Mengapa Ada LGBT?
“Sangat aneh jika hari ini masih mempertanyakan persoalan homoseksual. Sebab hal ini sudah ada sejak zaman Nabi Luth. Kini, kita mengenalnya dengan sebutan lesbian, gay, biseksual, dan transgender, atau yang bisa disingkat LBGT,” kata Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag. dalam pengajian dosen dan karyawan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Senin, (22/2/2016) di auditorium kampus I.
“Benar, tidak ada penjelasan untuk dilarang atau diperbolehkan orang yang menjalin hubungan sejenis. Tapi sudah jelas dalam al-Qur’an, Nabi Luth mengatakan ‘fahisyah’ yang artinya adalah perbuatan keji. Dalam hal ini adalah zina, lesbian/homo, dan lain sebagainya. Sebuah perilaku yang dilarang oleh agama dan ditolak oleh hati nurani dan akal sehat manusia.”
Dalam Islam, kata Yunahar, hukum yang melakukan zina bagi orang yang masih belum nikah, mereka akan dihukum cambuk. Jika yang melakukan zina orang yang punya istri atau janda mereka dihukum rajam atau dilempari batu hingga mati. Tapi bagi homoseksual atau sesama jenis, hukuman mereka adalah dibunuh.
Selain itu, LGBT bertentangan dengan fitrah manusia, bertentangan dengan agama, Pancasila, perkawinan, moralitas, budaya, serta banyak lagi.
“Tapi mengapa LGBT masih ada. Ini pasti ada sesuatu di belakangnya,” katanya.
“Apa agar populasi masyarakat Indonesia yang menjadi salah satu negara terbesar di dunia punah? Kalau begitu, ini bahaya!” lanjutnya.
Terlebih jika LGBT disambut sebagai gaya hidup. Ini akan berlanjut menjadi legalitas di dalam bentuk perkawinan yang disahkan. Lambat laun mereka akan menuntut-menuju pada itu. Dan yang paling menakutkan, jika LGBT dilindung oleh HAM, seperti yang terjadi di negara-negara lain seperti Amerika.
Menurut Yunahar, LGBT bisa menular karena mereka kaum minoritas. Mereka senantiasa kesepian dan cenderung mencari teman sebagai regenerasi karena tidak bisa menghasilkan keturunan. Ini bukan penyakit genetik, tetap watak yang dipengaruhi oleh lingkungan, terutama di media TV yang banyak sekali ditemui orang-orang yang melambai seperti perempuan, padahal dia laki-laki.
Menurut Yunahar, profesi yang rawan untuk menjadi LGBT adalah para perias artis dan peragawan.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!