Etika Digital Gen Z
Suara Merdeka (03 April 2024)
Ismira Dewi
GEN Z merupakan generasi yang saat ini tergolong usia remaja hingga dewasa awal yang berusia antara 18-25 tahun. Temuan melalui sebuah riset menunjukkan, generasi Z lebih mudah terpapar dan terhubung dengan penggunaan teknologi digital.
Generasi ini hidup di dalam era digital yang dihadapkan pada berbagai keuntungan dan tantangan serta permasalahan yang kompleks. Internet mudah mereka akses menyebabkan individu dapat memperoleh informasi beragam melalui media sosial.
Penggunaan media sosial tentunya berpengaruh pada generasi saat ini. Penggunaan smartphone yang berlebih menimbulkan permasalahan dalam berbagai setting, sehingga mereka mulai mengabaikan orang sekitar dan berdampak pada kehidupan sosialnya.
Dalam psikologi, ada istilah phubbing, yang berasal dari gabungan kata “phone” dan “snubbing”. Phubbing muncul sejak adanya perilaku mengabaikan seseorang dalam lingkungan sosial dengan melihat smartphone dibandingkan memperhatikan orang yang sedang berinteraksi bersama.
Phubbing dapat merusak interaksi sosial, membuat orang yang diabaikan merasa tidak dihargai, dan mengganggu komunikasi antarindividu. Beberapa contoh dari fenonema perilaku phubbing, misal saat berada dalam pertemuan atau acara sosial, seseorang lebih memperhatikan layar ponselnya daripada berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Berdasarkan konsep teori ekologi, Urie Bronfrenbrenner, menjelaskan perkembangan individu sebagai hasil interaksi antara alam sekitar individu. Mikrosistem melibatkan hubungan personal dan bertatap muka. Dalam hal ini individu berinteraksi dengan individu lain, di dalam rumah, sekolah, maupun tempat kerja.
Mengganggu Interaksi
Ketika individu melakukan phubbing, tentu dapat mengganggu interaksi personal di dalam mikrosistem. Hal ini dapat memengaruhi kualitas komunikasi antarindividu, kepuasan hubungan, dan rasa memiliki. Selain itu, mesosistem juga berperan dalam fenomena phubbing.
Mesosistem adalah interaksi antardua atau lebih mikrosistem yang mengandung individu yang sedang berkembang. Sistem tersebut bisa jadi mengandung hubungan antara rumah dengan sekolah. Dalam hal ini, phubbing di rumah seperti mengabaikan anggota keluarga karena terlalu fokus pada smartphone dapat mengganggu hubungan antaranggota keluarga dan mengurangi kualitas interaksi di dalam rumah tangga.
Kondisi tersebut secara tidak langsung akan berpengaruh pula ketika individu berinteraksi dengan orang di sekitar lingkungan sekolah. Anak akan menunjukkan perilaku kurang perduli, seolah mereka lebih tertarik pada smartphone mereka daripada berinteraksi dengan teman sekelas atau guru. Perilaku ini kemudian berkontribusi pada makrosystem, yang mencakup norma-norma sosial dan budaya.
Dalam konteks makrosistem, phubbing dapat memengaruhi persepsi individu tentang perilaku phubbing sebagai sesuatu yang normatif atau umum sehingga dianggap suatu hal yang biasa saja. Padahal perilaku tersebut tampak tidak perduli dan mengabaikan lingkungan sekitar yang tentunya kurang sesuai dengan pada norma dan budaya setempat.
Kesimpulannya, memahami karakteristik individu dan ciri-ciri kepribadian, serta mempertimbangkan dampak phubbing terhadap hubungan interpersonal dalam mikrosistem, mesosistem, dan makrosistem, penting untuk memahami konsekuensi negatif phubbing dan pengaruhnya terhadap interaksi sosial dan dinamika dalam menjalin komunikasi interpersonal.
Beberapa solusi mengatasi perilaku phubbing antara lalin, pertama Microsistem. Orangtua hendaknya memberi batasan pada anak dalam menggunakan smartphone. Orangtua dapat meningkatkan komunikasi dengan meninggalkan ponsel. Penyebab utama seseorang melakukan phubbing adalah ponsel yang berada dalam jangkauan, seperti di dalam saku atau tas, ketika sedang berinteraksi dengan orang lain.
Kedua, Mesosistem. Penggunaan teknologi yang mengakomodasi perilaku yang sehat sehingga perlu adanya peraturan yang mengakomodasi perilaku yang sehat, seperti tidak menggunakan gadget saat berhadapan dengan banyak orang.
Salah satu teknik konseling juga dapat diterapkan guna mengatasi perilaku phubbing. Makrosistem. Mengidentifikasi munculnya perilaku phubbing dan mengembangkan strategi untuk mengelola gangguan agar tetap hadir dalam interaksi sosial. Melatih diri untuk menjadi pendengar aktif, dan terlibat dalam interaksi sosial terutama saat berada dalam suatu komunitas maupun kelompok. Perlu juga adanya ada penguatan dalam nilai agama di keluarga maupun di sekolah. Agama diharapkan mampu menjadi bagian yang penting dalam kehidupan keluarga dan pengasuhan anak.
Sumber https://kedu.suaramerdeka.com/pendidikan/2112352158/etika-digital-gen-z