Mahasiswa KKN Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Periode 127 Unit V.D.3 Bersama BPP Pandak dan Warga Dukuh Tegallayang 10 (Dok. Regina & Yuliana)
Dalam rangka memberikan wawasan mengenai pemanfaatan sampah organik, mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang tergabung dalam Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Periode 127 Unit V.D.3 menyelenggarakan kegiatan sosialisasi.
Acara ini merupakan bentuk kerja sama program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UAD dengan Kalurahan Caturharjo, Pandak, Bantul. PkM merupakan program bersama antara dosen dan mahasiswa, dalam hal ini Dr. Surahma Asti Mulasari, S.Si., M.Kes. ditunjuk sebagai dosen pembimbing lapangan (DPL) sekaligus yang mewakili LPPM UAD.
PkM terselenggara berkat kerja sama dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Pandak. Acara dikemas dalam tajuk “Sosialisasi Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) Menggunakan Media Ember Tumpuk, Losida, dan Cairan EM4”, berhasil terselesaikan dengan lancar. Kegiatan ini berlangsung pada Senin, 19 Agustus 2024 yang bertempat di serambi Masjid Baitul Huda Al-Karim, Tegallayang 10, Pandak, Bantul.
Pupuk organik cair (POC) merupakan jenis pupuk berupa larutan yang diperoleh dari hasil pembusukan bahan-bahan organik. Kandungan yang ada dalam POC dapat digunakan untuk pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman. Untuk menghasilkan larutan POC, diperlukan media berupa ember tumpuk.
Maryadi, Penyuluh BPP Pandak yang ditugaskan di Wilayah Kalurahan Wijirejo, dalam demonstrasinya menyampaikan komponen atau susunan ember tumpuk pada saat sosialisasi. “Ember tumpuk itu tersusun dari dua ember. Ada ember atas dan ember bawah,” jelas Maryadi.
Lebih lanjut, ia menyampaikan fungsi dari masing-masing ember. Ember atas berfungsi untuk menampung sampah-sampah organik yang dapat diuraikan oleh magot, utamanya terdiri atas sampah sayur dan buah. Adapun ember bawah berfungsi untuk menampung lindi atau larutan yang menjadi bakal POC.
Ia menjelaskan bahwa masa panen POC tidak berlangsung selama satu minggu, tetapi tiga sampai empat minggu baru dapat digunakan. “Setelah memasukkan sampah, paling nggak, kita tunggu tiga puluh lima sampai empat puluh dua hari,” ungkap Maryadi.
Dalam sosialisasi tersebut, ia turut memaparkan cara pengaplikasian POC. Sebelum digunakan, POC harus dijemur terlebih dahulu sekitar 30 sampai 60 menit untuk menghilangkan bau tidak sedap. Selama proses penjemuran, botol tidak boleh ditutup rapat, harus agak sedikit terbuka. Jika masih bau, perlu penambahan cairan Effective Microorganism 4 (EM4) yang mengandung mikroorganisme penghilang bau.
“POC bisa disemprotkan ke tanah, bisa disemprotkan ke daun. Kalau bisa aplikasinya pas tanaman saja, nanti sebagian akan menetes ke tanah,” ujar Maryadi saat menjelaskan pengaplikasian POC.
Pemanfaatan sampah dapur juga dapat menggunakan media lodong sisa dapur (losida) yang berupa pipa paralon. Losida memiliki ukuran 50 cm dan juga 120 cm. Penggunaan losida harus ditanam dalam tanah agar kandungan dari endapan sampah dapur yang dicampur dengan EM4 dapat membantu penyuburan tanah.
Selain sebagai penyubur tanah, Partiningsih, Penyuluh Pertanian Wilayah Kalurahan Caturharjo, menyampaikan manfaat lain dari penanaman losida. “Kemudian, dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Gas yang dihasilkan sampah itu tidak terserap ke udara, melainkan ke dalam tanah,” jelasnya.
Keberhasilan penyelenggaraan sosialisasi tersebut tidak luput dari bimbingan DPL dan kontribusi masyarakat Dukuh Tegallayang 10 yang sadar akan kondisi lingkungan di sekitarnya. (doc)
uad.ac.id