan desa dengan banyak objek wisata sehingga banyak sekali pengunjung yang datang dan berpotensi membawa suatu dampak baik ataupun buruk kepada warga sekitar. Secara demografi sebaran usia pada Desa Srimulyo merata, terdapat banyak remaja di desa tersebut. Jumlah remaja usia 10-19 tahun adalah sebanyak 2.665 jiwa terdiri atas 1.369 laki-laki dan 1.296 perempuan. Remaja sangat mudah sekali mendapatkan pengaruh dari pihak luar karena tingginya rasa ingin tahu dari remaja. Kesehatan reproduksi dan edukasi seksual menjadi sangat penting dalam memastikan remaja tersebut tidak terpengaruh oleh kondisi yang sangat dinamis dari berbagai macam pengunjung. Pada saat ini, internet juga menjadi faktor utama dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja terhadap pendidikan seksual. Terlalu banyaknya informasi dari internet, membuat remaja bingung manakah yang benar dan manakah yang salah.
Peningkatan pengetahuan dan sikap dalam menjaga kesehatan reproduksi menjadi salah satu cara untuk mengurangi dampak-dampak yang sebelumnya disebutkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja adalah dengan penyuluhan dan edukasi terhadap remaja mengenai pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan dampak yang terjadi akibat perilaku yang tidak menjaga diri terutama kesehatan reproduksi. Melalui edukasi, remaja akan mengetahui informasi yang akurat, valid, dan lengkap dan dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari. Penyuluhan yang dilakukan di desa tersebut menunjukkan tingginya animo remaja untuk mengetahui lebih dalam mengenai kesehatan reproduksi remaja.
Melalui pre-test dan post-test, mendapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan nilai post-test dibandingkan nilai pre-test dan dapat disimpulkan dengan penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan remaja tersebut. Selain itu pemaparan edukasi yang kontinu dan menggunakan informasi terverifikasi sangat penting. Target pemaparan informasi tidak hanya remaja, tetapi juga orang tua dan masyarakat awam. Sehingga kesadaran mengenai kesehatan reproduksi remaja tercapai dan tidak hanya dimiliki oleh remaja tapi oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sumber : https://kedu.suaramerdeka.com/pendidikan/2112993261/pentingnya-kesehatan-reproduksi-remaja