Membiayai Kuliah dengan Organisasi dan Rida Orang Tua
Chika Ardeviya Rista asal Pekalongan, pernah menginginkan masuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun menurut orang tuanya, masuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bisa langsung kerja. Akhirnya, Chika tidak menjalankan niatnya masuk SMA, karena teringat bahwa rida orang tua akan diijabah oleh Allah Swt.
Perempuan manis ini masuk di SMK Muhammadiyah Kajen mengambil jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Sejak SMK, ia bergabung dengan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sebagai sekretaris bidang paskibraka dan ikut lomba baris-berbaris di kabupaten. Selain itu, pernah juga mendapat juara satu pada tingkat provinsi dalam lomba cerpen bertema milad IPM saat jeda kuliah.
“IPM bukan sekadar organisasi seperti OSIS, namun benar-benar terjun ke umat dan masyarakat. Bukan mengerjakan proker-proker sekolah yang hanya class meeting atau pelepasan, tetapi benar-benar sampai santunan anak yatim, bakti sosial, menjadi dai di ranting, mengisi pengajian, dan kultum setelah salat Tarawih,” ujar Chika selaku sekretaris bidang organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Berkat kesukaannya terjun pada masyarakat dan beberapa prestasi, ia mendapat jalan untuk kuliah dengan beasiswa dari IPM. Seluruh Indonesia hanya 70 orang. Merasakan kuliah gratis di UAD sampai lulus, membuat Chika sangat bersyukur. Apalagi jika melihat ayahnya yang seorang penjahit dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Hidup di lingkungan keluarga buruh, membuatnya bercita-cita ingin sukses dan ingin segera membalas kebaikan orang.
Oleh karena itu, sejak semester satu, perempuan ini juga sudah berorganisasi rangkap. Di antaranya Ikatan Santri Persada (Iksada) sebagai sekretaris umum, HMPS Sastra Indonesia sebagai ketua periode 2019, IMM sebagai sekretaris bidang organisasi, sahabat dakwah BEM UAD menjadi sekretaris umum, dan Reporter FSBK.
Memilih jurusan sastra, ternyata menjadi jalan tersendiri bagi Chika. Ia yang tidak melawan ketika diminta orang tua masuk SMK, ternyata justru mendapat banyak hal dari sekolahnya terdahulu.
“Walaupun UAD swasta, tapi kita bisa bersaing dengan universitas lain. Sebenarnya UAD besar juga karena mahasiswanya. Jadi mahasiswa harus selalu berprestasi. Saya bangga kuliah di UAD. Ketika lulus, yang ditanya bukan hanya dari kampus mana tapi juga soft skills. Karena hard skills dan IPK merupakan nomor sekian,” pesannya pada Selasa (16-7-2019). (Dew)